x

Sekitar dua ribu prajuri dari tiga matra TNI dan Polda Metro Jaya mengikuti Istighosah atau doa bersama jelang demonstrasi 2 Desember di Lapangan Satlantas Polda Metro Jaya pada Sabtu, 26 November 2016. Tempo/Avit Hidayat

Iklan

Victor Rembeth

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Tafsir-Aksi Kebangsaan 212

Melihat AKSI DOA BERSAMA 212 Jakarta dengan semangat Kebangsaan

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Tafsir-aksi kebangsaan 212

Victor Rembeth

 

Perihal kegaduhan yang sudah dan sedang terjadi menghadapi Jumat Pertama di bulan terakhir tahun 2016 ini, saya mengajak kita agar berharap positip dan bersangka baik untuk aksi bersandi 212 ini. Kita, siapapun orang Indonesia bisa menjadikan momen ini sebagai penguat dan perekat kebangsaaan yang dijalin oleh sendi sendi komitmen kebersamaan sejak awal. Selalu ada hal baik yang bisa diusahakan bahkan ketika hantu ketakutan dan kekuatiran dihembuskan secara menguat. Indonesia masih ada dan bisa mengambil hikmah besar dari peristiwa 2 Desember 2016

Karena kita menganut sila pertama KETUHANAN YANG MAHA ESA, maka adalah indah bila semua anak bangsa mengaminkan DOA BERSAMA. Saudara saudara yang Muslim melakukannya di Monas, siapapun anak bangsa yang lain bisa juga melakukan bersama baik secara sendiri atau berkelompok. Sebuah peragaan spiritualitas bangsa yang akan memantapkan bahwa benar negara ini ada sebagaimana yang dinyatakan dalam mukadimah UUD 1945, "Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa". Kita bersama berdoa karena kita berkeTuhanan dan kita semua cinta bangsa dan negara ini untuk menyerahkan Tuhan saja yang bekerja dalam menyelesaiakan segala persoalan bersama. Ingat Gusti Ora Sare. Ia berkuasa untuk apa yang tidak bisa kita lakukan.

Juga, karena sila kedua kita menyatakan KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB, maka momen ini juga kita bisa pakai untuk semangat berkeadilan kepada siapapun yang menjalani proses peradilan dan sudah tentu dengan keadaban yang sesuai dengan norma norma hukum dan budaya yang ada. Biarlah keadilan menjadi bagian tak terpisah dari keputusan para hamba Wet dalam menentukan vonis akhir tanpa bisa diatur apalagi dipaksa oleh siapapun. Hukum yang berkeadilan dan berkeadaban akan menjadkani silaturahmi kemanusiaan kita menjadi lebih dewasa. Harapan hukum yang bermartabat dan transparan inilah yang seharusnya kita doakan dan dorong kepada aparatur hukum negara ini untuk diberlakukan kepada siapapun yang laten menista agama, dan kemanusiaan di tengah bangsa ini. Seruan PRO JUSTITIA biarlah lantang terdengar secara bersih dan tanpa dikotori berbagai kepentingan politik, golongan ataupun kelompok. Penyelenggaraan Indonesia sebagai negara Hukum sudah final dan harus diuapayakan tetap terjaga.

Tidaklah kebetulan bila sila ketiga Pancasila adalah PERSATUAN INDONESIA. Pernyataan ini adalah "outcome" doa doa tulus yang dinaikkan setiap dari kita dalam DOA BERSAMA dan akibat dari berjalannya proses legal yang akuntabel. Ini jugalah ruh kebersamaan yang dicatat dalam Mukadimah UUD 1945 ketika kita bersama berikrar, "dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya." Keluhuran sebagai sebuah modalitas marwah mendalam keIndonesiaan yang membuat kita memiliki kobaran semangat hebat untuk berbangsa yang merdeka. Kita ingin kesatuan yang berkeluhuran dalam dialog demi dialog antar putra putri bangsa yang ditakdirkan BHINEKA untuk mencari jalan keluar tantangan tantangan konflik laten yang menceraiberaikan mimpi "Indonesian Dream"  Sumpah Palapa, kebersatuan dalam kepelbagaian. Indonesia sudah diuji dan masih akan terus bisa menghadapi tantangan dengan semua yang mau dengan luhur dan tulus seperti yang akan dilakukan oleh semua anak bangsa di 212 ini.

Ikutan yang tidak akan tertinggal adalah ketika sila keempat dan kelima Pancasila akan bisa dilaksanakan dengan apik bila momen 212 bisa mentafsir-aksikan ketiga sila pertama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang terintegrasi dengan semua sila yang ada. Demokrasi santun yang tidak mencederai dalam kebencian, tetapi kerakyatan yang dipimpin dalam upaya upaya musyawarah mufakat adalah yang kita terus tanpa lelah usahakan. Berbagai cara cara anarkis yang menggagalkan pemerintahan yang sudah kita usahakan dengan cara cara kebersamaan haruslah dihindarkan. Sudah tentu kita semua juga meyakini semua sila sama pentingnya sampai keempat yang lain ber"muara" dalam kehidupan yang berkeadilan sosial bagi seluruh pemangku kepentingan bangsa. Indonesia yang bermartabat adalah Indonesia yang dihuni oleh semua dalam keadilan sosial yang manis dinikmati dari Sabang sampai Merauke, di kampung, desa atau di kota, di Masjid, Gereja, Pura, Vihara dan ruang ruang publik yang ada. Ibu pertiwi tidak ingin ada satupun anaknya menangis dan tertindas karena pilihan-pilihan ketidakadilan yang diumbar nafsu sempit yang bertentangan dengan nilai-nilai acuan semua agama, keyakinan dan budaya yang hidup di tengah bangsa ini.

Dengan bertafsir dan beraksi positif untuk momen 212 inilah kita semua bisa ber "husnudzon" penuh kepada semua yang sudah menggagas, mengkoordinasikan dan mengharapkan hasil hasil terbaik bagi bangsa dan negara. Siapapun kita harus bersyukur untuk PERHELATAN DOA BERSAMA BAGI BANGSA DAN NEGARA. Toh pada akhirnya kita para pendoa hanyalah mahluk ciptaanNya yang harus tunduk dan "pasrah bongkokan" kepada kesempurnaan jawaban jawaban Doa dari Sang Adi Kuasa. Biarlah Tuhan yang melakukan Kontrol PenuhNya terhadap bangsa ini untuk mengkabulkan setiap alunan doa-doa anak anakNya. Ia tahu yang terbaik, dan kita wajib  "Sumeleh" dan menjauhi sikap "nggege mangsa”.  Mari rayakan spiritualitas kebangsaan dalam AKSI SUPER DAMAI 212 dan bersyukurlah untuk Negeri yang masih didiami oleh orang orang baik yang mengingat Tuhan dan mengasihi bangsanya.

Biarlah apa yang dikatakan Soekarno sang proklamator boleh terus menjadi acuan bangsa yang majemuk dan siap merayakan 212, "Kita mendirikan negara Indonesia, yang kita semua harus mendukungnya. Semua buat semua! Bukan Kristen buat Indonesia, bukan golongan Islam buat Indonesia, bukan Hadikoesoemo buat Indonesia, bukan Van Eck buat Indonesia, bukan Nitisemito yang kaya buat Indonesia, tetapi Indonesia buat Indonesia, semua buat semua!"

JAYALAH NEGERIKU, INDONESIA DARI SEMUA UNTUK SEMUA DALAM KETUHANAN DAN KEMANUSIAAN YANG BERMARTABAT. AMIN.

Victor Rembeth pra 212. Serpong Jakarta

 

Ikuti tulisan menarik Victor Rembeth lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terkini

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB