x

Iklan

luviana

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Pengalaman PRT: Melakukan Negosiasi Menuntut Pesangon

Pengalaman PRT dalam melakukan negoisasi

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Leni Suryani

(Ini kisah Leni Suryani, seorang PRT yang memperjuangkan pesangon)

Nama saya Leni Suryani, biasa dipanggil Leni. Usia saya kini 32 tahun, bekerja sebagai pekerja rumah tangga (PRT) di wilayah Jakarta Selatan. Saya bekerja dengan dua majikan yang sama- sama expatriat Eropa yang bekerja di perusahaan yang sama, namun tinggal di tempat yang berbeda. Satu di Town House dan satu di apartement, dan keduanya tinggal sendirian. Saya sudah cukup lama bekerja dengan mereka.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Di akhir November 2016 salah satu dari majikan saya akan habis masa kerjanya di Jakarta dan harus kembali ke negaranya. Pada bulan- bulan sebelumnya teman-teman akrab saya menyarankan untuk meminta pesangon ke majikan yang akan habis masa kontraknya tersebut. Awalnya saya agak ragu dengan saran teman-teman saya itu. Saya belum pernah melakukan hal ini sebelumnya, apalagi dari pengalaman saya sebagai PRT hanya akan mendapatkan bonus jika masa kerja saya habis dengan majikan. Dulu-dulu, majikan yang habis kontrak kerja di Jakarta mereka hanya bilang, "Leni saya akan kasih kamu bonus selama kamu bekerja dengan keluarga saya”. Mereka tidak bilang pesangon.

Saya beruntung bisa bergabung di organisasi Serikat PRT Sapulidi, karena dari organisasilah saya banyak belajar apa yang belum saya ketahui dan apa yang menjadi hak kita sebagai pekerja, termasuk soal pesangon. Dari organisasi juga saya mengetahui bahwa tidak semua majikan itu baik, dan menaati hukum yang berlaku di indonesia, karena banyak kawan yang bekerja mengalami kasus, baik kasus PHK sepihak, kekeraasan, tidak dibayar pesangonnya, gaji yang tidak layak, kerja tidak pakai aturan waktu dan masih banyak kasus-kasus yang lain.

Saya pernah mendampingi kawan yang mengalami kasus PHK sepihak dan majikan tidak mau membayar pesangon. Kasus tersebut ditangani oleh JALA PRT, LBH Jakarta dan LBH Apik yang prosesnya cukup alot dan lama karena majikan termasuk kategori " bandel". Dari surat somasi pertama  sampai ketiga tidak dihiraukan sampai akhirnya pengacara dari LBH  datang menemui majikannya untuk bernegosiasi tentang pemutusan kerja sepihak serta hak-hak yang harus dipenuhi/diberikan kepada PRT-nya. Akhirnya majikan mau memberikan pesangon.

Soal pesangon itu juga  yang saya fikirkan di saat- saat majikan akan habis masa kerjanya di Jakarta. Sambil termenung memandang sekeliling ruangan dapur tempat kerja,  saya bertanya dalam hati, apakah majikan saya akan memberikan pesangon atau tidak ya?.

Di akhir Oktober 2016 saya menerima gaji bulanan dan mencoba mengikuti saran teman- teman untuk menanyakan pesangon ke majikan. Di saat itu fikiran hanya tertuju pada pesangon, sehingga semangat kerja sedikit menurun karena hal tersebut. Dari pada menyimpan tanda tanya yang tidak jelas, saya pun memberanikan diri mengutarakannya pada majikan. Pas di pagi hari di awal bulan November 2016, saya mengirimkan SMS ke majikan sambil mengucapkan terima kasih untuk gaji yang sudah dia letakkan di meja dapur.

Begini SMS saya:  "Selamat pagi.. terima kasih untuk gaji bulan Oktober dan maaf apakah anda ada waktu di hari ini untuk pulang sejenak di waktu makan siang?, karena saya ada sesuatu yang harus di bicarakan dengan anda. Terima kasih".

Setelah mengirimkan SMS, saya letakkan handphone di meja dapur, dengan harapan akan ada balasan secepatnya. Sambil menunggu balasan dari majikan, saya pun bergegas meninggalkan ruangan dapur dan mengerjakan pekerjaan saya yang sudah menjadi rutinitas sebagai pekerja rumah tangga.

Jam dinding berputar seolah-olah sangat cepat dan waktu isitrahat siang pun tiba serta pekerjaanan saya hampir selesai, tapi masih belum ada balasan SMS dari majikan. Sambil menghela nafas saya pun berkata dalam hati : "mungkin dia lagi sibuk" dan “sabar masih ada waktu besok dan yakin akan di balas”.

Hingga waktu untuk pulang pun tiba sambil berjalan melangkahkan kaki yang terasa lemas, capek dan dengan muka kusut karena seharian bekerja dan mondar-mandir dua tempat kerja,  saya kemudian turun dari lantai dua rumah majikan nenuju garasi. Saya pun siap-siap untuk tancap gas pulang dengan mengendarai si kuda besi yang selalu setia menemani dalam hujan, terik matahari serta perjalanan dari pagi hingga sore hari bahkan kadang sampai malam hari.

Perjalanan pulang memerlukan waktu sekitar 20 menit.  Setelah memasukan motor ke teras rumah, saya pun membuka pintu rumah dan langsung duduk di kursi sambil menghela nafas. HP saya ambil dari dalam tas dan melihat sudah banyak pesan di WhatsApp ( WA), salah satunya balesan dari bosku yang isinya, "Ok Leni sama-sama, dan besok kita ngobrol." Dengan perasaan tenang dan penuh harapan saya pun membalas, " Terima kasih dan sampai ketemu besok."

Keesokan paginya,  saya bersiap diri untuk mengawali rutinitas pagi dan bergegas menuju tempat kerja dengan beberapa harapan. Jam menunjukkan pukul 07.00, waktunya berangkat menuju tempat kerja. Udara pagi masih terasa segar dan jalanan masih lancar, dengan santai dan pelan saya pacu motor menuju tempat kerja. Sampai di tempat kerja dan setelah memarkir motor, saya langsung bergegas masuk dalam rumah majikan, menuju dapur. Saya melihat sekeliling dapur dan mata saya tertuju ke satu arah yaitu meja dapur,  yang di atasnya penuhi banyak peralaran makan yang habis digunakan. Di saat sedang mencuci piring, terdengar suara langkah kaki turun dari lantai paling atas menuju dapur.

Suara lantang pun terdengar, " hallooo selamat pagi Leni," kata bos. Dengan menolehkan badan saya pun tersenyum.

"Pagi juga mister," jawabku.

Kami pun ngobrol sebentar sesuai yang sudah direncanakan kemarin malam. Sambil duduk berhadapan di meja dapur percakapan pun di mulai.

"Leni apa yang kamu inginkan dan bicarakan?."

Dia memulai percakapan.

“Maaf mister saya ingin menanyakan dan meminta hak saya sebagai pekerja rumah tangga yaitu pesangon karena mister akhir bulan November tidak tinggal di Jakarta lagi dan kontrak kerja saya juga selesai dengan anda," saya utarakan apa yang ada di pikiran selama beberapa hari ini.

" Leni mungkin saya akan kasih dan mungkin tidak," ujarnya.

Mendengar jawaban tersebut saya kaget dan sedikit emosi sambil mengerutkan dahi saya bilang

“ Tidak bisa seperti itu, anda harus dan wajib membayar pesangon ke semua pekerja yang bekerja dengan anda termasuk supir karena hak pesangon itu hak setiap pekerja dan itu sudah tercantum dalam undang -undang ketenagakerjaan. Anda juga harus tahu kalau saya mengikuti dan gabung di organisasi pekerja rumah tangga dan visi-misinya anda juga tau, kenapa anda bilang seperti itu?."

Sempat terjadi percakapan yang sedikit memanas dan suasana menjadi tegang, dia ngeles dengan berbagai alasan.

"Leni saya sudah mengeluarkan banyak uang untuk kamu, karena gaji kamu sudah banyak," katanya.

"Mr saya bekerja dengan anda sudah 3 tahun 5 bulan, dan selama masa tersebut saya bekerja dengan baik, anda pun berperan sebagai majikan yang baik pula. Untuk gaji itu sudah kesepakatan antara anda dan saya dan tidak bisa dijadikan alasan untuk tidak memberikan pesangon karena itu tidak adil buat saya,"

Majikan pun menggeleng-gelengkankan kepala, kemudian dia bilang, " Mungkin saya akan kasih kamu mengikuti nominal gaji di awal sampai akhir."

" Mister di undang-undang ketenagakerjaan sudah dicantumkan dan tertulis kalau pesangon itu diberikan mengikuti gaji terakhir, karena saya juga sudah mempelajari dan membacanya serta saya sudah pernah mendampingi kasus-kasus kawan-kawan PRT yang tidak mendapatkan pesangon karena dikeluarkan. Berkat bantuan LBH kasus-kasus tersebut 95% berhasil, saya sudah berdialog dengan mereka juga untuk masalah pesangon, Mister," papar saya.

"Leni saya akan menanyakan ke beberapa teman di kantor untuk hal tersebut nanti akan saya kabarin ke kamu," kata dia.

Kemudian Bos saya berdiri sambil mengucapkan,  “Oke Leni, saya harus ke kantor karena sudah siang."  

Sambil mengikuti berdiri saya pun bilang, " Oke mister terima kasih waktunya dan saya harap anda akan memberikan pesangon saya."

Sambil tersenyum dia pun pergi dan mengucapkan, " Let see later Leni, bye."

Diapun bergegas berjalan menuju garasi dan membuka pintu serta terdengar suara pintu ditutup dan mesin mobil pun berbunyi. Tidak lama kemudian terdengar suara mobil keluar dari garasi meninggalkan rumah.

Lagi, saya menghela nafas sambil melanjutkan pekerjaan dengan pikiran yang masih semrawut karena memikirkan pesangon. Tapi saya sedikit merasa tenang karena sudah menjelaskan semua dan saya makin berani untuk bersuara tentang hak-hak sebgai PRT. Saya juga merasa yakin karena ada organisasi dan lembaga bantuan hukum yang akan membantu menyelesaikan kalau negogiasi dengan majikan tidak menemui titik penyelesaian.

Waktu pun berputar cepat, dan 2 hari setelah percakapan dengan majikan belum ada kabar saya pun mengirimkan SMS lagi.  Isinya begini : " Maaf mister kenapa tidak ada kelanjutannya lagi? saya kan sudah memberikan waktu beberapa hari, maaf kalau saya menanyakan terus karena saya membutuhkan itu semua, terima kasih."

Tidak lama kemudian SMS masuk, " Saya sudah menanyakan ke beberapa teman, dan saya akan memenuhi pesangon anda selama masa kerja anda dengan saya."

Membaca kata-kata tersebut serasa tidak percaya..

Berulang-ulang saya baca sms tersebut, dan kelanjutan dari sms itu. Ternyata benar dia akan memberikan pesangon sesuai masa kerja saya selama 3 tahun 5 bulan,  ditambah gaji bulan November. " Terima kasih karena sudah mau memenuhi hak saya sebagai pekerja," balas saya.

Dia jawab sms lagi " Its ok Leni tidak apa-apa".

Dengan demikian berarti permasalahan clear, walapun dalam pembayaran pesangon dan gaji  dicicil 4 kali  pembayaran. Hal itu tidak jadi masalah, saya merasa perjuangan selama ini tidak sia- sia dan membuahkan hasil, meskipun dengan setikit ketegangan dan emosi.  

Kini saya tinggal menghitung hari, sampai waktu masa kontrak saya habis. Semoga nanti akan mendapatkan majikan yang baik lagi dan mengerti , menghargai dan memenuhi hak-hak saya sebagai pekerja rumah tangga.

Ikuti tulisan menarik luviana lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB