ada bendera kematian yang menyergah perjalanan
merah di tengah pertigaan Pedan
entah siapa yang pulang ke pelukan Tuhan
hari ini serentak pilkada tapi tempat pemungutan suara
hanya penuh panitia sedang para pengguna memilih hampa
suara-suara ramai dalam renjana
penasaran mendalam mendorong ke Palar cuma
untuk sebuah makam
bukan makam biasa
ini makam pujangga keraton Surakarta
jauh-jauh kaki mengayuh sejam putaran sepeda roda dua
menghantar pada saudara sang juru kunci Joko Ronggowarsito namanya
bagai ketiban durian lima bertemu mata juga sama Ibu Artun
pendamping lain di sana yang tukang pijat saraf pula
kata dokter medis saraf kejepit tak boleh dipijit
entah apa yang dipijatnya kami bertukar nomor
ia beri setangkai restu untuk masa depan dan kehidupan
mendung mengancam aku pamit bawa pulang
secarik fotokopian eyang dan lima ribu rambutan di seberang jalan
senyum satpam tampan ikut masuk kantong kanan
melebar ke jembatan pikir
menginjak rumah hanya membuang lapar dan kewajiban
meski pergi sendiri lagi
meski pulang kehujanan
aku bahagia mengunggah puisi Hardi Rahman di indonesiana
maaf jika akhirnya melubangi dadamu yang bidang
091215 palar-pengkol
*Antologi Pasie Karam (Pekan Kebudayaan Aceh Barat, 2016)
Ikuti tulisan menarik Nuraz Aji lainnya di sini.