x

Iklan

Nuraz Aji

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Di Tangan Ibu,Jantung Pisang, Hayati, Purnama Yang Tak Pernah

Puisi

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Jantung Pisang
 
pisang di jantungku
kau telan pelan-pelan
hingga pelepahnya perlahan
kering dan batangnya tumbang
sampai tunas baru itu berlalu
di bilikmu yang tak hanya satu
pisang yang tumbuh di bilik kanan
membuat harapan jantung baru
ketika hadirmu membuatnya berlari
sekaligus berhenti
 
2016
 
di tangan ibu
 
di tangannya ada mesin cuci pun pengering baju
di tangannya pencuci piring terbaru
di kakinya surga tak berpintu
di tangan ibu ada blender yang menghaluskan bumbu-bumbu
di tangannya pembersih dan penanak nasi
di tangan ibu ada kelembutan sutra yang membelaiku
di tangannya cinta tak kasat mata
apa yang dihasilkan nyata hingga ke jantung betina
d tangan ibu aku jadi penemu mesin tercanggih abad ini
di bibirnya kutemukan petuah yang lebih panjang dari kereta
di bibirnya juga kutemukan alarm reminder yang selalu nyala
di telinganya kudapati ruang lapang
menampung banyak tendangan kata-kataku
di tangan ibu ada mesin pembuat susu
di tangannya jua mesin waktu hafal kapan tidur bangunku
di matanya cahaya seterang matahari bersinar di semesta hari-hari yang kujalani
 
2015
 
Hayati
 
hari-hari berlari
kata-kata sembunyi
sarapan sendiri
mandi berdua dengan sabun puisi
pasta gigi adalah imaji rasa strawberry
tidur sepi
riuh dalam mimpi
membangun pasar harapan
asa dijual
dibarter tenaga
ditukar keringat dan doa
malam-malam bersepeda
kalimat-kalimat tumpah persis sampah
dibuang diambil bangkai dimasak
di warung-warung pinggir jalanan
pemakannya tak ada beda
dengan apa yang dimakannya
itu sebabnya ia sebahaya
harimau tiga
 
Skh, 180416
 
Purnama Yang Tak Pernah Purna
 
siang ini bukan siang kita bersama lagi
tapi rembulan di kepalamu tetap purnama sampai ke kamarku
wajahmu tersenyum di dinding
dari bibirmu mengalir pesona pengetahuan yang amazing
hanya dengan kau sebut pur-na-ma
seluruh taman terhipnotis
mata-mata menyimak
telinga-telinga terpasang dalam kondisi terbaik
belum kau angkat suara segalanya sudah menarik
apalagi saat seksi sejuknya sampai di kuping
lubang-lubang telinga lebar menganga bagai tiada daunnya
getaranmu yang sederhana membuat kami mabuk tingkat dewa
rembulan di kuku tanganmu tak pernah sabit
selalu purnama dalam puisi
bersinar diksi membungkam gelap
menyandera sepi yang mengikat jemariku
selarik balasanmu membuatku jatuh hati berulang kali
tak henti-henti jantungku seperti berlari
terus kubaca bait-bait cahaya
yang kubawa pulang dari purnamamu di Tegal
yang tak pernah purna hingga sekarang
 
2015
 
*Flores Sastra, 30-08-2016

Ikuti tulisan menarik Nuraz Aji lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler