x

Ikan badut (Ocellaris clownfish). slodive.com

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Yuk, Belajar Sains dari Film

Belajar sains dari film bisa lebih mengasyikkan ketimbang hanya berkutat dengan rumus.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Saat menonton film Finding Nemo di layar teve, keponakan saya bertanya: “Apakah ikan bisa mengingat?” Ketika adegan beralih pada upaya ayah Nemo menyelamatkan diri dari kepungan ubur-ubur laut, keponakan itu bertanya lagi: “Apakah ikan bisa belajar?”

Kelihatannya, menonton film bisa sambil belajar sains atau kita bisa belajar sains dari menonton film dengan mengasyikkan, setidaknya memantik rasa ingin tahu. Ya, kenapa tidak? Kenapa kita harus berkutat melulu kepada buku teks untuk belajar biologi, kimia, fisika, ataupun matematika? (Juga untuk mata pelajaran lain, sejarah misalnya) Bukankah ini menjadikan belajar sains begitu menyenangkan dan memperkaya pemahaman?

Sejauh ini, pengajaran sains di sekolah kita memang kurang inovatif dan terlampau ‘dikejar tayang’ alias memburu target yang sudah ditetapkan departemen pendidikan. Sebenarnya banyak hal bisa dikembangkan agar belajar sains di sekolah menjadi menyenangkan. Meski film yang dibuat para sutradara tidak selalu benar dan akurat secara keilmuan, tapi itupun dapat menjadi materi untuk dibahas bersama.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Misalnya saja, bisakah kita menembus waktu melalui Lubang Cacing seperti dalam film Contact yang dibintangi Jodie Foster? Ketika menulis novel itu, Carl Sagan mungkin masih berangan-angan dalam konteks menulis fiksi-sains, tapi perkembangan fisika memperlihatkan bahwa Lubang Cacing itu tidak mustahil ada. Sebab itu, jika orang ingin awet muda, ia bisa menyewa transpor kapsul dan menghilang di Lubang Cacing untuk beberapa waktu, dan ketika ia kembali ke Bumi mungkin kawan seusianya sudah terlihat lebih tua. Ini mungkin karena Lubang Cacing bekerja seperti digambarkan dalam Teori Relativitas Einstein.

Pengajaran sains di sekolah memang cenderung dogmatis. Kita kurang diajak berpikir mengapa untuk kasus ini memakai hukum ini, dan untuk kasus itu menggunakan hukum itu. Pengajaran tentang cara berpikir sebagai bagian dari pengajaran sains disisihkan, padahal sains berkembang lantaran cara berpikir yang terbuka dan dipenuhi rasa ingin tahu.

Meski ada aktivitas percobaan di laboratorium, kerap kali kita belajar fisika dan kimia dengan pendekatan yang terlalu matematis. Seolah-olah apa yang kita pikirkan hingga pusing itu hanya ada di atas kertas, padahal fisika dan kimia adalah bagian hidup sehari-hari kita. Kita diajak berkutat dengan simbol-simbol tanpa diajak memahami apa sih arti semua simbol itu di dunia nyata?

Eksperimen pengajaran sains dengan memutar film-film science-fiction sudah lama dilakukan di luar. Orang kerap merujuk pada A Space Odyssey atau Star Trek, meski sebenarnya orang bisa pula belajar sains dari menonton Finding Nemo atau Journey to the Center of the Earth. Mengapa belajar dari film ini, bukankah orang tak bisa menuju pusat Bumi. Justru itu, bila orang tidak bisa mencapai perut Bumi, bagaimana penjelasannya?

Jadi, banyak jalan untuk belajar sains, dan belajar dari film tak kalah bikin pintar, bahkan mengasyikkan. ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler