x

Perenang Amerika Serikat, Michael Phelps menjadi atlet dengan bentang terlebar sepanjang 182 cm. Bentangan itu menyamai bentang sayap elang gundul, jadi mungkin kelebihan ini yang menjadikannya begitu cepat mengayuh di air. REUTERS/Jorge Silva

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Menang Berarti Mengalahkan Diri Sendiri

Juara sejati menang bukan karena menaklukkan orang lain, tapi mengalahkan diri sendiri.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Michael Phelps, perenang tangguh dari AS, pasti merasakan betapa berat menghadapi kenyataan perbedaan 0,05 detik telah menyirnakan peluangnya untuk meraih medali emas dalam final 200 meter gaya kupu-kupu putra di Olimpiade London 2012. Bayangkan, Phelps terus unggul hingga 10 meter terakhir. Namun Chad le Clos, perenang Afrika Selatan, ternyata mampu menyalip dan menyentuh lantai finis lebih dulu. Le Clos meraih emas dengan catatan waktu 1 menit 52,96 detik dan meninggalkan Phelps hanya terpaut 0,05 detik di belakangnya.

Kekalahan Phelps tidak lantas menjadikan prestasinya tidak bernilai. Seperti halnya para sprinter; mereka yang kalah karena tertinggal 0,02 detik tetap layak memperoleh apresiasi atas segala proses yang sudah mereka jalani, yang memakan waktu lama, membutuhkan fokus yang terus-menerus, yang memeras keringat, yang menyedot pikiran, dan yang menaik-turunkan emosi. Phelps tetap patut dihargai karena sportivitasnya yang tinggi. Kendati menghadapi kenyataan pahit, ia mengakui kecerdikan Le Clos.

Di Olimpiade yang sama, Ika Yuliana Rochmawati, atlet panahan kita, bahkan memperoleh skor yang sama, yakni 129, dengan pesaing terdekatnya di babak 16 besar, Ksenia Perova dari Rusia. Karena itu dilakukan babak tambahan (play off) untuk menentukan siapa yang berhak maju ke babak 8 besar. Di babak tambahan yang hanya terdiri atas 1 gim inilah kestabilan emosi pemanah diuji. Pemanah yang mampu mengalahkan kecamuk emosi dalam dirinya, dialah yang berpeluang besar untuk maju ke babak berikutnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Hasilnya? Baik Ika maupun Perova mampu menancapkan anak panah di lingkaran berpoin sembilan. Tapi, anak panah Perova menancap lebih dekat dengan garis lingkaran berpoin 10, lantaran itu Perova-lah yang ditetapkan berhak melaju ke babak berikutnya. Ika memang “kalah”, tapi dengan kepala tegak. Prestasinya tetap membanggakan, sebab seperti halnya Perova ia mampu mengalahkan kecamuk emosi dalam dirinya.

Jalan menjadi juara adalah tantangan yang sukar, sebab itu terkadang ada saja yang menempuh cara-cara bersiasat, seperti menghindari bertemu lawan yang kuat atau bermain tidak serius agar peluang untuk maju ke babak berikutnya tetap terbuka. Cara-cara bersiasat ditempuh barangkali karena menjadi juara sudah menjadi obsesi yang tidak sehat. Mungkin karena para atlet sudah merasa berlatih keras, penuh disiplin, mengorbankan berbagai hal, sehingga akan menyesakkan dada jika kekalahan dalam satu pertandingan ternyata melenyapkan peluang menjadi juara.

Sering terjadi, kesenangan atas suatu kemenangan akan dengan cepat berlalu. Rasa manis kemenangan itu hanya terasa dalam sekejap. Sebaliknya, rasa sakit karena kalah biasanya tertanam lebih lama. Ini terjadi karena kita mendefinisikan menang sebagai menaklukkan lawan, membuat pesaing bertekuk lutut, atau menjadikan kemenangan sebagai puncak pembuktian keunggulan diri sendiri kepada orang lain.

Sebagaimana spirit Olimpiade, lawan para pemenang bukanlah atlet lain, melainkan keterbatasan diri sendiri. Menang seyogyanya dimaknai sebagai meningkatnya kesadaran terhadap potensi diri (self-awaraness). Mereka yang meraih medali emas adalah atlet-atlet yang telah mampu mengatasi keterbatasan dirinya, mengeksporasi keunggulan potensinya, dan menguasai letupan-letupan emosinya—ibarat padi, semakin berisi semakin merunduk.

Pengalaman meningkatkan potensi diri dari hari ke hari, berlatih dengan penuh fokus dan disiplin, menahan diri dari kesenangan, adalah kemenangan yang sesungguhnya. Pemenang dalam suatu kompetisi, seperti Thomas dan Uber Cup yang tengah berlangsung sekarang, adalah orang-orang yang tidak takut kalah, tapi bukan yang bersiasat mengalah agar tidak bertanding melawan tim yang hebat hanya untuk menjadi juara di mata khalayak.

Juara sejati menang bukan karena menaklukkan lawan, melainkan mengalahkan diri sendiri. **

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Orkestrasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Rabu, 13 Maret 2024 11:54 WIB

Terpopuler

Orkestrasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Rabu, 13 Maret 2024 11:54 WIB