x

Iklan

Guevara ES

Farmer, Chilli Lovers, Adventurer
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Sulitnya Menyandang Status Juara Bertahan

Timnas Sepakbola Spanyol, sang juara bertahan, tumbang di Piala Dunia 2014 Brasil. Spanyol sekalilagi membuktikan kebenaran adagium bahwa mempertahankan memang jauh lebih sulit daripada mencapainya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

“Mempertahankan sesuatu yang sudah didapatkan jauh lebih susah daripada perjuangan untuk mencapainya. Seringkali kita gagal mempertahankan”.

Kata-kata mutiara diatas tampaknya banyak benarnya, pun dalam dunia sepakbola. Kalau tidak percaya, tanya saja pada Tim Nasional Spanyol yang gagal total mempertahankan gelar ‘Juara Dunia’ dalam gelaran Piala Dunia 2014 Brasil kali ini. Datang sebagai juara bertahan dengan status unggulan, tim peringkat pertama FIFA itu justru hancur lebur. Dua kekalahan di penyisihan grup mengantar mereka pulang lebih awal.

Pada laga pertama, Tim Matador harus mengakui keunggulan dengan skor yang sangat telak, 5-1. Gol Xabi Alonso dibalas oleh berondongan masing-masing dua gol cantik dari Robin van Persie dan Arjen Robben plus satu dari Stefan van der Vriej. Iker Cassilas dan kawan-kawan pun harus tertunduk malu. Belanda yang dikalahkan pada final Piala Dunia 2010 lalu membalaskan dendamnya dengan sempurna.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kekalahan telak itu sontak menjadi berita besar. Media-media utama di Eropa menjadikan kekalahan sang juara bertahan sebagai headline surat kabar mereka. Di media sosial, kekalahan itu pun banyak menjadi gurauan. Spanyol dirubah menjadi 5panyo1

Pada laga kedua, saat mereka bertekad untuk bangkit saat laga melawan Chile, Spanyol justru kecele. Mereka dikalahkan oleh tim kuda hitam asal Amerika Selatan itu dengan skor 2-0. Kali ini, Spanyol menjadi 2pany0l. Chile pun memastikan Spanyol tersingkir secara memalukan hanya dengan dua laga penyisihan. Pasukan asuhan Vicente del Bosque itu terpaksa harus menelan pil pahit di Brasil.

Menjadi juara bertahan memang pasti tak mudah. Status sebagai tim unggulan dan harapan publik yang membumbung tinggi membuat beban dipundak mereka sedemikian besar. Status juara bertahan juga membuat motivasi lawan berlipat-lipat, semangat mereka tentu semakin berkobar untuk mengejar prestasi sebagai tim yang mengandaskan Sang Juara.

Kekuatan sang juara bertahan juga tentu sudah diblejeti habis oleh musuh-musuhnya. Mereka pasti sudah menyiapkan strategi untuk mematikan permainan andalan incumbent. Tiki-taka ala Spanyol yang tak banyak berubah sudah diantisipasi dengan baik oleh musuh-musuhnya. Apalagi, susunan pemain Spanyol juga tak banyak berubah sejak menjuarai Piala Dunia 2010 lalu. Musuh tentu sudah hafal dengan gaya permainan mereka.

Akhirnya, tim juara bertahan, peringkat pertama FIFA dan bertabur bintang seperti disetiap lini harus pulang lebih awal dengan tragis. Di babak berikutnya kita sudah tak dapat menyaksikan penampilan Iker Casilas, Sergio Ramos, Andres Iniesta, Xabi Alonso, David Silva, Fernando Torres, Diego Costa dan kawan-kawanya.

Tak hanya Spanyol, sulitnya menjadi juara bertahan juga pernah dirasakan oleh Brasil, Perancis dan Italia. Berpesta setelah menjadi Juara Dunia, mereka merana pada perhelatan piala dunia empat tahun kemudian. Dan yang lebih parah, hanya bisa bertahan di babak penyisihan.

Brasil 1966

Selecao memenangi Piala Dunia mereka yang kedua pada 1962, selepas mengalahkan Cekoslovakia 3-1 di final. Namun, dalam Piala Dunia berikutnya di tahun 1966 yang digelar di Inggris menjadi mimpi buruk mereka. Nama besar pemain terbaik dunia saat itu Pele, ditambah pemain tenar lainya seperti Garrincha tak dapat menyelamatkan Brazil.

Mereka kalah di laga pembuka melawan Bulgaria 2-0 dan tanpa Pele yang cedera dilaga kedua mereka tewas dikalahkan Hungaria dengan skor 3-1. Pada laga berikutnya mereka juga ditumbangkan Portugal yang saat itu dipimpin oleh pemain bintangnya,Eusebio juga dengan skor 3-1. Brasil, sang juara bertahan saat itu pun gagal total mempertahankan mahkotanya.

Perancis 2002

Perancis menjadi Juara Dunia untuk pertama kalinya saat memenangi Piala Dunia 1998 setelah di laga final mengalahkan Brasil. Mereka kemudian melengkapi superioritasnya dengan menjadi juara Piala Eropa 2000. Namun, superioritas sang pertahana sama sekali tak terlihat di Piala Dunia 2002. Penampilan Tim Ayam Jantan melempem. Mereka gagal berkokok, bahkan di babak penyisihan setelah kalah melawan Senegal 1-0, hanya mampu bermain seri melawan Uruguay 0-0.dan diledakan tim Dinamit Denmark 2-0.

Les blues pun harus pulang dengan kepala tertunduk dari Korea-Jepang. Tim yang diisi pemain top dunia seperti Zinedine Zidane, Thierry Henry dan lainya itu bahkan tak menjaringkan satu gol pun pada Piala Dunia pertama di Benua Asia itu.

Italia 2010

Empat tahun selepas kemenangan dramatik mereka dalam final Piala Dunia 2006. Italia datang ke Afrika Selatan dengan kepercayaan diri tinggi untuk mempertahankan gelar juara mereka. Apalagi mereka ada di Grup mudah dengan tim-tim yang tak diunggulkan seperti Paraguay, New Zealand dan Slovakia. Namun ternyata Gli Azzuri melempem. Mereka tampil buruk dengan bermain seri 1-1 melawan Paraguay dan New Zealand dan dikalahkan 3-2 oleh Slovakia.

Di Afrika Selatan, saat piala dunia digelar pertama kali di Benua Afrika itu, juara dunia bertahan pun terpaksa harus menelan cemoohan. Italia tersingkir di babak penyisihan tanpa memenangkan satu pertandingan pun.

Dan, drama itu terulang pada Piala Dunia 2014 di Brasil. Juara bertahan harus tumbang di babak penyisihan. Tim Matador Spanyol harus angkat koper lebih awal. Mereka pun harus pulang dengan kepala tertunduk dan menelan cemoohan, tanpa sambutan meriah dan sukacita seperti empat tahun lalu.

Ingat, mempertahankan itu jauh lebih sulit daripada mendapatkanya….

Salam Mendoan!

Sumber Foto : www.stylokids.com

Ikuti tulisan menarik Guevara ES lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler