x

Skoliosis

Iklan

Yulia

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Sadar skoliosis!

Skoliosis merupakan kelainan tulang belakang yang membentuk huruf `S` atau `C`. Kelainan tulang belakang ini dapat terjadi pada siapa saja dan banyak di antara kasus skoliosis yang tidak diketahui penyebabnya. Identifikasi mengenai gejala skoliosis pentin

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Mungkin tak banyak yang tahu bahwa bulan Juni ditetapkan sebagai bulan sadar skoliosis skala nasional (national scoliosis awareness month) menurut Scoliosis Research Society, sebuah lembaga yang berfokus pada penelitian skoliosis di Amerika Serikat sana. Jika menilik lebih jauh, tak heran sebenarnya jika banyak masyarakat yang belum mengetahui hal ini, mengingat kata “skoliosis” itu sendiri pun masih menjadi sebuah kata yang cukup asing di telinga khalayak umum.

Skoliosis ini bisa terjadi pada siapa saja. Nah, mari kita mengenalinya lebih dekat.

Apa itu skoliosis?

Skoliosis berasal dari bahasa Yunani, yaitu `scolios` yang artinya `melengkung`, `bengkok`, atau `berputar`. Skoliosis merupakan kelainan tulang belakang di mana tulang belakang yang harusnya lurus menjadi melengkung ke arah kiri atau kanan, membentuk huruf `S` atau `C`.

Apa penyebab skoliosis?

Kasus skoliosis ternyata lebih banyak terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki. Merujuk pada skripsi Azelia Rahmi (2010), skoliosis dapat dikelompokkan menjadi berbagai jenis, yaitu:

1. Skoliosis Idiopatik atau idiophatic scoliosis.

Skoliosis jenis ini merupakan skoliosis yang paling banyak ditemui, yaitu 80-85% dari kejadian skoliosis merupakan skoliosis idiopatik atau skoliosis yang penyebabnya tidak atau belum diketahui.

Jenis skoliosis idiopatik:

- Infantile idiophatic scoliosis

Terjadi pada anak usia 0-3 tahun. Kasus ini dominan terjadi pada laki-laki dan jarang ditemui, yaitu hanya 1 % dari seluruh skoliosis idiopatik.

- Juvenile idiophatic scoliosis

Kasus ini terjadi pada usia 3-10 tahun.

- Adolescent idiophatic scoliosis

Terjadi pada usia 10-18 tahun saat tulang telah matang.

- Adult idiophatic scoliosis

Terjadi setelah seseorang tidak mengalami pertumbuhan fisik lagi yaitu setelah 18 tahun.

2. Congenital scoliosis

Skoliosis ini terjadi sejak lahir yang bisa disebabkan oleh kekurangan asam folat pada ibu hamil.

3. Neuromuscular scoliosis

Skoliosis ini terjadi karena kelainan sistem syaraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang) sehingga menyebabkan perubahan pada stimulus tubuh. Penyebabnya yaitu cerebral palsy, poliomielitis, dan distrofi otot.

4. Syndromic scoliosis

Skoliosis ini terjadi karena adanya beberapa syndrom, misalnya pada kasus seseorang yang memiliki marfan syndrome.

 

Penanganan skoliosis

Penanganan skoliosis di antara skolioser tidaklah sama karena setiap skolioser memiliki kasus yang unik dan berbeda-beda. Penanganan skoliosis yang cocok untuk skolioser A belum tentu cocok untuk skolioser B. 

Berdasarkan derajat kelengkungan kurva seorang skolioser (yang diukur oleh dokter ahli dengan menggunakan metode tertentu), pada umumnya kategori skoliosis dapat dibagi menjadi:

a. Skoliosis derajat ringan (biasanya berkisar 10 hingga 15-an derajat). Penanganan skoliosis kategori ini adalah dengan melakukan terapi secara rutin dan melakukan olahraga renang untuk menjaga agar kurva tidak bertambah besar.

b. Skoliosis derajat sedang (biasanya berkisar 20 hingga 30-an derajat). Penanganan skoliosis kategori ini adalah dengan mengenakan brace atau semacam alat penyangga punggung yang berfungsi sebagai positioning tubuh dan mencegah agar tulang belakang bertambah melengkung.

Saat ini jenis brace bervariasi dari yang satu warna hingga terdiri dari bermacam warna, dari yang berbahan keras (hard brace) yang terbuat dari fiber hingga yang berbahan lunak (soft brace).

Ada beberapa pendapat yang mengungkapkan bahwa brace hanya cocok untuk skolioser yang tulangnya belum mature atau masih dalam masa pertumbuhan. Namun sekali lagi, penanganan brace untuk satu dan yang lainnya belum tentu sama sehingga ada juga skolioser yang mengenakan brace pada saat tulang sudah mature.

Skolioser yang menggunakan brace tetap dapat melakukan berbagai kegiatan seperti biasa meski tentu tidak diperkenankan untuk melakukan gerakan-gerakan ekstrim. Brace pada umumnya digunakan selama 23 jam sehari. Skolioser dengan menggunakan brace biasanya melakukan kontrol rutin setiap 2-6 bulan sekali. Olahraga renang secara rutin dan beberapa terapi terkadang juga dianjurkan bagi skolioser kategori ini.

c. Skoliosis derajat besar. Penanganan skoliosis kategori ini adalah dengan operasi yaitu dengan memasang pen di punggung. Tindakan tersebut dipilih karena kebengkokan tulang sudah lebih dari 40 atau 50 derajat dan seterusnya sehingga dikhawatirkan akan mengganggu fungsi organ tubuh lain. Tulang yang membengkok akan mempersempit ruang untuk jantung dan paru-paru. Inilah sebabnya sesak nafas biasanya terjadi pada skolioser meskipun tidak semua mengalami hal tersebut.

Sebelum dan setelah operasi,  skolioser biasanya akan melakukan beberapa penanganan dan terapi terlebih dulu serta tidak diperbolehkan untuk melakukan kegiatan ekstrim. Operasi ini tidak serta merta akan mengembalikan tulang yang bengkok menjadi 100% lurus sempurna. Derajat kelengkungan setelah operasi memang akan berkurang dibanding sebelum operasi namun skolioser tetap harus berhati-hati dan rutin memeriksakan diri ke dokter dalam jangka waktu yang sudah ditetapkan. Berdasarkan pembicaraan dengan skolioser lain, seorang skolioser yang sudah operasi pun tetap harus menjaga posisi tubuh agar kelengkungan tulang belakang tidak kembali bertambah.

 

Deteksi dini

Bagaimana cara mendeteksi dengan mudah jika ingin mengetahui ada tidaknya skoliosis dalam diri kita? Ciri umum berikut sekaligus juga dapat dijadikan salah satu cara untuk mengidentifikasi skoliosis dan mudah dilakukan di rumah. Dengan mengetahui cara ini berarti kita sudah melakukan pencegahan dengan mengetahui sejak dini kemungkinan adanya skoliosis. Mintalah bantuan pada anggota keluarga seperti orangtua, adik/kakak untuk membantu mengidentifikasi gejala ini.

Caranya yaitu:

1. Berdiri di depan cermin.

2. Periksa dan amati baik-baik apakah gelang bahu lebih tinggi dari salah satu sisi.

3. Periksa dan amati baik-baik apakah lekukan tubuh simetris atau tidak. Adakah perbedaan antara lekuk tubuh kiri dan kanan? Misalnya pinggang atau pinggul tidak sama tinggi.

4. Membungkuk dan posisikan tubuh seperti sedang ruku' dalam shalat, dengan tangan menjuntai ke bawah. Metode ini disebut Adam`s forward bending test. Kemudian mintalah salah satu keluarga meraba punggung, apakah saat diraba terdapat salah satu sisi punggung kiri atau kanan yang menonjol dan tidak rata. Pada umumnya terdapat rib hump atau tonjolan tulang iga pada skolioser di sebelah kiri atau kanan.

5. Periksa juga apakah sering merasa nyeri, kaku, atau pegal pada punggung? Beberapa skolioser kerapkali merasa sesak nafas dan nyeri yang amat sangat pada punggung, namun ada juga yang tidak.

Jika dari deteksi dini tersebut kamu ternyata cenderung atau dikhawatirkan memiliki skoliosis, langkah selanjutnya tentu adalah memeriksakan diri sesegera mungkin ke dokter tulang untuk kemudian dapat diketahui langkah-langkah penanganan selanjutnya. Biasanya dokter akan meminta pasien melakukan X-ray untuk memastikan hal tersebut.

 ****

Kembali ke bulan sadar skoliosis seperti di awal tulisan, Scoliosis Association United Kingdom (SAUK) atau kelompok skoliosis di Inggris menetapkan tanggal 28 Juni sebagai hari sadar skoliosis berskala international (international scoliosis awareness day). Namun asal usul mengenai mengapa bulan Juni ditetapkan sebagai bulan skoliosis belum penulis temukan. Sepengetahuan penulis, Indonesia belum memiliki bulan sadar skoliosis sendiri atau kalaupun ingin menetapkan bulan Juni dengan mengikuti negara lain, gaung dari scoliosis awareness itu sendiri masih belum ramai terdengar.

Literatur atau tulisan yang menjabarkan secara gamblang mengenai skoliosis pun dirasa masih kurang. Dalam tulisan ini, penulis sebagai skolioser berusaha untuk menjabarkan berdasarkan pengalaman pribadi dan sumber yang pernah dibaca. Sehingga apa yang disampaikan pada tulisan ini baru mengupas sisi skoliosis secara awal saja (dan secara awam) serta diharapkan menggugah perhatian masyarakat untuk kenal lebih dekat dengan skoliosis. Kesadaran sejak dini akan skoliosis wajib diketahui untuk diri sendiri, orangtua, adik, kakak, keponakan, sepupu, tetangga, kawan, dan juga anggota masyarakat lainnya.

Skolioser, pemerhati skoliosis, ataupun masyarakat umum diharapkan ikut berpartisipasi dalam menimbulkan kesadaran akan skoliosis, tidak hanya di bulan Juni tetapi juga setiap bulan dan setiap saat. Caranya bisa dengan membuat tulisan terkait skoliosis lewat blog, buku, atau mengadakan pertemuan dengan skolioser dan saling berbagi cerita.

Sebisa mungkin mencegah sebelum mengobati. Kurangnya informasi dan tidak adanya pengetahuan di masyarakat mengenai skoliosis menjadi salah satu hambatan seseorang untuk mengetahui ada kelainan dengan tulang belakangnya dan tidak kunjung memeriksakannya kepada para ahli. “Mengenal lebih dekat dengan skoliosis agar bisa mencegah sejak dini” itulah yang coba penulis sebarkan agar masyarakat lebih kenal dengan skoliosis, salah satunya melalui tulisan ini.

Yuk, “Sadar Skoliosis”!

 

Referensi:

1. Azelia Rahmi (2010). Gambaran karakteristik pasien berdasarkan besar sudut kelengkungan kurva skoliosis di RSUD Fatmawati tahun 2005-2009. Skripsi. Universitas Indonesia

 

**Penulis adalah skolioser kategori derajat sedang yang selama 3 tahun menggunakan brace. Sebelumnya penulis juga membuat sebuah buku berdasarkan pengalaman pribadi dengan skoliosis dan MVP (Mitral Valve Prolapseyang awalnya merupakan kumpulan tulisan dari blog pribadi dan diterbitkan secara indie atau self publishing.

Ikuti tulisan menarik Yulia lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB