x

(atas) Benturan Neymar dengan Juan Zuniga, dan (bawah) hasil rontgen tulang punggung Neymar. (dailymail)

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Neymar

Piala Dunia 2014 belum lagi usai, namun Neymar telah pulang ke rumah. Bagaimana kesebelasan Brasil bermain melawan Jerman tanpa kehadiran Neymar?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Hantaman lutut Zuniga telah meretakkan tulang belakang Neymar. Bintang Brasil ini terpaksa pulang ke rumah lebih awal dibanding rekan-rekannya yang masih harus bertarung berhadapan dengan tim Jerman. Dibandingkan dengan gigi Luis Suarez, terbukti lutut Zuniga jauh lebih berbahaya.

Kehadiran Neymar di lapangan jelas penting, bukan saja bagi tim Brasil yang sangat berhasrat menjadi juara dunia di negerinya sendiri. Lebih dari itu, Neymar adalah magnet yang menarik pecinta sepakbola untuk datang ke stadion maupun menanti tengah malam untuk menyaksikannya beraksi di layar teve, di sini di sebuah negeri yang berjarak sekitar 12.600 kilometer dari Sao Paulo.

Bahkan, tim Jerman—yang niscaya memperoleh advantage dari ketidakhadiran Neymar—merasa laga di antara semifinalis ini menjadi kurang berbobot. Raul Gonzalez menyebutkan, tanpa Neymar Brasil seolah kehilangan separuh tubuhnya. Berlebihan mungkin, namun ini menyiratkan pentingnya peran seorang Neymar bagi tim Samba.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Neymar bermain sepakbola sebagai seni—yang di dalam seni ini tecermin kecerdasan kinestetisnya, kepiawaiannya mengolah bola, dan bakatnya yang luar biasa. Ia mengembuskan spirit bermain bersama ke dalam tim, bukan inidvidualis yang menonjolkan kebintangannya.

Bagi Brasil, Neymar adalah maskot yang menebarkan inspirasi bagi tim, memompa semangat bertanding bagi kawan-kawannya, menyedot pendukung Brasil untuk memberi dukungan dari sisi lapangan. “Bisakah Brasil melaju ke final tanpa Neymar?” menjadi pertanyaan yang hari-hari ini menguar. Tanpa Neymar, Brasil mungkin kehilangan kemampuan untuk mengeksploitasi kelemahan Jerman. Namun, bisa pula itu memacu semangat mereka untuk menang, melaju ke final, dan menghadiahkan gelar Juara Dunia 2014 kepada Neymar.

Pelatih Scolari berusaha keras untuk menunjukkan Brasil bukan hanya Neymar—Brasil belum mati. Teamwork, inilah yang berusaha ditonjolkan. Betapapun begitu, dalam setiap laga, terbukti sebuah kesebelasan memerlukan kehadiran seorang inspirator—ia bisa pula sekaligus seorang kapten, seperti Messi bagi Argentina. Atau Rodriguez, bintang Kolombia yang tengah naik daun. Atau Muller bagi Jerman dan Robben bagi Belanda—pemain impresif nan dahsyat.

Seorang inspirator dibutuhkan untuk menyalakan spirit bertarung, mengembangkan irama permainan, mendongkrak semangat kala menurun, menembus pertahanan lawan dan mengeksploitasi kelemahannya. Zunigar telah mengirim inspirator Brasil pulang; tapi, hidup, sepakbola, harus berjalan terus.

Menjadi tantangan bagi Scolari dan anak didiknya untuk tampil cemerlang di hadapan publiknya sendiri, di negeri mereka sendiri. Neymar tidak mungkin terjun bertarung berhadapan dengan tim Jerman, tapi spiritnya mungkin menguar di lapangan hijau nanti dan menginspirasi kawan-kawannya. (Foto: Dailymail) **

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler