x

Iklan

Ardiyansah Yuliniar Firdaus

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Teori Evolusi Bertentangan dengan Pancasila

Menurut Pancasila, manusia itu berasal dari Adam dan Hawa

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Kenalkah para pembaca dengan orang diatas? dia bukan seorang buronan, bukan juga seorang koruptor, bukan juga seorang teroris, apalagi seorang militan yang ahli dalam bidang persenjataan, bukan juga seorang imigran yang sedang mencari suaka demi kelangsungan hidupnya, bukan juga seorang tentara israel yang lari dari medan perang, lalu siapa dia sebenarnya?

Jika jawaban para pembaca adalah Charles Darwin, maka para pembaca berhak mendapat poin 100. Dialah Charles Darwin sang fenomenal. Charles Darwin (1809-1882) memiliki nama panjang Charles Robert Darwin adalah ilmuwan asal negara Inggris yang menemukan hasil penelitian di pulau galapagos untuk menunjang teori evolusi. Charles Darwin disebut sebagai bapak evolusi karena memiliki data yang lebih lengkap untuk menguatkan teori evolusi. Charles Darwin mengeluarkan dua buah buku yang memberikan andil yang cukup penting bagi perkembangan teori evolusi, yakni :

A.  On The Origin of Species by Means of Natural Selections pada tahun 1859

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

B.  The Descent of Man, and Selection in Relation to Sex dan The  Expression of The Emotions in Man and Animals.

Dia telah melahirkan sebuah teori evolusi yang telah diterima oleh ilmu pengetahuan. Secara garis besar teori evolusi Darwin adalah tentang konsep perubahan evolutif dan konsep mengenai seleksi alam. Dalam hal ini Darwin menolak pendapat bahwa mahluk hidup adalah produk ciptaan yang tak dapat berubah. Mahluk hidup yang ada sekarang adalah produk perubahan sedikit demi sedikit dari nenek moyang/dari mahluk asal yang berbeda dengan yang sekarang. Selanjutnya seleksi alam menuntun terjadinya perubahan tersebut (Prawoto, 1987:1.13).

Sebagai insan Pancasila apakah kita akan menerima atau sependapat dengan teori tersebut? Bukankah para pendahulu negeri ini juga telah mewariskan Pancasila yang lebih fenomenal dari teori evolusi Darwin. Pancasila bukan hanya fenomenal, tetapi pancasila juga lebih rasional dalam menyikapi asal usul kehidupan, utamanya manusia.

1.  Evolusi Manusia Hubungannya dengan Pancasila

Menurut teori evolusi manusia berasal dari primata primitif dan diperkirakan kemunculannya yang pertama yaitu sekitar 75 juta tahun yang lalu dan kebiasaan bertempat di pohon-pohon (buku Biologi SMA. 3A-A2, Semester 5 oleh Tim Penyususun Biologi, CV Armico Bandung). Pada keterangan lain disebutkan bahwa primata primitatif itu diperkirakan muncul pada 15 juta tahun yang lalu (buku Biologi SMA 3 untuk kelas 3 semester 5-6 oleh Drs. Yadi Rohyadi, Tiga Serangkai). Perkiraan umur pada kedua keterangan tersebut itu berbeda 60 juta  tahun lamanya, padahal buku tersebut sama-sama buku pelajaran untuk SMA, serta sama-sama untuk kelas 3 SMA. Yang mana yang paling benar? Bukankah tidak ada dua pendapat yang berbeda dalam satu kasus penelitian ilmiah yang kedua-duanya benar?. Dari perkembangan primata primitif pada berjuta-juta tahun, kemudian berevolusi hingga terjadi bentuk-bentuk baru sampai kebentuk manusia kera, manusia purba dan terakhir kebentuk manusia modern yang ada saat ini. Dari teori itu tidak disebutkan asal usul primata primitif tersebut. Apa ada secara tiba-tiba atau dari evolusi mahluk yang lain.

Sementara dalam buku cerdas Biologi kelas XII yang diterbitkan oleh Grafindo Media Pratama pada kolom konsep utama halaman 191 dijelaskan bahwa “Evolusi merupakan konsep biologi yang banyak membutuhkan pemahaman secara menyeluruh. Ketika para ahli biologi beradu pendapat dalam menentukan mekanisme manakah yang terpenting bagi suatu kelompok, mereka akhirnya menemukan kesamaan pendapat bahwa semua organisme muncul sebagai hasil evolusi dari nenek moyangnya. Tidak ada bukti yang dapat diperoleh untuk meyakinkan bahwa evolusi tidak terjadi”. Dari konsep utama tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa evolusi itu memang terjadi pada semua organisme, bukankah hal tersebut sangat bertentangan dengan pancasila?   

Menurut pandangan hidup bangsa Indonesia (Pancasila) manusia itu berasal dari Adam dan Hawa, kemudian dari sepasang manusia ini berkembang beranak pinak menjadi manusia yang lain termasuk manusia Indonesia yang ada pada saat ini.

Sebagai bangsa yang religius bangsa Indonesia yakin dengan sebenar-benarnya bahwa Tuhan Yang Maha Esa itu, adalah pencipta segala mahluk dan alam semesta ini beserta isinya. Hal ini berdasarkan keyakinan agama, yang dengan sendirinya tidak akan memerlukan pembuktian secara ilmiah, sebab agama didasarkan atas keyakinan atau kepercayaan yang mampu mempunyai kebenaran mutlak dan tidak perlu diragukan lagi.

Kita menyadari bahwa kebenaran indera manusia serta kebenaran ilmiah itu relatif atau tidak sempurna, karena indera manusia tidak sempurna dan pemikiran manusia terbatas kemampuannya. Disisi lain perkembangan ilmu pengetahuan selalu bergerak dinamis dan dapat berubah sewaktu-waktu. Keyakinan bangsa Indonesia tentang adanya Tuhan Yang Maha Esa itu bukanlah suatu dogma atau kepercayaan yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya melalui akal dan fikiran, namun suatu kepercayaan yang berakar dari ilmu pengetahuan yang dapat diuji kebenarannya atau dapat dibuktikan melalui kaidah-kaidah logika.

2.  Evolusi Sebagai Ancaman Terhadap Pancasila

Paham evolusi mengajarkan kepada kita agar percaya bahwa semua mahluk hidup atau binatang termasuk manusia berasal dari satu bentuk kehidupan yang sama, atau berasal dari satu nenek moyang yang sama. Manusia itu berasal dari primata primitif yang diperkiran muncul pada 75 juta tahun yang lalu, kemudian berevolusi kepada bentuk kera atau kera manusia, manusia purba dan terakhir manusia modern.

Pada kesimpulannya, manusia itu berasal dari nenek moyang berupa kera (menurut teori evolusi) bukan berasal dari Adam dan Hawa dan bukan pula ciptaan Tuhan Yang Maha Esa sebagai mana yang kita yakini hingga saat ini.

Semestinya kita menyadari bahwa berdasarkan teori-teori itu (evolusi) keyakinan kita terhadap Pancasila sudah terjadi pengkaburan. Bagi manusia Indonesia yang kurang memahami pada agama dan kurang memahami Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa hal tersebut sangatlah berbahaya, sebab pada paham itu mengarahkan kita kepada paham bukan penciptaan, atau tidak ada yang menciptakan (yang secara tidak langsung menimbulkan anggapan bahwa Tuhan Yang Maha Esa tidak ada).

Di dalam pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang tujuannya merupakan penjabaran dari tujuan nasional yang tertuang dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN), bertujuan antara lain yaitu : “… membentuk manusia Indonesia yang bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti sesuai dengan norma-norma yang terkandung dalam Pancasila”. Bagaimana tujuan tersebut akan tercapai jika dalam teori evolusi itu diterangkan bahwa manusia itu berasal dari  kera. Jika kita semua sudah yakin bahwa manusia ini berasal dari kera, maka untuk apa kita percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Andaikan kita sudah tidak percaya terhadap Tuhan Yang Maha Esa, untuk apa kita berbuat baik?.

Pancasila tidak menghendaki hal yang demikian itu terjadi, tetapi jika paham evolusi itu tidak segera dihilangkan dalam buku-buku pelajaran diseluruh Indonesia, mustahil peristiwa besar yang pernah terjadi pada tahun 1965 itu tidak akan terjadi lagi. Sebagaimana yang telah dikatakan oleh Suhardiman tentang komunis gaya baru (Beringin nusantara No. 64/VII/95).

Berdasarkan pandangan-pandangan diatas itu maka jelaslah kiranya bahwa teori evolusi itu sangat bertentangan dan juga membahayakan pada Pancasila, sebagaimana juga telah dikatakan oleh Charles Smith seorang ketua dari American Association for The Advancement of Atheism, pada bukunya Annual Report tahun 1928 pada halaman 15 tertulis sebagai berikut ini “Evolusi adalah Atheism”. Manusia berevolusi dari setitik protoplasma yang selalu meningkat menuju sasaran yang lebih tinggi memuncak kepada pembentukan “Superman”. Dalam proses evolusi semacam ini, hakekat jatuh kedalam dosa adalah tidak masuk akal.

Menurut Nietzche “kejahatan, kekejaman, seks atau mabuk-mabukan, bukan hal yang memalukan dan tidak perlu disesalkan”. Di dalam pemikiran atheisme, tidak ada keraguan berkenaan dengan hasil evolusi.

Wakil ketua dari American Association for The Advancement of Atheism, mengatakan “Pengetahuan Evolusi Tidak Sejalan Dengan Gagasan Tentang Tuhan”. Berdasarkan uraian tersebut teori evolusi sangat bertentangan dengan pancasila serta berbahaya terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara, serta sangat jelas bahwa teori evolusi itu merupakan batu penjuru bagi atheisme, sedangkan atheisme adalah nenek moyang dari komunisme.

3.  Akibat-Akibat Buruk dari Evolusi

Akibat yang pertama adalah terjadinya hukum rimba. Sebagai contohnya adalah bukti teori evolusi tentang konsep seleksi alam yang menunjukkan kepada kita kepada hukum rimba, yaitu siapa yang kuat dialah yang menang. Dalam Science halaman 121 tahun 1939 oleh Prof. J Holmes menyatakan “ kalau Darwinisme terus menerus di terapkan maka untuk mengukur yang baik hanya akan berlaku satu penilaian saja yaitu kesanggupan bertahan hidup” dan “ karena itu, diakui atau tidak etika kita pada dasarnya menganut teori Darwin”. Ini merupakan hukum rimba, yang kuat dialah yang menang dan yang paling tahan dialah yang hidup. Dengan cara licik atau jahat, sebagai pengecut atau penipu, dan cara apapun yang memungkinkan individu itu hidup dianggap itu paling baik dan benar bagi individu atau masyarakat tersebut.

Sesuai hipotesa Darwin, Huxley berpendapat bahwa “kelicikan dan keganasanlah yang memungkinkan manusia itu berevolusi dari binatang-binatang, lagi pula hukum rimba inilah yang harus jadi pedoman bagi apa yang disebut kemajuan manusia”. Apakah mengherankan jika prinsip dari evolusi ini menggerogoti semua yang indah dan juga berharga didalam tabiat manusia Indonesia ?. cara berfikir yang jahat ini seharusnya bertangung jawab atas meningkatnya kejahatan diantara kaum mudah zaman sekarang.

Akibat yang kedua adalah militerisme. Diakui atau tidak, bahwa evolusi adalah merupakan suatu prinsip dasar dari militerisme. Pemimpin besar militerisme Jerman, Nietzsche, memperluas prinsip Darwin tentang kelangsungan hidup bagi yang bertahan atau yang kuat. Prinsip tersebut digunakan untuk mendesak atau mendorong warga negaranya untuk berperang. Menurut dia, “Norma kehidupan yang paling tinggi adalah semata-mata taraf kemampuan bertahan dalam hidup”. karena itu peperangan pada tahun 1914-1918 merupakan klimaks dari siasat yang sudah diperhitungkan dan dipupuk dengan gagasan diabolisme dari Nietzsche untuk menaklukkan dunia.

Jenderal Von Bernhard didalam bukunya The Next War juga menunjukkan adanya hubungan perang dengan biologi. Menurut dia, “Perang adalah merupakan kebutuhan biologis yang paling utama, yaitu unsur pengatur yang harus ada didalam umat manusia……. Perang mempertinggi gairah hidup serta meningkatkan kemajuan manusia”. Menurut kata-kata Nietzsche sendiri, Summum Bunum, atau kebijakan tertinggi dari pada kehidupan ialah “ pria harus dilatih untuk berperang dan wanita untuk melahirkan para pahlawan, lain dari pada itu adalah kesiasiaan (Complete Works of Nietzsche oleh Oscar levy edisi ke 6 tahun 1930 jilid II halaman 75)”.

Adolf Hitler mengulang filsafat hidup yang sama dan berasal dari teori evolusi ketika ia berkata “seluruh alam merupakan perjuangan yang terus-menerus antara kekuatan dan kelamahan adalah suatu kemenangan yang abadi dari yang kuat atas yang lemah”. Ia menanggapi doktrin evolusi itu dengan penuh kesungguhan dan menerapkannya untuk bangsanya sendiri. Menurut Hitler bangsa Jerman dengan intelegensi yang tinggi dan darah bangsawan arya adalah yang paling sesuai untuk bertahan dalam hidup dan menaklukkan atau mengusai dunia.

Akibat yang ketiga adalah atheisme yang telah tersebar dan meluas dikalangan kaum terpelajar diseluruh dunia. Ribuan pelajar diseluruh dunia ini kehilangan iman kepada Tuhannya akibat mempelajari evolusi itu. Pengaruh itu telah diramalkan oleh Prof. Huxley yang mengatakan bahwa “Doktrin evolusi jika terus menerus diterima memungkinkan orang tidak percaya pada adanya Tuhan pencipta”. Teori (evolusi) ini secara sadar atau tidak membawa orang kepada suatu keadaan menentang Tuhan sang pencipta. Dengan demikian itu maka teori evolusi itu merupakan batu penjuru bagi atheisme.

Akibat keempat setelah teori evolusi ini diterima dan diakuai oleh para ahli (diterima oleh ilmu pengetahuan) maka banyak Negara-negara didunia ini menjadi Negara komunis seperti Unisoviyet, RRC, Cuba, Vietnam, Korea Utara dan lainnya yang kesemuanya itu berdasarkan atheisme.

Akibat kelima yaitu terjadinya kenakalan remaja seperti : perkelahian antar pelajar, utamanya pelajar-pelajar di lanjutan atas; terjadinya banyak pelecehan seksual antara muda-mudi, sebagai contohnya: ayam abu-abu, ayam-ayam kampus, perempuan-perempuan eksperimen, yang kesemuanya itu disebabkan karena kurangnya kesadaran beragama atau juga akibat adanya kepercayaan terhadap doktrin-doktrin evolusi yang telah meniadakan Tuhan Yang Maha Esa, sehingga semua pelanggaran-pelanggaranya tidak dianggap sebagai sutau dosa, sebab manusia bukan berasal dari ciptaan Tuhan Yang Maha Esa; terjadinya banyak perebutan kekuasaan serta pelanggaran HAM, sesuai dengan kompetisi dalam hidup yang digambarkan oleh bukti-bukti evolusi melalui seleksi alam.

Ikuti tulisan menarik Ardiyansah Yuliniar Firdaus lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler