x

Sejumlah pasangan ikut berdansadalam Festival Bastille Day, di Cremat, dekat Nice, Perancis, 14 Juli, 2014. (AP Photo)

Iklan

Suhana Lim

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Law of Attraction Bagi Jomblo?

Bisakah Mendapatkan Pasangan Via Law of Attraction?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Semasa saya masih dibangku sekolah, orang tua senantiasa mengingatkan agar “selektif” dan berhati-hati dalam bergaul. “Jangan berteman dengan mereka-mereka yang memiliki sifat negatif, nanti ketularan” begitulah pesan sponsor yang sering saya dengar dari kedua orang tua.

Kesulitannya, tak jarang yang dekat dan baik justru teman-teman yang dalam kategori “jangan didekati dan ditemani.” Harus diakui, mereka-mereka yang lebih bandel biasanya tipe yang lebih ‘fun & adventurous” dibandingkan dengan geek atau kutu buku atau tipe “anak guru,” sehingga gampang menarikperhatian dan memukau (setidaknya untuk ukuran dan wawasan anak-anak kecil serta remaja.) Akibatnya seringkali terjadi perbedaan pendapat, ketegangan dengan orang tua karena masalah main/dekat dengan teman yang mana.

Only later in life, saat pengertian, wawasan dan pengalaman kita sudah jauh lebih banyak lah baru kita dapat lebih mengerti maksud baik dari anjuran/nasehat orang tua. Kalau dipikir-pikir memang tak sedikit yang terjerumus karena salah pergaulan. Apalagi diperiode pertumbuhan (anak kecil hingga remaja), yang mudah sekali ikut-ikutan dan terombang-ambing. Resiko untuk menyerap dan terpengaruh hal-hal positif maupun negatif sangatlah tinggi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Benar sekali dan sulit dibantah bahwa energi yang ada disekitar kita ikut memengaruhi dan membentuk bagaimana (baik jeleknya) kehidupan kita. Termasuk pula energi dari orang-orang disekeliling.

Coba saja amati, kisah di film-film yang menceritakan seorang detektif yang undercover menyelusup di kelompok penjahat, lambat laun si detektif menjadi disoriented bingung dengan jati dirinya (antara sebagai penegak hukum atau one of the bad guy.) Hal ini bukan isapan jempol semata. For sure it can happen in real everyday life.

Sering bersama dengan penjudi, pengguna narkoba, pemabuk maka cepat atau lambat disadari atau tidak maka kita pun akan menjadi one of them. Ikut-ikutan dengan yang suka 378 (menipu), jangan kaget kalau one day kita juga jadi penipu. Beberapa puluh tahun silam, salah seorang mentor spiritual sudah menyampaikan bahwa: “makin lama pergaulan akan makin terpolarisasi, pengelompokan antar orang-orang yang “sejenis” akan makin jelas.” At that time saya tidak begitu memperhatikan omongan sang mentor tadi.

Like attracts like, inilah basic dari Law of Attraction. Sayangnya sering disalahtafsirkan. Malah dipakai sebagai easy & lazy way dalam meraih sesuatu dalam hidup. Banyak yang mengira kalau kita mau sesuatu (materi, kebahagiaan, dll nya) maka kita cukup membayangkan/menvisualisasikan saja dan semua yang kita niatkan bisa otomatis “jatuh dari langit” kepangkuan. Bisa sedemikian mudah menghampiri kita. Sayang sekali kenyataan hidup tidaklah semudah begitu!

Unfortunately Law of Attraction bukan segampang itu. Unfortunately masih banyak sekali pihak yang mempropagandakan (lebih tepat “menyelewengkan”) Law of Attraction secara naif dan culun seperti diatas. Ini adalah pembodohan kepada publik. Lebih parah lagi, masih banyak pula yang kemakan dan percaya. Ada perbedaan yang jauh antara kita berserah dan pasrah fully kepada Yang Maha Kuasa dengan kita bersikap males mau gampang dan enaknya dalam mendapatkan sesuatu.

Very true bahwa Yang Maha Esa adalah maha pemberi maka pengasih maha penyayang, apapun bisa terjadi dengan kehendakNya. Tapi jangan lupa pula bahwa kita pun perlu semaksimalnya berusaha dan bekerja untuk mendapatkan yang kita mau. Tidak bisa dengan hanya meniatkan, menvisualisasikan, memikirkan saja. Tak bisa dengan sepenuhnya mengandalkan Law of Attraction.

Dalam feng shui juga terjadi. Misalnya, mereka-mereka yang single umumnya “tertarik” dan menempati bangunan yang energi nya mendukung kehidupan jomblo. Nah kalau mau keluar dari sikon maka kita perlu break up the pattern. Tanpa merombak energy pattern nya, kalau tidak mau keluar dari “comfort zone” maka akan makin sulit buat mendapatkan pasangan. Hal ini yang belum banyak dimengerti oleh banyak orang, termasuk oleh praktisi.

Benar sekali bunyi salah satu chengyu:” ????,????similar things group together, similar people fit together.” Similar energy group together.

Ikuti tulisan menarik Suhana Lim lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler