x

Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU), Husni Kamil Manik (tengah) bersama Komisioner KPU, Ida Budhiati (kanan) dan Sigit Pamungkas (kiri) mengetuk palu usai menetapkan rekapitulasi hasil perhitungan suara Pemilihan Presiden (Pilpres) di Kantor KPU, Jakar

Iklan

Suhana Lim

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Gak "Kamguan" & "Throw A Tantrum"

Jagoan Sejati vs Pecundang Sejati

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Many things can happen within 24 hours. Pasangan Jokowi Kalla sudah resmi terpilih sebagai next Indonesian number 1 and number 2. What an exciting and dynamic day yesterday. Prabowo mengambek at the last minute dan walk out dari pesta demokrasi. Manuver ini menambah tegang suasana, yang memang sudah menaik since the past few days. Banyak institusi yang memulangkan staff nya, pusat perdagangan yang tutup just in case terjadinya rusuh. Better safe than sorry. Daripada daripada.

Tak mudah memang menerima kekalahan dan secara ksatria mengakuinya. Seperti pepatah tak pandai menari bumi dikatakan bergoyang. Muka loe yang jelek malah cermin yang diancurin. Atau juga seperti orang yang menyalahkan kamera dan atau fotografer karena dirinya tidak fotogenic.

Seseorang yang bisa mengalahkan orang lain adalah hebat dan jagoan, tapi mereka yang bisa mengalahkan diri sendiri adalah lebih hebat dan jagoan sejati. Seseorang yang telah kalah dari orang lain dan tidak mampu megalahkan diri sendiri (dibaca: menerima kenyataan) ialah seorang pecundang sejati.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

True color seseorang memang paling mudah dilihat saat lagi krisis dan gawat. Sikap, karakter sejatinya akan keluar. Menerima kemenangan memang jauh lebih mudah daripada mengetahui kekalahan. Not to mentioned attitude yang “kalau gua tidak menang/mendapatkan maka orang lain juga tidak boleh menang/dapat.” “Gak kamguan/rela orang lain menang/senang, maka sengaja bikin ulah dan manuver untuk menyusahkan dan merepotkan.” Atau bak seorang balita yang throw a tantrum karena tidak dapat permen.Memang sayang sekali attitude dan spirit berdemokrasi belum sepenuhnya dihayati oleh semua pihak.

Tak ada pesta yang tak berakhir, tak ada pertandingan yang terus berlangsung. Now presiden baru telah didapatkan. Memang bukan pilihan semua orang, tak sedikit juga yang tidak memilihnya. Tetapi itulah konsekuensinya berdemokrasi. Aturan 50 plus 1 sudah bisa menjadi pemenang. Senang atau gemes, mau secara ksatria menerima atau sebagai sengkuni yang terus bikin moves, kita sudah punya presiden untuk lima tahun kedepan.

Membicarakan/mendebatkan alasan ini itu buat tidak terima hasil pilpres sangatlah mudah. Talk is very cheap and easy. Semua tergantung dan bersumber dari nawaitu kita. Apa niat dan intention. Niatnya positif atau tujuannya negatif.

Selamat kepada Jokowi – Jusuf Kalla. Selamat karena telah memenangkan dan mendapatkan mandat dari mayoritas pemilih. Tugas besar menanti, selamat bertugas! Salam tiga jari!

Ikuti tulisan menarik Suhana Lim lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler