x

Iklan

Thamrin Dahlan

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Lebaran Sepi di Tanah Minyak

Desaku ditinggalkan Pertamina, sunyi senyap tidak seperti dulu,....

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Nostalgia Delapan : Lebaran model anak minyak (dulu)

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menikmati mudik hari ke 4 di kampong halaman Tempino, awak menyaksikan kembali suasana lebaran model anak minyak. Kenangan itu seketika terlempar jauh kebelakang di tahun 1960 - 1970, kami anak anak minyak atau sebutlah dengan putra putri buruh Pertamina berlebaran dengan cara kami sendiri.

Tradisi budak Tempino berlebaran yaitu wajib hukumnya naik ke setiap rumah komplek dan rumah di ladang. Wajib utama adalah meminta maaf kepada pak dan ibu guru serta guru ngaji, sepertinya para pendidik itu mengabsen anak ajarnya yang masuk kerumah. Setelah itu mulailah bergeriliya ke rumah Pak Amat Bengkulu, kepala kampong Tempino, di rumah pakpong pasti setiap anak dapat angpao.

Masa jaya tanah minyak 1960-1980  menyiratkan kesejahteraan sempurna para buruh. Tanda kesejahteraan dilihat dari baju lebaran budak tempino. Saking kayanya Pertamina, sampai sampai setiap buruh dberi hadiah lebaran begitu beragam dan super banyak termasuk ber bal bal kain untuk dijahit menjadi baju lebaran.

Ahai,.... jadilah baju seragam lebaran budak budak tempino dengan motif dan warna baju yang sama bertebaran di sekeliling kampong. Lucunya tidak ada rasa malu diantara mereka pakai baju hadiah perusahaan, malah ada rasa bangga, "inilah aku anak minyak" Nah ketika hari lebaran kedua tiba, perusahaan menyediakan kendaraan gratis untuk jalan jalan ke kota Jambi. Bisa dibayangkan kota jambi terutama dipasar dan bioskop di penuhi dengan baju seragam minyak,...hahaha.

Tadi awak menyaksikan hanya ada 3 orang anak berlebaran berjalan kaki di dekat masjid. Mereka bersepan panjang dan mengenakan baju batik namun bajunya tidak seragam. Tidak ada lagi terlihat rombongan anak lain berseliweran saling menyapa di perumahan woneng 12 dan woneng kapal terbang seperti zaman kami dulu.

Biasanya ada puluhan rombongan anak Tempino saling berburu angpao + kue memasuki setiap rumah ngak peduli sang tuan rumah di kenal atau tidak. Kini sepi melanda lebaran yang seharusnya ramai bergembira. Senyap, itulah kata yang paling tepat untuk dusunku. Barusan terlihat satu rombongan anak lagi melintas, mereka pakai motor berboncengan 3.

Entah kapan lagi keceriaan lebaran anak minyak akan terulang lagi,...

 

 

 

Ikuti tulisan menarik Thamrin Dahlan lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler