x

Iklan

Eko Armunanto

There is nothing to writing. All you do is sit down at a typewriter and bleed ― [Ernest Hemingway]
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Gaza Muncul, Suriah Terlupakan

Ratusan ribu Muslim Suriah dibunuh sesama Muslim tak ada yang peduli, tiga ratus Muslim Gaza dibunuh Yahudi, breaking news tiap hari.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Ratusan ribu Muslim Suriah dibunuh sesama Muslim tak ada yang peduli, tiga ratus Muslim Gaza dibunuh Yahudi, breaking news tiap hari. Bukan maksud saya mereduksi nyawa manusia menjadi angka statistik, ini sekedar menunjukkan ironi bahwa jumlah korban di Suriah sepuluh kali lipat lebih banyak ketimbang jumlah korban di Gaza namun mendapatkan perhatian jauh lebih kecil sejak awal, dan kini lenyap menghilang.

 

Menurut laporan terkini dari Syrian Observatory for Human Rights, 1600 warga sipil terbunuh hanya dalam seminggu, persisnya antara 16 Juli hingga 25 Juli, lima kali lebih banyak ketimbang jumlah korban di Gaza dalam kurun waktu yang sama yaitu 300 jiwa. Sejak pertama kali meletusnya revolusi di Suriah menentang rejim Bashar al-Assad, jumlah warga sipil yang menjadi korbannya sudah mencapai 115 ribu jiwa. Untuk urusan pengungsinya saja PBBB sudah sejak tahun lalu memperingatkan bahwa eksodus dari Suriah akan segera menjadi persoalan besar dunia[1], laporan UNHCR saat itu sudah mencapai lebih dari 1 juta jiwa hidup dalam pengungsian dan bakal mendatangkan persoalan lebih buruk ketimbang masalah pengungsi Afganistan dan Irak jika tidak segera mendapatkan cukup perhatian dunia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

 

Image by Fox News

Image by Fox News

 

Ada setidaknya dua hal utama yang menyebabkan adanya diskriminasi perhatian:

 

Pertama, pertempuran di Gaza lebih menonjol sisi kemanusiaannya karena keputusan Israel menggempur pemukiman warga sipil Gaza. Semua rudal Israel yang mengarah ke pemukiman warga sipil Gaza bukanlah rudal nyasar tapi memang dibidikkan ke sana atas perintah PM Israel Benjamin Netanyahu. Selain itu konflik Gaza juga sarat dengan perspektif bahwa itu antar dua negara dan bangsa (persoalan kedaulatan), bahkan antar agama. Sengaja menjadikan warga sipil sebagai targetnya itulah yang menyebabkan munculnya banyak respon mengutuk dari berbagai pemerintahan, meskipun ada juga yang mengutuknya samar-samar[2]. Derasnya aliran berbagai bentuk dukungan dan simpati dari masyarakat sipil dunia telah begitu rupa, lagi pula ini bukanlah sentimen pro rakyat Palestina pertama, sehingga pemerintahan Barat (Eropa dan Amerika) merasa perlu menekan pers agar tidak lagi memberitakan Gaza dari perspektif anti Israel.

 

Kedua, bertolak belakang dengan kejadian Gaza, pertempuran di Suriah lebih dilihat sebagai urusan dalam negeri yang mengandung elemen Proxy War besar dengan adanya keterlibatan sekutu Assad (Rusia dan Iran) melawan Amerika, Inggris, Perancis yang cenderung mendukung pemberontak atas nama demokratisasi. Lebih dari itu keterlibatan Iran melalui tangan Hisbulah menjadikan konflik Suriah juga kental bernuansa sektarian mengingat kalangan pemberontak banyak penganut Sunni. Dalam konteks sektarian, rejim Assad didukung oleh penganut Syiah yang datang dari wilayah Lebanon, Irak, dan Iran; sedangkan penganut Sunni bergabung dengan pemberontak, di antaranya cukup banyak personil Al Qaeda[3]. Maka tidaklah sulit membersitkan bayangan kedua kubu saling bunuh di sela-sela pekik yang sama, Allahu Akbar.

 

Bukannya berpihak pada jatuhnya korban rakyat sipil tak berdosa, pemberitaan dunia terhadap perang saudara di Suriah lebih tertarik pada "permainan catur" yang dilakukan oleh semua pihak yang terlibat dalam Proxy War di sana, mulai dari tarik-menarik antar kubu pada persoalan penetapan zona larangan terbang, pengiriman senjata gelap, hingga inspeksi PBB untuk merespon tudingan penggunaan senjata kimia. Sementara itu, pengabaian terhadap keselamatan warga sipil Suriah oleh pihak pemberontak maupun pemerintah telah menghasilkan sepuluh kali lebih banyak korban ketimbang Gaza.

 

Bagaimana atensi umat Islam di Indonesia sekiranya korban Gaza bukan Muslim, apakah juga bikin breaking news tiap hari? Apakah jika begitu organisasi macam PKS, FPI, dan Hizbut Tahrir mau kirim orang ke sana untuk aksi jihad kemanusiaan? Ah, maaf. Tidak usah anda jawab. Lupakan saja, itu pertanyaan bodoh bukan?

 


 

[1]. Syrian refugees soon to become the world's biggest problem , by Eko Armunanto — Digital Journal, 10 Mei 2013.

[2]. Mixed International responses to escalating Israel-Gaza tensions, by Middle East Eye, 9 Juli 2014

[3]. Syria explained: How it became a religious war, by Daniel Burke — CNN, 4 September 2013

Ikuti tulisan menarik Eko Armunanto lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler