x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Ebola dan Ketidakberdayaan Manusia

Kemajuan teknologi penerbangan bisa memberi andil bagi penyebaran virus.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Apakah ancaman terbesar terhadap dominasi manusia di planet Bumi? Bila pertanyaan ini diajukan kepada Joshua Lederberg, tanpa ragu ia menjawab: “Virus.” Ahli biologi peraih Nobel ini bahkan menyebutnya sebagai ‘satu-satunya ancaman terbesar’ terhadap dominasi manusia.

Catatan sejarah menyodorkan bukti: tidak ada bom, racun, ataupun serangan fisik yang kerusakannya sehebat yang ditimbulkan oleh virus. Pandemi influenza tahun 1918-1919 menewaskan antara 20-40 juta jiwa--jauh lebih banyak orang dibandingkan Perang Dunia I. Dikenal sebagai ‘Flu Spanyol’ atau ‘La Grippe’, wabah ini menjelma jadi bencana global yang mencekam.

Kala itu, dunia belum lagi ‘sesempit’ sekarang—ketika orang mampu menempuh jarak sangat jauh dengan pesawat jet. Penerbangan kini semakin cepat, jarak terasa kian pendek. Dunia menjadi lebih kecil dan lebih mudah dilintasi, tapi sekaligus lebih berbahaya dan lebih sukar dikendalikan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Diduga berasal dari sekitar China, diperlukan waktu berhari-hari bagi wabah yang diyakini disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis untuk menjelma menjadi The Black Death di Eropa pada abad ke-14. Kapal dan Jalur Sutra menjadi perantara, sebab melalui jalan inilah para pedagang menempuh perjalanan dan tikus-tikus pembawa bakteri ikut menumpang--tak ubahnya kini gorila dan kelelawar buah (codot) dianggap berperan dalam menyebarluaskan virus Ebola.

Di masa kini, jarak yang sama mampu ditempuh sangat cepat, dan karena itu ancaman virus yang menular melalui manusia memperoleh peluang untuk menyebar jauh lebih cepat. Ahli kesehatan cemas korban Ebola Patrick Sawyer telah ‘membuka’ jalan bagi penyebaran Ebola ke belahan dunia lain setelah ia diizinkan berada dalam dua penerbangan selagi terinfeksi—mula-mula dari Liberia, tempat Ebola berkecamuk, lalu ganti pesawat di Ghana dan melanjutkan penerbangan ke Lagos, Nigeria—tempat ia meninggal lima hari kemudian.

Virus Ebola, dalam konteks ini, menjadi ancaman yang menakutkan meski tak menular lewat udara seperti flu, melainkan melalui cairan tubuh pengidap Ebola: keringat, ludah, air mani, darah, urin, diare, ataupun muntahan. “Infeksi memerlukan kontak yang sangat dekat,” kata Peter Piot, direktur London School of Hygiene and Tropical Medicine, salah seorang dari dua penemu Ebola pada tahun 1976.

Ebola menampakkan gejala seperti nyeri perut dan otot, demam, pusing, sakit tenggorokan, mual, dan muntah. Sejak menyeruak Februari lalu, sudah 814 orang menjadi korban Ebola di Liberia, Guinea, dan Sierra Leone. Angka ini lebih tinggi dibandingkan puncak-puncak wabah sebelumnya: 602 (1976), 315 (1995), 425 (2000), dan 413 (2007).

Orang kerap membandingkan Ebola dengan HIV, padahal sesungguhnya tidak serupa sama sekali. HIV menyebar diam-diam, merasuki sel-sel yang terinfeksi, dan kemudian mengintai selama bertahun-tahun hingga akhirnya menghancurkan sistem kekebalan tuan rumahnya. Di sisi lain, periode inkubasi Ebola hanya berkisar dua hingga 21 hari. Virus ini menyerang dengan cepat dan mematikan.

Kabar buruk: belum ada obat penawar untuk mengatasi Ebola. Sejumlah vaksin memang tengah dikembangkan, tapi memerlukan beberapa tahun lagi untuk siap digunakan pada manusia. Ancaman virus tidak mudah dikendalikan—karantina adalah pilihan yang masuk akal, tapi virus selalu memiliki jalan untuk berkelit.

Jadi, apa yang bisa kita lakukan? Kita boleh berharap tidak ada ‘Patrick Sawyer’ lain yang datang ke Indonesia dengan bebas.

Dalam Spillover, penulis David Quammen memberi nasihat: Jika suami Anda terkena virus Ebola, berilah ia makanan dan air serta kasih sayang dan mungkin juga doa tapi tetaplah berjarak, tungguilah dengan sabar, berharaplah yang terbaik—dan, apabila ia wafat, jangan bersihkan perutnya dengan tangan. Lebih baik melangkah mundur, tiupkan ciuman jauh, dan bakarlah pondoknya.” (sbr foto: sierraleonematters.co,uk)

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terkini

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB