x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Melihat yang Tak Terlihat

Momen eureka merupakan puncak dari aktivitas connecting the unconnecteds dan melihat yang tak terlihat.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Momen Eureka tidak terjadi begitu saja, melainkan cenderung diawali oleh periode panjang yang meliputi persiapan, inkubasi, hingga pematangan dan akhirnya “Woww, akhirnya ketemu!” Kapan momen itu muncul memang sukar diduga. Seseorang mungkin sudah membaca buku tertentu, menonton acara televisi, lalu berbincang-bincang dengan seseorang. Hingga suatu ketika, saat ia tidak melakukan apapun, sesuatu melintas di benaknya dan meletup ‘Woow dapat!’

Anda mungkin pernah merasakan pengalaman serupa, dan itu dapat terjadi karena otak Anda telah melakukan serangkaian koneksi: menghubungkan satu dan lain hal yang pernah Anda pikirkan, pernah melintas dalam benak Anda, pernah Anda lihat atau dengar atau bicarakan. Mula-mula semua itu tidak terhubung (unconnected), namun proses inkubasi, pengendapan, pematangan perlahan-lahan menghubungkan semua itu.

Momen Eureka adalah puncak dari aktivitas connecting the unconnecteds. Mereka yang berpikir kreatif (kita mungkin kerap berkata pada diri sendiri: “Kenapa ya kok gak kepikiran seperti itu?”) sangat dibantu oleh kemampuan menghubungkan hal-hal yang tidak terhubung. Apa yang bagi kebanyakan orang tampak tidak memiliki kaitan, bagi mereka yang kita sebut ‘kreatif’ akan terlihat kaitannya. Mereka melihat ada pola tertentu yang membentuk hal-hal yang terlihat tak terhubung itu. Mereka ‘menemukan’ gambar besarnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kunci ‘berpikir beda’ dapat dirunut pada apa yang disebut associational thinking. Lewat cara berpikir ini, otak memproses informasi dengan menghubungkan unsur-unsur yang kelihatannya tidak berkaitan, melihat konteksnya, dan menemukan sesuatu di dalam upaya itu. Orang-orang yang mampu berpikir beda relatif cepat dalam berpikir, mudah bergerak lintas-disiplin, dan terbuka terhadap ide lain.

Awam mungkin terkaget-kaget melihat mengapa orang-orang yang kita sebut kreatif berpikir seperti ini dan bukan seperti kebanyakan orang. Mereka umumnya mandiri dalam berpikir. Sejumlah studi menyebutkan, mereka menilai cara belajar standar tidak selalu membantu, dan karena itu mereka lebih menyukai cara belajar mereka sendiri. Kecenderungan otodidak dalam bidang tertentu membuat mereka tak ubahnya orang-orang yang ‘tidak sabar bersekolah’.

Sebuah studi menemukan banyak orang kreatif menemui masalah tatkala bersekolah karena ‘berpikir beda’. Anak-anak ini kerap memilih caranya sendiri dalam mengerjakan tugas, tapi kerap pula dianggap ‘salah’ oleh guru.

Kajian Nancy Andreasen, seorang neuroscientist, banyak orang kreatif yang memiliki beragam kecerdasan (polymaths). Untuk menyebut yang jenius sebagai contoh, seperti Leonardo da Vinci, ia bukan hanya seniman seperti dipahami selama ini, tapi ia juga seorang ilmuwan—studi Fritjof Capra membuktikan hal ini. Orang cenderung melihat sains dan seni sebagai terpisah, dan kita sebagai anak didorong untuk memilih salah satunya. Namun, orang-oang kreatif terbukti memiliki kecerdasan pada keduanya.

Orang kreatif juga cenderung sangat kukuh pada idenya, sekalipun dihadapkan pada sikap skeptis maupun penolakan. Banyak pelaku bisnis kreatif adalah orang-orang yang pantang menyerah dalam memperjuangkan idenya. “Untuk mendapatkan kebebasan dalam mewujudkan sebuah ide, Anda harus gigih memperjuangkan ide Anda,” ujar seorang kawan.

Kegigihan itu bukan karena ia hanya memiliki satu ide—niscaya orang-orang kreatif memiliki banyak ide. Kemampuannya dalam melihat yang tak terlihat (to see the unseen) membuat orang kreatif, tapi kadang-kadang juga membuatnya terlihat aneh di mata kebanyakan orang ketika mereka berteriak: “Eureka!” (sbr foto: wpi.edu) ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler