x

Iklan

dedi setiansah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Liputan Premier Film “Negeri Tanpa Telinga"

Lewat "Negeri Tanpa Telinga", Lola Amaria bercerita tentang dunia politik yang tak lepas dari korupsi, kekuasaan, dan skandal seks.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sejak tanggal 14 Agustus yang lalu sebuah film berjudul "Negeri Tanpa Telinga" menceritakan dunia politik tang tak lepas dari korupsi, kekuasaan dan skandal seks, merupakan hasil karya sineas muda Indonesia Lola Amaria. Mengkisahkan kelamnya dunia politik dari sudut pandang seorang tukang pijat tradisional bernama Naga (Teuku Rifnu Wikana) di mana setiap dalam pekerjaannya ia mendengarkan setiap cerita dari para pasiennya yang ternyata adalah orang-orang penting dalam dunia politik. hingga akhirnya karena keluguannya dan beban yang di telan sendiri karena cerita-cerita yang ia dengar terus menghantui, ia terpaksa merusak telinganya agar tidak lagi mendengar suara-suara tersebut.

Film yang awalnya berdurasi 3,5 jam ini akhirnya di edit menjadi 1 jam lebih saja, tapi tetap detail dan apik karena naskah film ditulis langsung oleh cerpenis sekaligus pemerhati budaya, Indra Trenggono. Alur cerita dibuat mundur namun berhasil tersusun dengan runut tanpa cela. Kisah tiap tokoh dalam film tersampaikan dengan penuh warna. Ray Sahetapy berperan sebagai Piton Wangsalaba, Kelly Tandiono sebagai Tikis Queena, Lukman Sardi sebagai Ustadz Etawa, Tanta Ginting sebagai Mr. Marmood, Rukman Rosadi sebagai Joki Ringkik.

Jika diperhatikan semua nama tokoh serta tempat dalam film ini menggunakan nama-nama yang unik seperti ular, tikus, kambing, marmut, kuda dan babi yang menggunakan penanaman shio 12 bulan dalam kalender Cina yang merupakan gambaran para tokoh dalam cerita tersebut melambangkan gelagat dan sikap tindak perilakunya. Salah satunya seperti tokoh Tikis Queena yang pintar melobi dan menyusup diantara para partai politik layaknya seekor tikus yang lincah, kemudian tokoh Piton Wangsalaba yang seperti ular dan masih banyak lagi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Beberapa waktu lalu saya sempat diundang teman untuk menghadiri pemutaran premier film ini di XXI Epicentrum, Jakarta pada 11 Agustus yang lalu, dan jelas diluar dugaan awal saya bahwa film ini memang pantas dan layak di tonton semua khalayak mahasiswa dan orang tua. Apalagi jika seorang warga negara yang telah bosan dan gelisah melihat tingkah laku perilaku politikus di Negeri ini. Persis dengan yang di ucapkan oleh Indro Warkop "Beranilah untuk menertawai negeri sendiri" maka anda akan terhibur dalam film ini, begitu juga saya mengutip ucapan Bambang Widjijanto, Wakil Ketua KPK yang sempat hadir dalam pemutaran premier film ini, beliau mengatakan "Film ini bukan hanya sebagai tontonan semata, tapi juga berharap sebagai tuntutan bagi masyarakat muda untuk sekilas mengerti tentang korupsi di negeri ini, dan berharap kelak negeri ini tidak akan kehilangan telinga, mata, dan juga bathin". Nah, kira-kira itulah review singkat dari saya mengenai film ini. Mari kita berikan apresiasi dengan segera datang ke bioskop untuk menonton film ini. Sekian dan terima kasih. (Aditya Fajar Indrawan, @ClubSPEAK)

Ikuti tulisan menarik dedi setiansah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terkini

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB