x

Iklan

Pungkit Wjaya

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Mengawal Buku Kurikulum 2013

Seorang penulis harus mahir dalam riset yang menyentuh ke akar 18 prinsip dasar kurikulum 2013

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Belakangan ini muncul kabar tak sedap dari dunia pendidikan. Pertama, para guru kesulitan mendapatkan buku referensi dan buku pengayaan sesuai arahan kementerian pendidikan nasional dengan idenya “Kurikulum 2013.” Kedua, selain sulitnya buku, juga muncul pragmatisme perbukuan dalam menerbitkan buku berbasis kurikulum 2013 tersebut dengan buku lawas yang dilabeli merek kurikulum 2013.

Kedua hal tersebut cukup merisaukan. Tetapi sesungguhnya kenyataan tersebut memang sudah terprediksi sejak pertengahan tahun lalu. Pertama, sosialisasi kurikulum 2013 belum menyentuh ke sekolah-sekolah secara luas. Kedua, pelatihan juga belum maksimal dilakukan. Padahal tanpa pelatihan sulit rasanya para guru melakukan penerapan kurikulum 2013 secara maksimal--mengingat kurikulum ini membutuhkan kualitas sumber daya manusia yang bagus.

Sosialisasi bisa dianggap minim bukan karena mendiknas tidak melakukan, melainkan lebih pada keterjangkauan sosialisasi ke setiap sekolah di Indonesia. Memang, menteri pendidikan sendiri tidak memaksa harus dilakukan segera karena semua hal membutuhkan proses. Namun di balik proses tersebut juga ada semacam kebutuhan pada setiap sekolah di Indonesia karena jika tidak masuk dalam lingkar kurikulum 2013, sebuah sekolah akan dianggap ketinggalan zaman. Semakin tidak segera merespon, akan semakin tertinggal. Dan itu beresiko bukan hanya pada ketertinggalan para guru, melainkan para siswanya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pada kekurangan buku kurikulum 2013, ini sangat ironis mengingat hasil karya buku departemen pendidikan nasional sudah ada, tetapi sulit diakses di pasar bebas. Kemudian urusan pragmatisme penerbit yang menerbitkan buku-buku bermerek “kurikulum 2013” juga sangat mencemaskan. Sebab dengan hanya melabeli buku tetapi isinya materi lama, ini bertentangan dengan spirit dasar kurikulum 2013. Kita sadari bahwa kurikulum 2013 tersebut merupakan perbaikan dari kurikulum sebelumnya. Karena jika jika materi ajar atau pengayaannya masih berbasis materi lama tentu tidak ada perubahan. Artinya percuma memperbaiki kurikulum kalau pada intinya belajarnya juga sama dengan tahun-tahun sebelumnya.

Soal buku lama dikemas ulang seperti itu patut ditanggapi secara serius oleh pemerintah. Pengalaman saya di penerbit mengurus naskah berbasis kurikulum 2013 membuktikan bahwa tidak mudah menulis seperti itu. Penulis mahir sekalipun tetap membutuhkan waktu khusus. Selain harus memahami semangat kurikulum 2013, seorang penulis harus mahir dalam riset yang menyentuh ke akar 18 prinsip dasar kurikulum 2013 meliputi tema-tema Ketakwaan, Perilaku Jujur, Sikap Toleran, Disiplin, Kerja Keras, Berpikir Kreatif, Mandiri, Demokratis, Hasrat Ingin Tahu, Semangat Gotong-Royong, Cinta Tanah Air, Cinta Damai, Menghargai Prestasi, Bersahabat, Gemar Membaca, Peduli Lingkungan, Berjiwa Sosial, Tanggungjawab Sosial-Kemanusiaan.

Tema-tema tersebut bukan semata slogan, melainkan harus menyasar pada aspek psikologis, sosial, budaya, dan agama. Artinya seorang penulis tidak boleh sembarangan menuliskan hal-hal itu tanpa kemampuan paradigmatik yang sejalan dengan sikap nasionalisme/kebinekhaan. Pada tema takwa misalnya, seorang penulis harus benar-benar memahami tafsir dari ketakwaan bukan semata normatif melainkan kontekstual dan mencerdaskan. Jangan sampai muatan takwa dimaknai secara harafiah sehingga yang dimaksud takwa adalah ketundukan secara membabi buta kepada iman, melainkan takwa dalam pengertian iman yang mencerahkan sejalan dengan semangat kebhinekaan.

Salahsatu pengalaman barangkali patut saya sebutkan adalah ketika dua orang penulis di Penerbit Nuansa Cendekia Bandung, yaitu Ibu Anna Farida yang menyusun buku Budi Pekerti (4 Jilid) dan Bapak Hermawan Aksan yang menyusun buku Seri Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa (4 jilid). Keduanya merupakan buku yang ditujukan untuk materi praktis siswa dan guru SMP.

Sekalipun hanya berupa buku tipis, tetapi saat proses penulisannya membutuhkan waktu khusus selama 6 bulan. Itu belum termasuk proses riset yang dimulai sebelumnya, dan belum juga termasuk masa kontrol keredaksian. Karena itulah kenapa dua buku tersebut kemudian baru bisa terbit pada setahun kemudian sejak penulis tancap gas mengerjakan. Tetapi dengan cara itu kemudian kita mendapatkan buku dengan hasil yang cukup memuaskan karena mampu memberi pencerahan dan mudah diterapkan para guru dihadapan murid-muridnya.

Dengan adanya realitas bahwa kurikulum 2013 tersebut cukup mengganggu situasi pembelajaran di pertengahan tahun ini, seyogyanya pemerintah mesti lebih tanggap dan cepat bergerak untuk menanggulangi hal-hal yang dapat menciderai semangat kurikulum 2013. Jangan sampai kurikulum bagus diterapkan secara salah karena kualitas SDM para guru lemah akibat tidak mengikuti pelatihan dan memahami apa yang diajarkan kepada murid-muridnya. Jangan sampai buku pelajaran dan pengayaan memakai materi lama atau materi yang tak memiliki ruh sebagai bacaan pembelajaran-aktif.(Pungkit)

Ikuti tulisan menarik Pungkit Wjaya lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB