Hari ini 19 Agustus 2014 genap ber selancar ria di sosial media selama 4 tahun. Di sosial media bersahabat intens dengan ribuan sobat sosila media baik di facebook maupun di blog keroyokan seperti indonesiana, kompasiana dan blog lainnya. Semangat berselancar bersebab setiap tulisan yang di posting tidak pernah sekali lagi tidak pernah di tolak oleh admin. Tentu saja sipelancar harus tahu diri jangan melanggar peraturan.
Peraturan baku itu antara lain jangan sekali kali mengirim tulisan berbau SARA, Pornografi dan Copas atau Plagiat. Jumlah posting setelah 4 tahun aktif di sosial media (di kalkulasi jumlahnya cukup lumayan banyak) untuk ukuran seorang pemula yaitu 1400 artikel atau hampir 25 tulisan setiap bulan.
Dari ratusan tulisan itu, beberapa posting mendapat apresiasi admin dan para sobat pembaca sesama peselancar sosial media. Paling tidak posting itu mendapat predikat terbaru dan terdokumentasi setelah berharap harap menjadi tulisan terpopuler atau teraktual yang tak kunjung tiba. Ditahun tahun pertama syusah banget mendapatkan hadiah ter populer, namun berkat kegigihan mengirim kado tulisan ke admin, akhirnya terpopuler atau teraktual, pecah telor sehingga awak mulai dilirik peselancar lain untuk diminta menjadi teman.
Hasil objektif lainnya setelah 4 tahun berkiprah di sosial media adalah anugerah mampu menerbitkan 8 buah buku. Kumpulan tulisan yang lumayan banyak itu di jilid. Dipilah dan dipilih sesuai genre dan dikirimkan ke penerbit indi. Dengan biaya sendiri (karena tidak ada lagi sponsor kecuali istri dan uang pensiun) buku pertama terbit di tahun ke 2 secara terus menerus. Judul buku perdana : Bukan Orang Terkenal. Syah lah menjadi penulis berbuku, karena menurut para satrawan kondang muara dari menulis itu adalah buku.
Paling tidak buku menjadi saksi (polisi bilang ALIBI) kehadiran seorang anak manusia dimuka bumi. Seyogyanya dengan menulis dan kemudian menerbitkan buku bisa dibilang sebagai salah satu upaya untuk menaikkan harkat derajad keluarga besar. Ibunda berasal dari Minangkabau, Ayahanda berasal dari Bengkulu bertemu perantauan di Tempino Jambi. Kalau di cari di google bolehlah bangga sedikit dusun Tempino sudah muncul di mesin pencari canggih tersebut berkat seringnya Tempino tercatat atau tertuliskan di sosial media.
Gairah berselancar di sosial media itu ada dua. Pertama kopi darat (kopdar) atau bertemu fisik / tatap muka dengan sesama penulis , kedua hadiah lomba menulis. Kopdar adalah ruh sosial media, disinilah awak berjumpa dengan beragam penulis dari yang muda sampai nan gaek. dari yang narsis sampai yang adem ayem. Ada juga peselncar sosial media yang melegakan hati, artinya ketika ketemu sosok nya di kopdar. terus terang sebelumnya awak menduga dia itu abal abal atau kloningan ech ternyata ada orangnya,…… hahahaha
Lomba menulis juga memacu adrenalin peselancar. Pengelola Sosial media nampaknya akhir akhir ini semakin populer sehingga pengusaha produk komuditas tertarik beriklan ria. Ujung ujungnya kami mendapat berkah, paling tidak kalau hadir di ajang nangkring mendapat berkah makan siang/malam, dapat tas dan yang tak kalah penting dapat hadiah. Thanks a lot Om Admin. Mungkin inilah UNTUNG atau wujud deviden peselancar yang sering diterima cash alias tunai.
Kesedihan atau RUGI tentu saja ada yang awak alami selama 4 tahun ber sosial media. Kesedihan itu terutama terasa setahun terakhir ini ketika pesta demokrasi di gelar. Tak bisa dihindari dan di pungkiri perbedaan paham tentang sang jagoan menyulut api perdebatan yang terkadang melewati batas batas kesopanan. Untunglah awak tetap berpedoman kepa’da objektivitas dalam menulis disertai motto Penasehat Penakawan dan Penasaran. Seorang teman berucap, ” TD, sabar aja kalau di bully, toh peristiwa ini hanya terjadi 5 tahun sekali., Setelah pesta usai kita rangkul rangkulan lagi,….
Harapan kedepan tentu saja meneruskan menerbitkan buku hasil setoran tulisan harian di SOSIAL MEDIA. Keajaiban Buku menurut orang bijak terletak pada umur. Umur buku lebih panjang dari penulisnya. Buku tidak termakan zaman, tidak termakan rayap (ebook) , buku non expired date, sedangkan manusia secara sunatullah termakan usia. Buku meninggalkan ide ide, catatan harian yang mungkin berguna bagi pembaca, minimal jadi kebanggaan anak cucu bahwa ada salah seorang dari silsilah keluarga besarnya menjadi seorang penulis.
Kalaupun dari menulis dan menerbitkan buku memberikan kebahagiaan, maka rasa senang gembira ria itu bukan melulu di ukur dengan lembaran rupiah. Justru ada sesuaitu yang merelungi hati nan paling dalam ketika buku itu membela dirinya sendiri. Buku itu mengikuti takdirnya tanpa di rekayasa sehingga buku awak bertajuk Prabowo Presiden Ku sampai di Perpustakaan Nasional Australia. Entah bersebab apa pula sehingga buku itu sampai di bajak . Mungkin inilah kerbahagiaan nan tiada ternilai setelah melakoni profesi menulis pasca pengabdian di pemerintahan.
Salam salaman.
TD
Ikuti tulisan menarik Thamrin Dahlan lainnya di sini.