x

Iklan

Eko Armunanto

There is nothing to writing. All you do is sit down at a typewriter and bleed ― [Ernest Hemingway]
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Jihad al-Nikah: Perbudakan Seks ISIS Berdasarkan Fatwa Wahabi?

Pada 2013 muncul berita bahwa ulama Wahabi Sheikh Mohammad Al-Arifi mengeluarkan fatwa yang menyeru pada kaum wanita Sunni, katanya bersedia menawarkan diri untuk melayani kebutuhan seksual demi meningkatkan moral para pemberontak Suriah

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Menggunakan konsep Jihad Al-Nikah, para perempuan Sunni menawarkan diri untuk melayani kebutuhan seksual kepada para pejuang demi pembentukan sebuah pemerintahan Islam. Pada 2013 muncul berita bahwa ulama Wahabi Sheikh Mohammad Al-Arifi mengeluarkan fatwa yang menyeru pada kaum wanita Sunni, katanya bersedia menawarkan diri untuk melayani kebutuhan seksual demi meningkatkan moral para pemberontak Suriah adalah tindakan Jihad.

Konon Al-Arifi "meresmikan" tindakan ini sebagai Jihad merupakan respon terhadap munculnya fenomena layanan seks suka rela oleh para gadis Tunisia kepada kelompok Al Qaeda. Menurut pemerintahan koalisi Tunisia yang sedang gencar membasmi Al Qaeda di wilayahnya, para gadis itu suka rela memberi layanan seksual karena bersimpati kepada gerakan ekstrim itu yang menyebut dirinya pejuang jihad Tunisia[1]. Al-Arifi sendiri, di lain pihak,  telah membantah dirinya mengeluarkan fatwa itu, melalui Twitter dia mengatakan itu berita hoax[2], meskipun demikian laporan mengenai bergabungnya wanita Sunni ke Suriah untuk menjadikan dirinya pemuas seks pemberontak Suriah terus bermunculan, termasuk dari pihak keluarga yang berkeberatan. Menurut keterangan Menteri Dalam Negeri Tunisia Lofti bin Jeddou, wanita Tunisia di Suriah melayani kebutuhan seksual 20 hingga 30 personil Al Qaeda pendukung pemberontak, sebagian di antara mereka pulang dalam keadaan hamil[3].

 ISIS, memanfaatkan konsep Jihad al-Nikah, memasang poster di Mosul, Irak, yang didudukinya, berisi seruan agar setiap keluarga di Mosul mengirimkan anak gadisnya untuk melayani kebutuhan seks, atau mendapatkan hukuman keras menurut syariah Islam, menurut media Mesir Al-Masryalyoum sebagaimana dikutip The Clarion Project[4], sebuah media yang mengadvokasi gerakan anti ekstrimisme. Kehadiran wanita Sunni ke Suriah untuk menjadi pelayan seks juga dilaporkan oleh The Malaysian Insider[5], menurutnya pihak yang berwenang di Malaysia telah mengkonfirmasi kebenaran berita Al-Arabiya[6] tentang keberadaan tiga wanita Malaysia berusia 30 hingga 40 tahun di Suriah untuk melakukan apa yang diyakininya sebagai Jihad Seks di Suriah. Al-Arabiya bahkan memberitakan pula adanya wanita Sunni Australia dan Inggris yang bergabung dengan ISIS sebagai pelayan seks berdasarkan konsep jihad itu. Mengutip laporan intelejen Australia, Al-Arabiya mengatakan ada lebih dari 100 muslim pria Australia ikut angkat senjata mendukung ISIS.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 


[1] BBC 26 Oktober 2013,  "Tunisia's 'sexual jihad' - extremist fatwa or propaganda?"

[2] Daily Mail - Jay, Martin, 4 April 2013,  "Tunisian girls 'head to Syria to offer themselves to Islamic fighters as part of sexual jihad'".

[3] Huffington Post - Nelson, Sara C , 20 September 2013,. "Sexual Jihad Sees Tunisian Women Return From Syria Pregnant By Rebels, Says Minister".

[4] The Clarion Project, 29 Juni 2014, "ISIS Issues Orders in Mosul: Give Over Girls for 'Sex Jihad".

[5] Malaysian Insider - Lee She Ian, 27 Agustus 2014, "Malaysian women join Middle East jihadists as 'comfort women', reveals intelligence report".

[6] Al-Arabiya, 28 Agustus 2014, "Report: Malaysian women join ISIS to comfort militants".

 

Ikuti tulisan menarik Eko Armunanto lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler