x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Tiga Kualitas Kepemimpinan yang Dibutuhkan #1

Tiga kualitas kepemimpinan perusahaan yang diperlukan saat ini: kreativitas, integritas, dan global mindset.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sebagai pemimpin perusahaan, tak peduli seberapa besar skala perusahaan Anda, apa yang Anda perkuat agar senantiasa unggul dalam persaingan usaha? Kualitas? Niscaya banyak eksekutif yang menjawab begitu, tapi soalnya: bagaimana bila semua perusahaan telah mencapai tataran kualitas yang setara?

Dalam sebuah survei yang pernah dilakukan IBM Institute for Business Value, para pemimpin perusahaan besar di dunia menyebut tiga kualitas kepemimpinan terpenting yang sangat diperlukan dalam lingkungan ekonomi sekarang maupun mendatang. Ketiga kualitas itu ialah kreativitas, integritas, dan kemampuan berpikir global.

Hasil survei ini bukan bermakna bahwa selama ini para pemimpin tidak kreatif. Tapi, kebutuhan akan “cara-cara baru dalam mengelola perusahaan” menjadi lebih menonjol dibandingkan masa-masa sebelumnya. Seorang CEO dari “generasi pra-internet” misalnya, membutuhkan cara-cara baru dalam berinteraksi dengan karyawan yang boleh jadi sebagian besar merupakan bagian dari generasi internet.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Cara-cara lama tak lagi memadai untuk mengelola karyawan di dalam perusahaan. Apa lagi dalam berinteraksi dengan pelanggan. Produk yang ditawarkan pun tak lagi bisa sekadar memenuhi standar kualitas yang umum. Bahkan, hanya sedikit lebih baik dibandingkan produk atau model lain yang sudah ada tidaklah mencukupi.

Menjual produk kini tidak bisa dilepaskan dari memberi pengalaman kepada konsumennya. Pengalaman inilah yang dianggap dapat dieksplorasi lebih jauh bila produk telah dipandang setara kualitasnya. Sebagai contoh, banyak produk smartphone yang memiliki spesifikasi teknis serupa, sehingga hanya smartphone yang mampu menawarkan pengalaman berbeda yang lebih menarik konsumen. Orang-orang yang kreatif niscaya sanggup menawarkan pengalaman mengasyikkan dalam menggunakan produk atau jasa.

Para CEO yang disurvei menyebutkan, kreativitas ini seyogyanya bersifat berkelanjutan. Pemimpin mesti berkomitmen untuk bereksperimentasi terus-menerus agar selalu mampu menemukan kebaruan pada produk, layanan, cara berinteraksi dengan pelanggan, maupun pengalaman lain yang dapat dirasakan oleh pelanggan. Inovasi yang kontinyu itu bahkan harus dijadikan nilai inti perusahaan.

Lantaran itulah, persiapan untuk melakukan perubahan tidak bisa bersifat personal. Keseluruhan unsur organisasi mesti disiapkan menjadi katalis bagi kreativitas. Kreativitas harus disemaikan di seluruh bagian organisasi, bukan hanya di bagian yang selama ini dianggap sebagai “bagian kreatif” seperti desain grafis atau desain produk. Bagian pemasaran, penjualan, keluhan konsumen, serta distribusi pun tak boleh kalah kreatif.

Pemimpin perusahaan juga perlu mendorong mindset of questioning yang baru. Mereka mengundang karyawan di seluruh jenjang untuk menantang asumsi-asumsi yang didasarkan pada pengalaman masa lampau dan memeriksa secara cermat “cara yang selalu kita gunakan dalam mengerjakan sesuatu.” Boleh jadi, cara yang dulu berhasil kini tidak lagi memadai. Lingkungan bisnis sudah berubah.

Kepemimpinan model command and controljuga mesti dihindari. Hanya 17 persen responden survei yang memperlihatkan kecenderungan kepada kepemimpinan model lama tersebut, sedangkan 48 persen lebih menyukai model persuasi. Dunia tidak berfungsi top-down seperti dalam militer. Pemimpin sekarang perlu mencoba cara-cara kolaboratif dan menunjukkan kepemimpinan tim yang kuat. Bahkan, kepemimpinan harus dibangun di setiap jenjang organisasi, sehingga jika regenerasi dilakukan, telah tersedia banyak calon leader.

Bagaimana caranya agar seluruh unsur organisasi terlibat dalam menghidupkan ruh kreativitas perusahaan? Pertama, tariklah unsur-unsur kreatif organisasi dari kompartemen dan integrasikan mereka ke dalam mainstream. Jangan biarkan mereka “mojok” di ruang-ruang yang terisolasi. Melalui pergaulan antar kompartemen atau bagian ini, akan berlangsung pertukaran pengetahuan secara proaktif.Bila antar bagian sudah bersikap saling terbuka, virus kreativitas akan mudah menjalar ke seluruh bagian organisasi.

Kedua, perkuat pemikiran terobosan dengan mendorong eksperimentasi pada semua jenjang bisnis. Tanpa eksperimentasi, jangan berharap menemukan produk dan pengalaman kreatif yang layak Anda tawarkan kepada pelanggan. Kesalahan yang terjadi merupakan bagian pembelajaran yang tidak perlu ditakuti, sebab dari sinilah organisasi dapat belajar memperbaiki diri.

Ketiga, buanglah kebiasaan menunggu kejelasan dan kestabilan. Sebaliknya, ambillah risiko yang diperhitungkan di saat yang lain enggan mengambil risiko. Tidak ada peluang yang dapat direbut tanpa keberanian mengambil risiko.

Nah, sebagai pemimpin perusahaan, betapapun kecil skala perusahaan Anda, menjadi tugas Anda untuk menemukan cara-cara kreatif dalam mengubah kompleksitas menjadi keunggulan. Bagaimana dengan integritas dan kemampuan berpikir global? Kita bisa bicarakan di lain kesempatan. (sbr foto: getfluid.com) ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu