x

Iklan

Mahendra Ibn Muhammad Adam

Sejarah mengadili hukum dan ekonomi, sebab sejarah adalah takdir, di satu sisi. *blog: https://mahendros.wordpress.com/ *Twitter: @mahenunja - FB: Mahendra Ibn Muhammad Adam
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Apakah Karena 9 Prinsip Ini Jokowi Jadi Disukai?

9 Prinsip Agar Siapapun Menyukai Anda Setiap Saat. Meskipun contohnya adalah hubungan antara guru dan siswa, tapi siapapun dapat menggunakan prinsipnya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Di beberapa sekolah sepanjang pengamatan saya dalam agenda Promosi Bimbingan Belajar (Les), setidaknya lingkup Kab. Merangin Prop. Jambi. Interaksi antara guru dan siswa dibangun atas dasar takut baik di lapangan maupun di kelas. Apakah siswa berharap kepada gurunya, apakah siswa suka kepada gurunya, saya kira pertanyaan itu masih belum terjawab, baik ya maupun tidak. Apakah guru menyiapkan hadiah untuk siswa berprestasi dari gaji pribadinya, apakah guru menyukai siswanya?

Bahwa perasaan suka itu muncul melalui proses alam bawah sadar. Sehingga kadang Anda tidak menyadarinya, apalagi tentang sebab atau alasan kemunculannya. Padahal, dengan mengetahui sebab kemunculan perasaan suka, maka Anda bisa membuat siapa pun menyukai Anda.

Meski berikut ini berkenaan dengan guru dan siswa tapi prinsipnya sama, bisa diterapkan kepada siapapun. Berikut— contoh lapangan dan kajian terhadap pemikiran David J. Lieberman—9 prinsip aktual agar siapapun menyukai Anda setiap saat (kemudian apakah karena prinsip ini Jokowi jadi banyak penggemarnya?).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

1. Prinsip Pergaulan

Dengan memberikan rangsangan yang menyenangkan, orang lain akan senang bergaul dengan Anda. Contoh fakta, seorang guru sedang senang dan kelihatan di wajahnya senang, demikian itu menularkan rasa senangnya ke lingkungan (siswa), dan Anda cenderung lebih menyukai mereka.

Sebaliknya ketika guru tersebut batuk dengan frekuensi batuk yang tergolong sering—pun menularkan rasa tidak suka ke siswanya, dan Anda cenderung tidak menyukai mereka. Itu sering saya alami kalau saya sedang mengidap gejala flu ketika mengajar.

Jadi, berikanlah rangsangan yang menyenangkan ketika suasana hati siswa sedang baik. Perasaan itu akan dia tularkan kepada Anda, selanjutnya dia akan memandang Anda baik. Dengan kata lain dia menyukai Anda.

 

2. Sering Berinteraksi dengan Si Dia

Semakin sering Anda berinteraksi dengan seseorang, semakin dia menyukai Anda. Suatu hari saya sedang galau, untuk mengesampingkan perasaan itu saya harus berbuat sesuatu yang mengurangi uang saya, maka saya mengajak seorang siswa makan roti, saya minum susu, dia minum minuman suplemen. Sambil ngobrol tentang kelulusan UN dan membantunya membayangkan bahwa ia sedang kuliah meskipun dia masih dalam tahap menunggu hasil tes seleksi. Kadang kami ingin rekreasi, kami sholat di masjid yang berbeda-beda. Dan masih banyak lagi contohnya, bahwa semua itu menunjukkan keseringan bergaul dengannya.

Semakin sering muncul, semakin positif tanggapan terhadapnya (asalkan reaksi awalnya tidak negatif). Keseringan penampakan bisa dengan sendirinya meningkatkan perolehan suara. Di kampus, Anda akan merasakan bahwa mereka yang sering muncul di hadapan mahasiswa lah yang umumnya mendapat suara terbanyak dalam pemilihan presiden mahasiswa.

Pemikiran baru akan muncul, apabila kita dalami. Bahwa jika ingin orang tidak menyukai Anda, Anda hanya perlu mengurangi interaksi dengannya. Dia menjadi tidak tertarik dengan Anda.

 

3. Saling Menyukai

Kita cenderung menyukai orang-orang yang menyukai kita. Ketika kita mengetahui bahwa seseorang memandang kita baik, kita secara alam bawah sadar terdorong untuk menggambarkan orang itu menyenangkan. Saya mencobanya, di hadapan siswa-siswa dengan jujur saya katakan “saya bahagia hari ini bertemu kalian.” Saat itu memang saya senang, berbeda ketika awal-awal mengajar masih terbebani dengan penguasaan materi , belum lancar komunikasi, takut salah sampai, sehingga tidak terpikir untuk mengatakan “saya bahagia hari ini bertemu kalian.” Kalau pun saya katakan saya bahagia hari ini bertemu kalian, itu nyata tidak ikhlas dan jujur. Jadi ketika saya hilangkan beban tersebut barulah saya benar-benar kelihatan bahagia terhadap siswa.

Jika Anda benar-benar ingin disukai siswa, Anda harus menyukainya terlebih dahulu. Anda lebih hebat darinya hanya karena Anda lebih dahulu memulai menyukainya.

 

4. Persamaan

Saya menyadari, tapi setelah peristiwa itu telah lama terjadi. Memang benar, kita sebenarnya lebih menyukai orang-orang yang punya kesamaan (satu minat, satu hobi, atau satu pemikiran) dengan kita. Ke cenderungan kebersamaanlah yang menghasilkan rasa saling suka. Saya katakan itu cenderung iya, bukan sesuatu yang pasti.

Maka saya bicara tentang catur kepada orang yang sama-sama menyukai catur, bicara tentang sepak bola kepada siiswa yang sama-sama menyukai sepakbola, bicara makanaan yang enak kepada siswa yang saya dan dia sama-sama menyukai makanan yang lezat. Ketika Anda bicara dengan siswa, bicarakanlah sesuatu yang sama-sama Anda dan dia sukai.

Prinsip ini pula yang dimiliki para pendiri negara Indonesia yang berkomitmen terhadap Pancasila sebagai dasar negara. Para tokoh sebanyak 62 orang perwakilan Indonesia dan 7 orang perwakilan Jepang dalam BPUPKI yang bertugas membahas dasar negara pada tanggal 29 Mei sampai 1 Juni 1945. Dan masih banyak lagi contoh bahwa itu menunjukkan ‘kawan seperjuangan.’ Kesadaran bahwa “dia memahami saya”—lah yang menyulutkan perasaan suka, itu karena memiliki pengalaman yang sama. Sekali lagi dia adalah “kawan seperjuangan.”

 

5. Menarik Simpati Si Dia

Buatlah siswa menjadi nyaman. Ketika masuk kelas jangan langsung materi yang disampaikan. Jangan langsung membuka pelajaran. Mulailah dengan ngobrol ringan. Tanya kabar, tanya apakah di rumah banyak kesibukan dan lain-lain. Saya tidak bisa membuat siswa bersimpati ketika dia merasa tak nyaman di dekat saya.

Suatu ketika saya bertemu untuk pertama kali (seorang siswa sangat pendiam—banyak guru pun menilai demikian). Dia susah diajak bicara. Aduh. Ngomong gini gak respon, ngemeng gitu gak respon, memeong kucing juga gak respon . Kalaupun saya bisa mengaum, dia pun saya rasa gak respon. Disuruh menulis gak mau. Aduh.

Kemudian pada pertemuan pertama di kelas, dia menangis pada saat sesi perkenalan diri. Dia menangis karena diledekin kawan-kawannya. Saya gak tahu harus ngomong apa, ujung-ujungnya saya biarkan aja, sambil meminta siswa yang lain agar tertib (tidak ribut). Kemudian di tengah pelajaran ada senam khusus, saya bingung “eh kok dia mau ikut (senam)”. Tampaknya dia tipe siswa kinestetik.

Untuk sementara, saya menyimpulkan dia harus dibuat nyaman dulu, setelah itu barulah dia mulai suka. Karena saya pun pakai prinsip “sering berinteraksi” dengannya, saya sampai sekarang alhamdulilah, saya menyukainya. Dia minta dibantu mengerjakan soal Bahasa Indonesia, Fisika, Matematika, dan Pendidikan Kewarganegaraan, saya mau-mau aja. Dia pun tidak pernah menolak ketika saya ajak sholat. Bahkan suatu ketika dia lah yang mengingatkan saya dan mengajak saya Sholat ditengah kesibukan saya. Tentu beruntung bisa bersama siswa yang sepertinya.

Sebaliknya Anda akan merasakan resah jika menghabiskan waktu bersama orang yang uring-uringan atau suka mencela, padahal cuma lima menit bersamanya. Orang seperti itu cuma mendatangkan aura negatif. Ini pun pernah saya alami, ada siswa yang tidak dekat lagi dengan saya. Saya menduga kuat, itu karena saya mencelanya, “kok lambat paham sih?” Kalimat begini aja membahayakan saya. Tentu lebih berbahaya lagi bagi dia. Dampaknya, dia memilih guru yang lain ketimbang saya. Memilih guru yang menyamankannya.

 

6. Sesuaikan Diri

Percakapan mungkin akan lebih positif dan menyenangkan jika kedua belah pihak saling sesuai. Kita secara alam bawah sadar terdorong untuk menyukai seseorang ketika dia “berpenampilan seperti kita.” Misalnya dia menggunakan pakaian polos tanpa garis-garis entah coklat, hijau, abu-abu dan seterusnya. Kita cenderung pula senang kepada orang yang gerak tubuhnya, kata-katanya atau uangkapannya sama dengan kita.

Saya kira prinsip ini benar, sepanjang komunikasi dengan siswa—secara tak sadar gerak—tubuh saya sama dengan gerak tubuh lawan bicara ketika saya dan dia nyaman dalam obrolan.

Jadi, pertama, sesuaikan sikap dan gerak tubuh. Misalnya, jika dia mengetuk-ngetuk meja dengan jari telunjuk, maka ikuti pula perilaku itu. Jika dia mengisayaratkan dengan gerak tangan dengan gaya tertentu, maka ikuti juga. Tapi jangan sampai tampak dibuat-buat. Supaya tidak dibuat-buat, bayangkan kebaikan yang pernah dia buat.

Kedua, sesuaikan gaya bicara. Saya pernah tak semangat dalam mengajar, dampaknya siswa ngobrol dengan kawan-kawannya (tentu saja kawannya itu lagi semangat). Dia menjadi tidak menyukai saya. Oleh karenanya jika nada bicara dia rendah maka lakukanlah hal yang sama. Jika cepat maka tiru juga, cepat.

 

7.Beri Kesempatan dia Berbuat kebaikan untuk Anda

Ada kecenderungan bahwa kita menjadi lebih tidak menyukai orang lain setelah kita menyakitinya (bukan berarti kita cenderung menyakiti orang-orang yang tidak kita sukai). Secara sengaja, pun demikian secara tak sengaja, kita terdorong secara alam bawah sadar untuk tidak menyukainya. Ada teori yang menyatakan bahwa kita merasa tidak nyaman ketika kita melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan cara kita melihat diri kita sendiri.

Seperti yang saya contohkan sebelumnya, siswa ingin dihargai bahwa dia sedang mencari jawaban yang benar bukan malah sampai berkata kepadanya—siswa SMP—“kok gini aja kamu gak bisa jawab, anak SD aja bisa jawab?” Itu artinya saya melupakan cara dia melihat dirinya sendiri. Akibatnya dia mencari guru lain, yaitu guru yang membuatnya nyaman karena tidak bertentangan dengan caranya melihat diri sendiri. Nah tidak lama kemudian ketika dia terdesak dengan PR Biologi-nya, saya langsung segera membantu, dengan demikian hubungan saya dengan dia kembali membaik.

Kita akan lebih menyukai seseorang setelah kita berbuat baik padanya. Jika kita berbuat baik kepada siswa, kemungkinan besar kita akan merasakan bahwa kita menebar sikap positif kepadanya.

Di sini keyword-nya, jika Anda bisa membuat siswa berbuat kebaikan (meski kecil ataupun sedikit) pada Anda, hal itu akan membangkitkan perasaan suka dia pada Anda. Jangan keseringan Anda berbuat baik kepada siswa, sementara Anda tidak memberi kesempatan kepadanya untuk meminta tolong ambilkan spidol, tolong ambilkan remote AC, tolong hapuskan papan tulis ini, tolong bantu kasih ini ke kawan-kawan! Kalau tidak, Anda akan rugi meskipun Anda adalah orang baik. Kenapa? Karena Anda tidak mampu membuatnya semakin menyukai Anda.

 

8.Tampil Konyol

Ingin lebih disukai siswa? Lakukan sesuatu yang konyol atau memalukan dan tersenyumlah pada diri sendiri. Awalnya ini sulit. Tapi saya sudah mencoba. Saya awalnya direspon dengan “gak cocok Bapak kayak gitu”. Mungkin, karena saya lupa tersenyum.

Kemudian hari ketika saya konyol dengan tampilan yang lain, mereka tampak senang. Saya tampil konyol dengan goyang Michael Jackson dan tidak lupa tersenyum.

Di kesempatan lain ,saya tampil konyol dengan goyang ayam, seperti gerakan tarik dan turun ketika memompa ban sepeda. Saya direkam saat itu—tanpa saya sadari—boleh jadi malah menurunkan harga diri. Kalau Anda tersenyum, orang tak menilai tentang harga diri, tapi menilai Anda menyenangkan mereka. Mungkin begitu. Jadi berhati-hatilah!

Bagaimana jika Anda sudah tua? Mungkin bisa pakai goyang Gangnam Style. Huhu. Repot. Tentu saja gunakan kekonyolan yang lain. Setiap orang tumbuh dengan keterampilan yang berbeda. Biasanya modalnya tiga: visual, auditorial, atau kinestetik. Bagi guru yang kinestetik boleh lakukan gerakan konyol, bagi guru yang modalnya visual boleh gambarkan sesuatu yang lucu di papan tulis (yang ini pernah juga saya coba), bagi guru yang modalnya auditorial bisa bercerita tentang kisah-kisah konyol (yang ini pernah juga saya coba).

Jika Anda menunjukkan pada orang lain bahwa Anda tidak terlalu menjaga penampilan, hal itu akan membuat mereka merasa lebih dekat dengan Anda dan ingin berada di sekitar Anda. Tidak ada orang yang menyukai orang yang suka pamer atau orang yang begitu bangga akan dirinya dan mengggap dirinya sempurna. Ini pernah saya alami, padahal saya cuma bercanda saat itu. Mungkin karena saya lupa tersenyum sehingga orang menilai pamer.

Menunjukkan bahwa Anda bisa tertawa pada diri sendiri membuat Anda jauh lebih mudah didekati dan disukai. Pernah saya melihat wajah seorang siswa sebagai “wajah benci kepada saya.” Meskipun cuma satu orang, tapi saya merasa kebenciannya cukup merepotkan saya. Mungkin itu karena saya terlalu menjaga penampilan, tampil ‘dingin’ dan ‘penting’ meskipun saya berniat tampil percaya diri. Mungkin yang tampak olehnya, malah keangkuhan. Aduh.

Dengan tidak terlalu menjaga penampilan, dan mengakui kesalahan kita akan melukis di atas peta dunia bahwa kita percaya diri. Jangan takut orang lain mengetahui kesalahan Anda, tetaplah bisa tertawa atas kesalahan Anda sendiri dan tetap percaya diri, Anda akan disukai siswa.

 

9.Positive Thinking

Ternyata tak seorang pun ingin berada di sekitar orang yang pesimis dan depresi. Kita semua mencari, menyukai, dan mengagumi orang yang positive thinking apalagi tentang tujuan hidup ini. Ini perkecualian dari kaidah “kita menyukai orang yang memilki kesamaan dengan kita.”

Positive thinking pernah saya terapkan ketika mau tampil dalam diklat untuk Promosi. Saya pejamkan mata tarik napas, lupakan beban karena itu negative thinking. Hasilnya tidak ada kegugupan sedikitpun di permulaan penampilan. Padahal saya selalu gugup sejak SD, SMP,SMA, Kuliah, pasca kuliah masih juga. Setahu saya penampilan pertama itu penting bagi siswa dan kesannya di kemudian hari.

Pemurung yang menyukai berada di lingkungan pemurung? Tapi itu pemurung hanyalah menikmati kesamaan sikap. Segera setelah dia menyadari itu tidak bermanfaat maka dia akan memutuskan hubungan dengan orang-orang pemurung itu.

Ada siswa saya yang tampak bawaannya happy-happy aja, padahal dia tak banyak cakap, tapi dia mengundang saya untuk menyukainya. Mungkin selain karena positive tihinking-nya juga karena kekonyolan serta kemampuannya membuat saya nyaman.

Positive thinking , saya kira, juga mengarahkan Anda untuk tidak hanya belajar dari orang yang se-umuran, positive thinking mampu mengarahkan Anda mengambil pelajaran dari siapapaun. Termasuk dari yang lebih muda dari Anda atau bahkan dari siswa Anda.

Dua orang siswa saya rajin puasa senin-Kamis. Saya sudah lama membuat jeda (istirahat dari puasa Senin-Kamis) pasca ada di lingkungan kerja karena pertimbangan tuntutan standar kualitas guru (semangat, tidak mengantuk dan seterusnya). Tapi karena mereka orang yang positive thinking, saya menyukai apa yang ia sukai. Mereka bisa, kenapa saya tidak bisa? Saya pun berpuasa senin-kamis. Ternyata puasa tidak menghambat keaktifan kita. Jadi, intinya, kita suka kepada orang yang antusias, bergairah, periang, dan aktif.

Ikuti tulisan menarik Mahendra Ibn Muhammad Adam lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler