x

Iklan

Mahendra Ibn Muhammad Adam

Sejarah mengadili hukum dan ekonomi, sebab sejarah adalah takdir, di satu sisi. *blog: https://mahendros.wordpress.com/ *Twitter: @mahenunja - FB: Mahendra Ibn Muhammad Adam
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Pak Jokowi, Inikah Pembodohan?

Secara logika pasti kita akan menolak riba. Banyak orang tertipu dengan sistem keuangan zaman ini. Sistem yang membodohi kita.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Utang Luar Negeri (ULN)? Apakah kita menjadi disetir penjajahan dengan gaya baru (lewat utang tersebut)? Menurut BI (Bank Indonesia), ULN Indonesia meningkat 7,6% dibanding posisi 2013.

 

Foto dari Tempo.co ini menggambarkan sisi lain negeri kita. Ini juga bagian dari karya sastra sekaligus fakta. Bukan menebar pesimis. Hanya sebagian kita yang berpandangan pesimis seperti itu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Bagi sebagian yang lain kita memandang foto itu sebagai gambaran “PERJUANGAN” yakni manifestasi dari gambaran Senja yang unik. Itu PKS (Penghuni Kolong Senja). Sebagian yang lain lagi, memandang foto itu sebagai gambaran kemiskinan yakni tidak lebih dari gambaran gelap Malam. Kemudian yang lain memandangnya sebagai keoptimisan yakni manifestasi dari gambaran Pagi yang selalu ditunggu kesegarannya. Satu lagi ada yang memandangnya dengan ekspresi datar yang sesungguhnya adalah manifestasi dari gambaran kekeringan di Tengah Hari (terik Siang). Bermacam  demikian mungkin karena melihat dapurnya, tempat jemurannya, tidurnya tidak berkasur, dan seterusnya.

 

Aktifitas keluarga yang tinggal di kolong jembatan Manggarai, Jakarta, 6 September 2014

 

Kita tidur tidak berkasur supaya bangun tidak kesiangan, mereka tidur tanpa kasur karena tidak punya kasur. Memang terasa pegal, tapi menjelang terbiasa saja. Setelah terbiasa, sama saja : mau pakai kasur atau tidak pun, bisa tidur nyenyak. Setidaknya itulah yang sudah saya coba, supaya bangun jarang kesiangan.

 

Mungkin yang terpampang di foto itu: tempat MCK (Mandi-Cuci-Kakus). Seolah itu simbol bagi rumah mereka. Sebagaimana kebersihan atau kualitas rumah bisa dilihat dari tempat MCK-nya (karena tempat tersembunyi saja bersih, apalagi tempat terbuka, cenderung lebih bersih lagi). Kalau mau lihat kualitas rumah, lihatlah MCK-nya!

 

Seorang warga menjemur pakaian di kolong jembatan Manggarai, Jakarta, 6 September 2014

 

Disematkan kepada muka mereka MCK. Merdeka Cari Kerja. Anggaplah pekerjaan mereka mengumpulkan sampah-sampah di Sungai (bawah Jembatan Manggarai). Setelah itu mereka jual ke agen. Kenapa mereka disebut Merdeka Cari Kerja? Mereka tidak membuat surat lamaran ke Perusahaan. Mereka tidak mengemis ke bos-bos taipan. Mereka tidak memerlukan Sarjana, dan lain-lain gelar-gelaran. Mereka muka MCK. Merdeka Cari Kerja. Bahkan, mungkin mereka tidak perlu peran Bank sedikitpun.

 

Berdasarkan informasi terupdate dari Bank Indonesia ( April 2014) Utang Luar Negeri (ULN) Republik yang berjumlah 237.641.326 orang ini adalah USD131,0 miliar (sektor publik ) plus USD145,6 miliar (sektor swasta).

 

USD1 dijual (hari ini) seharga Rp11.829. Berarti utang kita totalnya Rp276.600.000.000 x 11.829 = Rp3.271.901.400.000.000 (Rp3.271,901 triliun). Artinya setiap penduduk Indonesia menanggung beban Rp3.271.901.400.000.000/237.641.326 = Rp 13.768.230. (Rp13 juta-an).

 

Jika isi rumah yang terdiri dari 3 Keluarga di bawah kolong Jembatan Manggarai ini dijual, adakah dapat melunasi bebannya? Kalau tidak bisa disebut sebagai beban rakyat berarti itu hanya beban negara saja. Kalau tidak bisa disebut sebagai beban negara berarti itu hanya beban rakyat saja. Kalau disebut sebagai beban negara dan rakyat, maka adakah yang merasakan beban itu? Sudahkah negara dan rakyat satu tekad (di bulan September ini, sebagaimana dulunya satu tekad pada perisitiwa Rapat Raksasa di Lapangan Ikada 19 September 1945 mempertahankan kemerdekaan dan tak rela dengan penjajahan)?

 

Bagi yang memandangnya sebagai “PERJUANGAN" harus sepakati dulu bahwa riba harus dihapuskan dari muka bumi karena ia bentuk penjajahan! Tak jauh beda dengan pembodohan!

 

Logikanya begini:

Si A mensuplai Rp300 (pengendali, pencetak uang).

Dipinjamkan Rp100 ke Si B dan Rp100 pula ke Si C.

Si B harus mengembalikan Rp100 plus 5% yakni Rp5.

Si C juga, harus bayar Rp100 plus 5% yakni Rp5.

Uang yang beredar Rp300.

Si B dan Si C tidak berpikir bahwa uang total adalah Rp 310.

Artinya, Rp10 itu khayalan saja.

 

Bank mencetak uang supaya dipinjamkan, tapi tidak mencetak uang supaya orang bisa membayar bunga. Untuk hal ini saya berterimakasih atas penjelasan teman saya sebab saya mengerti bahwa sampai kiamat pun itu utang tidak bisa dilunasi. Sadarkah kita dengan posisi kita sekarang ini? Sadarkah pemimpin kita akan hal ini? Sadarkah Pak Jokowi?

 

read more:

http://politik.kompasiana.com/2014/08/27/uang-pks-hancur-bag-2-683266.html

http://www.iamthewitness.com/books/Andrew.Carrington.Hitchcock/The.History.of.the.Money.Changers.htm

http://www.hiddenmysteries.org

Ikuti tulisan menarik Mahendra Ibn Muhammad Adam lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB