x

Iklan

Eko Armunanto

There is nothing to writing. All you do is sit down at a typewriter and bleed ― [Ernest Hemingway]
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Orang Secerdas Fadli Zon Gagal Paham, Atau Berakal Bulus?

Proses rembugan damai untuk mendapatkan solusi dalam proses musyawarah itu pada kenyataannya telah diselewengkan menjadi political deal yang karenanya kemudian disebut Politik Dagang Sapi itu, politik jatah kursi.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan

— Sila 4 Pancasila

Proses rembugan damai untuk mendapatkan solusi dalam proses musyawarah itu pada kenyataannya telah diselewengkan menjadi political deal yang karenanya kemudian disebut Politik Dagang Sapi itu, politik jatah kursi. Sulit dipercaya proses akal bulus itu tidak melibatkan uang. Mengembalikan sistem pemilihan dari langsung oleh rakyat menjadi lewat parlemen (DPR/DPRD) dengan demikian tidak mengatasi masalah politik uang. Proses busuk dagang sapi seperti itu terjadi bukan hanya di Parlemen tapi juga dalam dinamika internal Partai Politik, contoh nyata yang sekarang masih panas adalah keruwetan political deal yang menyebabkan dijadikannya Anas Urbaningrum sebagai tersangka oleh KPK terkait aliran dana dalam pemilihan ketua umum Demokrat.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sila 4 Pancasila tidak bicara tentang cara pemilihan umum, itu hanyalah pedoman umum tentang cara mengatasi konflik yang ditimbulkan oleh tatanan demokratis, yaitu musyawarah oleh perwakilan dari semua pihak yang bertikai sehingga perbedaan tidak mengakibatkan disintegrasi bangsa. Voting baru dilakukan jika proses musyawarah tidak menghasilkan kesepakatan bulat. Maka omongan Fadli Zon bahwa pemilihan langsung oleh rakyat bertentangan dengan Pancasila tidak benar. Jika merunut logika konyol Fadlizon, pertanyaannya kenapa reformasi 1998 itu segitu berdarah-darahnya,hanya untuk melengserkan Pak Harto doang? Kenapa saat itu parlemen tidak mampu melengserkannya sebelum rakyat marah lalu bergerak sendiri?

Kita tahu konstitusi menghendaki adanya ketaatan asas LUBER (Langsung Umum Bebas Rahasia) dalam pemilu demokratis. Langsung berarti pemilih diharuskan memberikan suaranya secara langsung dan tidak boleh diwakilkan. Dengan demikian justru pemilihan melalui Parlemen (DPR/DPRD) itu tidak konstitusional, dan orang secerdas Fadli Zon gagal memahami konsep sesederhana ini. Kalau dibilang sistem langsung menyebabkan biaya yang harus ditanggung kandidat mahal, itu menurut pola pikir sogok mereka yang sudah sejak lama bermental korup. Bagi mereka menyogok segelintir elit di Parlemen lebih mudah, lebih murah, ketimbang membeli hak suara seluruh rakyat plus menyogok aparat penyelenggara pemilu. Teori ngawur itu sudah dimentahkan oleh orang seperti Jokowi, Ahok, dan Risma yang bisa menang dengan modal minim, nyaris dengkul doang.

Kalau dibilang pemilu langsung memboroskan APBN, kenapa tidak dilakukan upaya penghematan dan efisiensi tanpa mengorbankan hak partisipasi warga negara dalam proses politik. Kebebasan untuk memilih sendiri siapa yang bakal jadi pemimpinmu adalah hak asasimu seperti halnya kebebasanmu memilih sendiri siapa yang bakal menjadi pendamping hidupmu. Jangan biarkan itu dirampas oleh sekelompok elit wakil rakyat yang selama ini sudah terbukti sering mengatasnamakan kepentingan kita, padahal itu kepentingan mereka sendiri. Demokrasi belum bisa dikatakan ada selama rakyat belum bisa menentukan sendiri jalan hidupnya.

 In a democracy the poor will have more power than the rich, because there are more of them, and the will of the majority is supreme.— Aristotle

 *) Photo: Fadli Zon by Metro TV

Ikuti tulisan menarik Eko Armunanto lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB