x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Curiosity Quotient + Passion Quotient Lebih Hebat daripada IQ?

Mereka yang kuriositasnya tinggi, mau belajar dan berbagi pengetahuan, akan sanggup bertahan dalam lingkungan hidup yang berubah cepat.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

“IQ still matters, but CQ and PQ ... matter even more.”

--Thomas Friedman (penulis buku Hot, Flat, and Crowded)

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Salah satu cara cepat dalam belajar hal-hal baru atau menemukan inspirasi ialah menyerap pikiran, gagasan, tulisan, maupun omongan orang lain. Kita dapat belajar melalui orang lain. Mereka yang mencerna sumber-sumber pengetahuan yang mungkin sukar, dan kita dapat ikut menyerap sari-sarinya.Mere

Agar bisa menyerap sari pengetahuan melalui orang lain, satu syaratnya: membuka diri terhadap berbagai jenis gagasan. Kita harus cukup percaya diri untuk mampu menyaring pikiran mana yang layak kita serap dan gagasan mana yang sebaiknya kita tolak tanpa kita berprasangka buruk sebelumnya.

Bersikap terbuka terhadap aneka gagasan, bersikap ingin tahu, curious terhadap hal-hal yang baik dan positif sudah seharusnya menjadi bagian dari karakter di tengah era seperti sekarang. Istilahnya ‘hungry mind’—pikiran yang lapar pengetahuan dan mau berbagi pengetahuan.

Biasanya, orang merasa sangat ingin tahu akan sesuatu yang dia memiliki passion di situ. Meminjam kata-kata Albert Einstein, penemu Teori Relativitas, “I have no special talents. I am only passionately curious.” Seseorang yang merasa passion-nya ada di fotografi, dia mungkin akan mencari tahu dan belajar segala sesuatu tentang fotografi. Jelas ini berbeda dengan orang yang belajar fotografi hanya untuk mencari nafkah.

Thomas Friedman, penulis buku laris The World is Flat, begitu menganggap penting kuriositas atau rasa ingin tahu ini sehingga ia memakai istilah curiosity quotient (CQ) untuk menjelaskan bagaimana individu dapat sangat termotivasi untuk mempelajari sesuatu yang menarik bagi dirinya, tak peduli apakah ia punya intelligence quotient (IQ) tinggi atau tidak.

Agar mudah diingat, Friedman mencoba membuat formula penyederhanaan seperti ini: CQ + PQ > IQ, dengan PQ sebagai passion quotient. Lewat formula ini, Friedman ingin mengatakan bahwa bila kuriositas dipadukan dengan passion, hasilnya akan melampaui kecerdasan intelektual. Orang yang punya rasa ingin tahu besar dengan passion yang luar biasa, ia akan mampu meraih prestasi yang melebihi orang yang hanya mengandalkan kecerdasan intelektualnya (IQ). Rasanya, formula Friedman ini kok cocok dengan kata-kata Einstein yang saya kutip tadi.

Pentingnya CQ juga ditonjolkan oleh Tomas Chamorro-Premuzic, otoritas terkemuka dalam personality profiling dan psychometric testingyang pernah mengajar di London School of Economics. Menurut Tomas, CQ sangat penting di tengah lingkungan kehidupan yang mudah berubah karena dua alasan: orang yang mempunyai CQ tinggi akan semakin lentur dalam menghadapi ketidakpastian dan ia menyediakan waktu untuk menambah pengetahuan baru dan menyerap inspirasi dari orang lain.

Bagi mereka yang punya CQ tinggi, mereka mendapati hal-hal baru sebagai sesuatu yang menyenangkan. Kendati banyak menyerap dari luar, mereka cenderung menghasilkan banyak gagasan orisinal lantaran kemampuan mereka dalam mengoneksikan hal-hal yang tidak terhubung. Pikiran mereka senantiasa ‘lapar’ dan mereka selalu belajar, mencari, dan berbagi pengetahuan baru. Merekalah yang sanggup bertahan di tengah kehidupan yang berubah-ubah dengan cepat ini. (sbr foto: totalperspectiveblog.wordpress.com) ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terkini

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB