Dua orang tokoh pemuda ini pada awalnya sangat menarik perhatian khalayak atas kiprahnya yang cukup menjanjikan di usia cukup muda dalam dunia perpolitikan Indonesia. Mereka mulai dikenal masyarakat setelah ikut dalam tim 11 yang dipimpin Ryas Rasyid ketika mempersiapkan konsep Undang Undang Politik. Sebelumnya juga Anas dan Andi mempunyai pengalaman bagus dalam memimpin organisasi kepemudaan
Politik memang begitulah. Falsafah abadi politik sebenarnya sudah jauh jauh hari dimengerti oleh kedua intelektual muda ini. Tidak ada sahabat sejati dalam dunia politik, yang ada adalah kepentingan sejati. Ketika kepentingan kita masih saling menguntungan mari berjabat tangan erat, namun ketika kepentingan kita berseberangan maka selamat tinggal persahabatan. Persahabatan itu sudah terbentuk dalam satu partai dengan sang mantan bendahara Nazaruddin. Saat ini kepentingan ketiga orang (atau bahkan semua memusuhi Nazaruddin) itu tidak lagi seiring sejalan dengan kepentingan menjaga nama baik partai.
Kini Pengadilan telah memutuskan, terbukti keterlibatan kedua tokoh muda Anas dan Andi, saya tidak habis pikir, mengapa mereka sampai terjebak dalam permainan yang tidak elok itu. Bisa jadi kedekatan dengan pusat kekuasaan dan mungkin merasa mendapatkan perlindungan dari pembina partai, membuat mereka terlalu berani melangkah. Padahal ketika mereka dan Marzuki Alie memperebutkan kursi pucuk pimpinan partai demokrat terlihat sekali persaingan, namun apa yang terjadi kemudian tidak ada yang bisa menduga.
Pada posisi sebelumnya semua pihak membela diri, bahwa mereka tidak terlibat. Dengan seribu macam alasan dikemukakan alibi, dan bukti ketidak keterlibatan. Rakyat bingung mana yang benar mana yang salah. Kenapa keahlian berdusta itu serta merta menjadi keahlian profesional dimilikilah para terduga . Apakah telah terjadi lagi pergeseran budaya, dengan menafikkan kebenaran dan menutup nutupi kesalahan denga segala skenario yang diciptakan. Namun akhirnya Indonesia sebagai negara hukum, muara dari kekisruhann itu akhirnya tuntas di ujung palu pak Hakim. Hukum telah ditegakkan, kebenaran dunia telah ditasbihkan.
Tadinya saya masih berharap kedua tokoh muda yang menjadi asset bangsa ini tidak terlibat, itu harapan kita. Namun kenyataan berbeda dengan harapan hampa, maka bangsa ini patut berduka, siapa lagi tokoh muda yang akan di gadang gadangkan untuk meneruskan kepemimpinan bangsa. Masa tokoh tua lagi yang berperan di 2014. Negara ini membutuhkan tokoh muda enerjik untuk membawa bangsa ini bebas dari jerat kemiskinan struktural .
Apakah anda memiliki stok calon Tokoh Muda untuk 2014,…?
Silahkan……
Ikuti tulisan menarik Thamrin Dahlan lainnya di sini.