x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

The Snowden Files: Berhati-hatilah, ‘Saudara Tua’ Mengintai

Edward Snowden terpilih sebagai salah satu pemenang Right Livelihood Award 2014.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Judul Buku: The Snowden Files: The Inside Story of the World’s Most Wanted Man
Penulis: Luke Harding
Penerbit: Random House
Edisi: 1, 2014
Tebal Buku: 232 halaman

 

Rahasia dan mata-mata adalah dua muka dari keping uang yang sama, yang orang awam selalu ingin tahu: apa dan siapa. Tatkala orang belum lagi lupa akan drama pelarian Julian Assange, warga Australia yang telah merepotkan banyak pemerintahan di dunia karena membocorkan berbagai rahasia (2010), dunia digemparkan lagi oleh aksi Edward Snowden.

Assange, pendiri WikiLeaks, adalah orang luar yang menyusup ke server-server penyimpan dokumen rahasia dan kemudian mempublikasikannya. Sedangkan Snowden, seperti pengakuannya dalam e-mail tanpa nama yang menjadi pembuka buku The Snowden Files, adalah “anggota senior komunitas intelijen”. Seperti Assange, Snowden ingin dunia tahu tentang apa yang sesungguhnya terjadi di balik beraneka peristiwa yang muncul di permukaan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Snowden memilih untuk membocorkan berbagai dokumen menyangkut aksi badan intelijen Amerika, NSA (National Security Agency). “Saya tidak ingin hidup di dunia di mana setiap hal yang saya katakan, setiap hal yang saya lakukan, setiap orang yang bercakap-cakap dengan saya, setiap ekspresi kreativitas atau kasih sayang atau persahabatan direkam..,” ujarnya.

Sebagai anak muda 29 tahun yang nice-looking, tindakan Snowden mungkin dianggap edan. Ia tinggalkan gaji US$ 200 ribu sebagai kontraktor NSA, juga rumahnya di Hawaii—yang ia sebut sebagai ‘surga’, hanya untuk membuat dunia tahu apa yang dilakukan oleh badan rahasia yang karena begitu rahasia ada yang menyebutnya ‘No Such Agency’. Dalam sejarah badan intelijen ini, tidak ada informasi yang bocor keluar hingga akhirnya Snowden membuat lubang saluran.

Dokumen-dokumen yang bocor itu mengungkapkan bahwa Gedung Putih bukan hanya memata-matai musuh-musuhnya (al-Qaida, teroris, Rusia), tapi juga sekutunya (Jerman, Prancis), dan bahkan menguping komunikasi jutaan warga AS sendiri. Apakah ini nyata? Ya, meskipun Luke Harding, jurnalis The Guardian, menuturkannya bak John le Carré berkisah dalam novel-novelnya.

Niscaya tidak menyenangkan hidup dalam ketidakpastian di pengasingan—Snowden menetap di dekat Moskow entah sampai kapan. Tapi Snowden barangkali sudah membayangkan apa yang harus ia bayar lebih dari sekedar kehilangan gaji besar dan rumah surgawi.

Pengacara Snowden, Anatoly Kucherena, mengatakan kliennya tengah belajar Bahasa Rusia dan memperoleh pekerjaan baru di perusahaan internet besar. Sedikit bocoran pun dikeluarkan, foto anak muda tengah naik kapal di Sungai Moskow, musim panas—seolah penaungnya ingin menunjukkan hidup Snowden baik-baik saja.

Snowden telah menggusarkan para elite politik dan militer dan membangkitkan debat tentang bahaya monitoring terhadap aktivitas individu. Ia menyingkapkan apa yang dibantah tapi diam-diam dilakukan oleh negara. Keberanian Snowden membuahkan Right Livelihood Award 2014 bagi dirinya, bersama Alan Rusbridger—pemimpin redaksi The Guardian yang menulis laporan bersambung tentang pengintaian pemerintah AS berdasarkan dokumen Snowden.

Harding menyarikan bahan dari banyak sumber dan mengisahkannya bak novel spionasemenyentuh nyaris setiap hal dari mata-mata domestik hingga kerumitan teknologi di baliknya. Lewat penuturan Harding—yang juga menulis WikiLeaks: Inside Julian Assange’s War on Secrecy (2011), Snowden menyingkapkan betapa teknologi telah menjadikan kerja intelijen semakin sulit dikendalikan.

Di tangan penguasa yang paranoid, teknologi (Google, Skype, telepon seluler, GPS, YouTube, internet banking, dan banyak lagi) yang menyuarakan kebebasan individu dan demokrasi berubah menjadi mesin pengawasan. Gagasan Big Brother, seperti dilukiskan oleh George Orwell dalam novel 1984, sudah maujud berkat kemajuan teknologi. ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu