x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Mengapa Membaca Fiksi?

Benarkah membaca fiksi bermanfaat? Studi terbaru menunjukkan membaca fiksi itu positif.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

"Fiction is like a spider's web, attached ever so slightly perhaps, but still attached to life at all four corners. Often the attachment is scarcely perceptible."
--Virginia Woolf (Penulis, 1882-1941)
 

Mengambil waktu beberapa jam dari hidup kita untuk membaca karya fiksi, adakah manfaatnya? Untuk apa kita perlu menyempatkan diri membuka halaman demi halaman The Dante Club? Sekedar mengikuti dongeng Matthew Pearl yang mengisahkan para akademisi dan penerbit yang ambisius menerjemahkan karya Dante?

Sekali lagi, sebuah riset membuktikan bahwa membaca fiksi sungguh bernilai. Inilah yang ditunjukkan oleh David Comer Kidd, seorang kandidat doktor, dan pembimbingnya, Emanuele Castano, guru besar Psikologi di Universitas Katolik Leuven, Belgia. Dua periset dari aliran The New School for Social Research (aliran studi yang tengah berusaha menawarkan alternatif baru terhadap ilmu-ilmu sosial) ini telah menerbitkan temuan mereka di jurnal Science, 3 Oktober 2013.

Mereka melakukan lima eksperimen untuk mengukur efek membaca karya fiksi terhadap Theory of Mind (ToM) partisipan riset. Yang disebut Tom adalah sejenis keterampilan sosial untuk memahami kondisi mental orang lain. Dalam paper yang berjudul Reading Literary Fiction Improves Theory of Mind itu mereka menemukan bukti bahwa keterampilan sosial menjadi bertambah baik melalui kegiatan membaca fiksi. Sangat menarik.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dalam risetnya, Kidd dan Castano memilih tiga jenis tulisan: fiksi sastra, fiksi populer, dan non-fiksi. Untuk jenis fiksi sastra, keduanya memilih karya finalis terbaru National Book Award ataupun pemenang penghargaan PEN tahun 2012 dan O. Henry Prize untuk cerita pendek. Karya fiksi populer dipilihkan dari karya laris dalam daftar Amazon.com. Sedangkan non-fiksi diseleksi dari pilihan Smithsonian Magazine.

Hasilnya, subyek yang membaca novel-novel sastra dan kemudian menjalani tes untuk mengukur rasa empati, persepsi sosial, dan kecerdasan emosionalnya, menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan subyek lain yang membaca buku serius nonfiksi. Temuan dasar mereka ialah bahwa membaca fiksi sastra mampu meningkatkan secara temporer apa yang dikenal sebagai Theory of Mind—kemampuan untuk berimajinasi dan memahami kondisi-kondisi mental orang lain.

Sebelum Kidd dan Castano, Raymond Mar, psikolog di York University di Kanada, dan Keith Oatley, profesor emiritus dalam psikologi kognitif di Universitas Toronto, Kanada, juga mengungkapkan hasil riset serupa. Dalam studi mereka yang terbit tahun 2006 dan 2009, Mar dan Oatley menyebutkan bahwa individu yang sering membaca fiksi terlihat memiliki kemampuan yang lebih baik dalam memahami orang lain, berempati kepada mereka, dan memandang dunia dari perspektif orang lain.

Dalam studi yang dilakukan tahun 2010, Mar juga menemukan hasil serupa pada anak-anak. Semakin banyak mereka membaca atau dibacakan cerita, semakin bagus Theory of Mind mereka. Anak-anak ini tumbuh menjadi anak yang lebih berempati kepada orang lain. Membaca cerita atau mendengarkan dongeng dari ayah atau ibu memberi kontribusi positif bagi perkembangan jiwa anak-anak: mereka lebih percaya diri, tidak egois, mau membantu orang lain, dan sikap lain yang penting bagi interaksi anak dengan lingkungannya.

Jadi, di tengah kebisukan kerja, kegiatan sosial, arisan, mengajar, atau apapun aktivitas Anda, sempatkanlah membaca karya fiksi bagus yang dihasilkan para penulis seantero dunia. Anda bisa memilih karya mana saja yang bagi Anda bernilai: Jane Austin, Haruki Murakami, Chinua Achebe, Ahmad Tohari, ataupun David Foster Wallace--dan masih banyak lagi. Satu karya per bulan merupakan permulaan yang baik dan Anda bisa menilai benarkah yang dikatakan Kidd, Castano, maupun Mar dan Oatley? ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler