x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Warisan Covey: Temukan Panggilan Jiwamu

Stephen Covey mengajak kita untuk melihat sisi positif idari setiap individu dan dari setiap persoalan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

“Hiduplah dari imajinasimu, bukan sejarahmu.”
--Stephen Covey (Pendidik dan penulis, 1932-2012)

 

Bila kita berbicara perihal 7 Habits, kita akan berbicara mengenai pikiran Dr. Stephen Covey; dan sebaliknya. Karya Covey yang terbit pertama kali pada 1989, The 7 Habits of Highly Effective People, telah mengilhami puluhan juta orang di muka Bumi untuk berubah. Karya monumental inilah yang menjadi warisan utama Covey sepeninggalnya 16 Juli dua tahun lalu dalam usia 79 tahun.

Sejumlah karya motivasional sudah hadir lebih dulu, seperti In Search of Excellence karya Tom Peters  dan Robert Waterman (1982) serta How to Win Friends and Influence People karya Dale Carnegie. Namun, Covey pada masanya mampu menarik puluhan juta orang untuk berpaling kepada gagasan-gagasannya. Ia mengajak orang untuk memperbaiki diri dengan bertumpu pada kekuatan yang ada di dalam diri sendiri—self-improvement dan self-reliance.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Apa yang dimaksud dengan habit (kebiasaan) oleh Covey ialah perpaduan antara pengetahuan, keterampilan, serta kemauan (hasrat). Anda mungkin masih ingat tujuh kebiasaan yang diajarkan Covey: bersikap proaktif, memulai dari tujuan akhir, mendahulukan yang utama, berpikir menang/menang, berusaha memahami lebih dahulu baru kemudian dipahami, mewujudkan sinergi, dan melakukan perbaikan terus-menerus.

Covey kemudian mengamendemen dengan kebiasaan kedelapan (The 8th Habit: From Effectiveness to Greatness). Jurus kedelapan untuk beranjak dari pribadi efektif menjadi pribadi hebat, menurut Covey, ialah menemukan panggilan jiwa dan mengilhami orang lain untuk menemukan panggilan jiwa mereka.

Salah satu hal yang menarik pada Covey ialah bagaimana ia berpegang pada prinsip yang diyakininya dan menolak apa yang menurutnya tidak sesuai dengan cara yang empatetik. Suatu ketika ia mengatakan, “Anda harus memutuskan apa prioritas tertinggi Anda dan milikilah keberanianuntuk mengatakan ‘tidak’ pada hal-hal yang lain dengan cara yang menyenangkan, tersenyum, dan tidak apologetis.”

Covey mengingatkan bahwa dalam banyak persoalan, masalah utamanya justru terletak pada bagaimana cara kita melihat persoalan tersebut. Sebagai contoh, ketika kita melihat sebuah persoalan sebagai peluang untuk maju, maka kita akan termotivasi untuk menemukan pemecahan terbaik. Bila kita melihat kesukarannya terlebih dulu, kita melihat persoalan itu sebagai beban yang memberati pundak. Ia pernah mengatakan, “Bukanlah apa yang terjadi pada diri kita yang menyakitkan, melainkan respons kita terhadap apa yang terjadi.”

Gagasan yang tertuang dalam 7 Habits dianggap paling berpengaruh dan diadopsi oleh berbagai perusahaan dan organisasi lainnya, maupun individu-individu. Covey dipandang berhasil merumuskan tujuh kebiasaan penting yang mampu mengubah seseorang menjadi individu yang sukses dalam kerja dan keluarga. Lewat formula 7 Habits plus amendemennya, Covey mendorong setiap individu untuk menemukan panggilan jiwanya. Karakter, menurut Covey, terbentuk dari kebiasaan-kebiasaan.

Ia mengajak kita untuk selalu melihat sisi positif dari setiap individu dan setiap persoalan. Ia mengajak kita membebaskan diri dari bayang-bayang masa silam, yang terang maupun yang gelap. “Hiduplah dari imajinasimu, bukan sejarahmu,” kata mendiang Covey. **

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu