x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Sederhana Itu Hebat

Penampakan yang sederhana boleh jadi menyimpan sesuatu yang sangat bernilai dan luar biasa.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

"Simplicity is the ultimate sophistication."
--Leonardo da Vinci

 

Apakah sederhana itu tidak bernilai? Jika Anda mengatakan tidak, cobalah perhatikan tampilan mesin pencari termashur di dunia: Google. Dalam ruang layar komputer Anda, kata Google berada di posisi pusat. Sesekali kata Google ditulis dalam ornamen-ornamen tematis untuk mengingat sebuah peristiwa atau seseorang.

Beberapa kata memang tertulis pula di halaman ini. Selebihnya kosong. Sunyi. Dalam ruang selebar itu tidak ada hal-hal lain yang bersaing untuk memperebutkan perhatian kita sebagai pemakai. Seluruh perhatian tertuju kepada Google.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Formula yang dirumuskan Albert Einstein juga terbilang sederhana, E = mc2. Perhatian kita langsung terpusat kepada energi (E) dan massa (m). Tidak ada unsur lain yang bersaing dan mengacaukan pemahaman kita mengenai relasi luar biasa di antara massa dan energi.

Dalam banyak hal, penampakan yang sederhana ternyata menyimpan sesuatu yang sangat bernilai, sesuatu yang luar biasa. Kata-kata yang terpampang di laman Google tersebut mewakili algoritma yang kompleks, yang mampu menemukan kata yang kita cari di antara jutaan halaman web dalam waktu yang sangat singkat.

Kemampuan memadatkan kompleksitas di dalam sesuatu yang sederhana patutlah dipujikan. Banyak karya hebat merepresentasikan kemampuan seperti ini. Lihatlah blue jeans. Karya yang diciptakan oleh Levi Strauss untuk pekerja tambang ini tak lekang oleh waktu karena kesederhanaannya.

Perancang busana mashur, mendiang Yves Saint Laurent, menyebut blue jeans sebagai karya paling spektakuler, paling praktis, paling rileks, dan tidak ambil pusing. “Saya berharap sayalah yang menemukan blue jeans,” ujarnya suatu ketika.

Bagi Yves, blue jeans mewakili filosofi yang luar biasa dan bukan sekedar sepotong celana panjang. “Blue jeans mewakili ekspresi, kerendahan hati, daya tarik seksual, dan kesederhanaan—semua yang saya harapkan ada pada pakaian saya,” ujar mendiang perancang dari Prancis itu.

Mencapai tingkat kesederhanaan seperti itu sangat sukar, sebab di dalam kesederhanaan Google, E = mc2, dan blue jeans terangkum kompleksitas yang tidak kasat mata. Di dalam mesin Google tersimpan kecanggihan algoritma dan di dalam rumus Einstein terkandung pengertian yang terdalam mengenai makna dan kekuatan materi.

Bagaimana menciptakan blue jeans yang nyaman dipakai dan tidak memalukan untuk dipakai di forum terhormat sekalipun? Levi Strauss mampu menerjemahkan bukan hanya unsur kenyamanan ergonomis, tetapi juga psikologis.

Kesederhanaan serupa maujud dalam karya-karya Apple di bawah mendiang Steve Jobs. Kesederhanaan itu ditampilkan dalam Mac dan iPad, misalnya, lewat pendekatan yang digambarkan oleh suhu desain Apple, Jonathan Ive, “dengan berusaha mencapai banyak hal namun menggunakan yang paling sedikit.”

Kecanggihan cara bekerja sebuah mesin tidak mesti ditunjukkan lewat kerumitan cara memakai. Justru penyederhanaan yang harus dikejar. Seperti kata Ive, “Kita sangat sibuk, berusaha mengembangkan pemecahan yang sangat sederhana karena sebagai makhluk fisik kita memahami kejelasan.”

Inti dari semua contoh kesederhanaan tersebut ialah berfokus pada apa yang penting. Filosofinya ialah menyingkirkan hal yang bersaing memperebutkan perhatian Anda.

Saya rasa, filosofi ini patut pula diadopsi oleh pemimpin perusahaan maupun pemimpin masyarakat. Boleh berpikir canggih, tapi menjadi tugas pemimpin untuk menyederhanakan yang rumit demi kemaslahatan orang banyak. (sbr foto: peacefullylessstressed.com) ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler