x

Iklan

Pungkit Wjaya

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Remy Sylado: Wali Sanga itu Cerdik Cendekia

Kita harus mengakui bahwa peranan para wali dalam melakukan syiar Islam di tanah Jawa dulu kala itu menjadi kekayaan sejarah

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Budayawan kondang Indonesia mengatakan bahwa tertawa itu tidak bersalah. Yang salah justru yang tidak mau tertawa. Menurutnya, ada sejarah panjang di mana humor menempati ruang kehidupan manusia yang peranannya tak bisa diabaikan.

Di Eropa misalnya, menurut Remy, “sejauh yang kita ketahui dari bacaan peta kebudayaan dunia, adalah bahwa ‘sastra ketawa’ – demikian saya pakai istilah ini di sini sebagai padan teoritis atas kata ‘komedi’ dalam arti sejati. Yaitu naskah untuk panggung yang direka dengan struktur dramatik antara introduksi, situasi, solusi, dan ‘denouement’, di mana pesastra menulisnya untuk ditafsir oleh pelakon-pelakon atau aktor-aktor dengan menggunakan alat-alat driya meliputi tubuh-roh-jiwa yang terlatih. Pengetahuan ‘sastra ketawa’ ini dimulai pertama kali dalam sejarah pada tahun 425 sebelum tarikh Masehi, yaitu melalui karya Aristophanes berjudul (dalam terjemahan Inggris) “The Archanians”, “paparnya dalam acara diskusi Humor dan Bahasa yang digelar oleh Fakultas Filsafat Universitas Parahyangan, di Jalan Nias No 2 Bandung.

Di ruang kuliah yang sesak penuh oleh pengunjung itu, Remy juga menjelaskan bahwa perihal ketawa memiliki peranan penting dalam sejarah peradaban Jawa yang sekarang menjadi bagian kekayaan terpenting di Indonesia.”Kita harus mengakui bahwa peranan para wali dalam melakukan syiar Islam di Tanah Jawa dulu kala itu, menjadi kekayaan sejarah di mana tertawa merupakan pilar penyangga suksesnya gerakan kebudayaan. Para wali itu cerdik-cendekia,” tuturnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Remy berargumen panjang lebar dalam Makalahnya yang berjudul “Lantas, Apa Salahnya Tertawa” http://nuansa.co/esai/2014/10/11/lantas-apa-salahnya-ketawa/ itu, dengan menuliskan, “Seandainya Sunan Kalijaga tidak berpikir untuk mencipta sosok-sosok Punakawan – Semar, Petruk, Gareng, Bagong – sebagai penyaji ketawa di atas pakeliran dalam usahanya melakukan syiar Islam di tanah Jawa, barangkali kita boleh menyimpulkan bahwa agama Islam belum lagi tersiar luas di antero Jawa dan menjadi penentu suatu peradaban Jawa yang paripurna.”

Sosok-sosok Punakawan itu, menurut penulis novel best seller sinologi dalam Fiksi ini, “kemudian menjadi lebih kuat menempel dalam ingatan penonton sebagai penyaji ketawa, setelah selain pakeliran yang disertai debug, blencong, cempala, serta kotak kayu dan kecrek, kemudian dimanfaatkan juga panggung teater, dan di situ penafsir lakon-lakonnya adalah manusia, yaitu para aktor dengan kemampuan lentur memperagakan tubuh-roh-jiwa melalui seni akting yang dikemas dengan tari dan nyanyi.”

Dengan kecerdikan tersebut Remy menganalisis, bahwa “penonton wayang niscaya tahu, bahwa Punakawan yang biasa dihadirkan di tengah malam pada saat penonton mulai mengantuk-ngantuk menyaksikan hal-hal pelik sekitar pengajaran moral, karuan menjadi encer oleh rangkaian gurau, kelakar, seloroh, dagel, banyol, humor, melalui kata-kata dalam dialog ataupun gerak-gerik lucu-jenaka dalam akting para pelakon atau aktor yang memang disajikan untuk membuat penonton ketawa karena senang.”

Selain menjelaskan perihal lelakon humor dalam perspektif susastra, Remy juga banyak melakukan adegan humor seputar olok-oloknya terhadap gereja, lelucon humor seks ala jepang, dan perilaku buruk para politisi. Ruang kuliah yang biasanya sunyi oleh keseriusan narasumber kali itu diacak-acak Remy menjadi panggung humor yang menyegarkan. Di Akhir sesi diskusi, pria bernama asli Yapi Tambayong ini juga bercerita bahwa dirinya sekarang sedang menyelesaikan novel Sejarah Peradaban Jawa dengan tema Javanologi. []

 

Ikuti tulisan menarik Pungkit Wjaya lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler