x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Perusahaan Hebat Bukan Hanya Untung, tapi Mampu Mengubah Masyarakat

Jutaan perusahaan modern berdiri di dunia ini, hanya sebagian kecil yang mampu mengubah sejarah peradaban manusia.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

"It's fine to celebrate success but it is more important to heed the lessons of failure."
--Bill Gates (Pendiri Microsoft, 1955-...)

 

Sejak perusahaan dalam pengertian modern mulai dijalankan oleh manusia, sudah berdiri jutaan perusahaan di seluruhan dunia ini—berukuran kecil, menengah, maupun besar. Meski begitu, jumlah perusahaan yang sanggup mengubah dunia, mengarahkan jalannya sejarah peradaban manusia, niscaya jauh lebih sedikit. Generasi Net sekarang mungkin akan menyebut nama Google, Yahoo!, Twitter, Facebook, Microsoft, maupun Apple.

Di luar nama-nama berbau teknologi digital ini terdapat Levi Strauss, Bell, Ford, Toyota, Ikea, maupun Eastman Kodak. Levi Strauss boleh dikata menciptakan revolusi dalam cara orang berbusana. Bermula dari ikhtiar menciptakan pakaian dari bahan denim yang kuat dan tidak mudah robek untuk para pekerja tambang, ia telah menemukan busana yang—dalam istilah mendiang perancang busana Yves Saint Laurent—‘paling spektakuler, paling praktis, paling rileks, dan tidak ambil pusing’.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Blue jeans, kata perancang busana asal Prancis itu, mengungkapkan ekspresi, mewakili kerendahan hati, merepresentasikan daya tarik seksual serta kesederhanaan. “Semua itu saya harapkan ada dalam pakaian saya,” kata Yves. “Karena itu saya berharap sayalah yang menemukan blue jeans.” Kini, blue jeans melalang ke berbagai penjuru dunia, melampaui daratan Amerika.

Dari Prancis ada perusahaan Du Pont, yang didirikan oleh ekonom dan penulis Pierre Samuel du Pont de Nemours (1739-1817). Ancaman pisau guilotin Revolusi memaksa pria yang masih memiliki hubungan darah dengan keluarga istana Prancis ini untuk melarikan diri ke benua Amerika. Tatkala keluarga du Pont berlajar menuju Benua Harapan itu, mereka hanya bisa menyantap sup daging tikus. Namun, dalam waktu yang tidak terlampau lama, mereka menjadi salah satu keluarga terkaya di dunia.

Nyatanya, du Pont bukan hanya mengubah nasib keluarganya sendiri, melainkan juga wajah dunia. Di Amerika, keluarga Du Pont membangun pabrik mesiu dan menjadi pemasok mesiu terbesar pada saat perang saudara Utara-Selatan berkecamuk. Tatkala Perang Dunia I pecah, mereka memasok 40 persen bahan peledak Sekutu. Sukses dalam industri bubuk pembunuh itu, Du Pont merambah ke bahan kimia dan memimpin revolusi industri polimer, menciptakan karet sintetis, polyester, dan nilon—serat tekstil sintetis pertama di dunia.

Sebagaimana dinikmati DuPont, banyak perusahaan justru memetik keuntungan saat perang berlangsung. Namun, tatkala masa damai tiba, mereka harus berpikir keras untuk menciptakan pasar. Boeing, contohnya. Begitu pesanan militer jauh berkurang karena Perang Dunia usai, Boeing mengambil risiko untuk menggarap potensi lain yang amat besar: penerbangan sipil.

Perusahaan Boeing menciptakan sejarah ketika pada tahun 1959 pesawat Boeing 707 melayani penerbangan pertama kali dari pantai Timur ke pantai Barat Amerika, dan sebaliknya. Penerbangan ini memangkas waktu tempuh empat hari dengan berkereta menjadi hanya empat jam saja. Risiko yang sangat besar dan dapat membangkrutkan perusahaan itu diambil, namun terbukti membuahkan keberhasilan. Boeing telah berhasil mengubah cara orang menempuh perjalanan-jauh dari memakai kereta berganti dengan pesawat.

Dalam buku Perusahaan yang Mengubah Dunia yang menawarkan sudut pandang menarik, Jonathan Mantle menunjukkan peran perusahaan di dalam perubahan masyarakat. Bagaimana Intel menciptakan revolusi industri komputer dengan microchip mereka. Bagaimana walkman mengubah cara orang menikmati musik: bukan hanya berdiam di tempat, tapi bisa pula sembari berjoging.

Di balik kisah sukses dan kegagalan berbagai perusahaan ini berdirilah para wirausahawan. Dalam kata-kata James Eolry Flecker, mereka adalah ‘para peziarah yang berjalan sedikit lebih jauh ... melampaui gunung biru terakhir’. Mereka orang yang gigih, bervisi jauh, dan bukan hanya melihat peluang tapi beraksi memanfaatkan peluang. Apa yang mereka kerjakan bukan hanya menciptakan lapangan kerja bagi manusia lain, membangkitkan ekonomi, tapi bahkan mengubah masyarakat dan peradaban. ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Orkestrasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Rabu, 13 Maret 2024 11:54 WIB

Terkini

Terpopuler

Orkestrasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Rabu, 13 Maret 2024 11:54 WIB