x

Iklan

Ipul Gassing

Pemilik blog daenggassing.com yang senang menulis apa saja. Penikmat pantai yang hobi memotret dan rajin menggambar
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Bulukumba, Tanah Para Perajin Kapal

Bulukumba sudah terkenal sampai ke luar negeri sebagai tempat bermukimnya para perajin kapal terbaik negeri ini. kapal-kapal pinisi buatan mereka sudah berlayar sampai ke benua seberang.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sebuah perahu besar berdiri malas di tepian pantai. Tubuhnya belum lagi sempurna, bilah-bilah papan belum semua menutupi tubuh perahu besar itu, beberapa tukang masih bekerja menyempurnakannya. Perahu, atau sebenarnya lebih tepat disebut kapal itu memang sangat besar. Tingginya saya taksir sekira 20 meter dengan panjang 120 meter dan lebar 50 meter. Benar-benar perahu yang besar!

Kapal kayu itu bernama Lamima, pesanan seorang warga Australia. Entah bagaimana ceritanya sampai warga Australia itu bisa sampai ke Tanjung Bira-Bulukumba dan memesan kapal kayu besar itu. Sebenarnya ini bukan hal yang aneh, orang Bulukumba  memang terkenal sebagai perajin perahu yang luar biasa. Sejak ratusan tahun lalu kapal pinisi beragam ukuran lahir dari tangan-tangan terampil mereka, turun temurun. Tak heran kalau kabupaten di penghujung Selatan pulau Sulawesi itu diberi julukan “butta panrita lopi” atau tanah pembuat perahu.

Awalnya saya menaksir biaya pembuatan kapal Lamima ini mencapai angka 200 juta rupiah, angka yang menurut saya sudah sangat besar. Tapi ternyata saya memang tidak tahu apa-apa soal perahu karena kisaran angka yang saya taksir jauh di bawah biaya yang sebenarnya. Kata salah seorang perajin yang sedang mengerjakan kapal itu, Lamima total seharga 6,5 milyar rupiah! Itu belum termasuk biaya mesin dan interiornya. Saya menggeleng-gelengkan kepala, angka yang luar biasa!

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Orang Bulukumba, utamanya daerah Tanaberu memang terkenal sebagai pembuat kapal yang luar biasa. Kebiasaan ini sudah mereka kerjakan secara turun temurun. Kapal buatan mereka yang paling terkenal adalah jenis phinisi yang juga diambil sebagai salah satu unsur dalam lambang kota Makassar.

Phinisi adalah jenis perahu tradisional paling besar. Mempunyai dua layar besar, beberapa layar kecil yang terletak di sebelah kanan atas tiang layar dan dua buah kemudi. Pada haluan depan terdapat tiga buah layar segitiga panjang berjejer, paling depan disebut sombala tarengke dan dua lainnya disebut sombala coccoro.

Perahu lain yang lebih kecil dari phinisi adalah paddewakkang yang dipercaya lahir lebih dulu dari phinisi. Bahan utamanya adalah kayu besi yang dulu bisa didapatkan dari daerah sekitar Bulukumba, namun seiring dengan perkembangan jaman bahan baku tersebut makin sulit didapatkan sehingga para perajin perahu kemudian harus mendatangkan bahan baku utama dari daerah lain seperti Sulawesi Tenggara dan Kalimantan.

Dalam epos La Galigo diceritakan tentang Sawerigading yang mengalami musibah. Dalam pelayarannya, kapal tersebut pecah dihantam ombak. Pecahannya itulah yang berserakan dan terdampar di pantai sepanjang kabupaten Bulukumba. Konon itulah kenapa beberapa daerah di Bulukumba terkenal sebagai sentra penghasil kapal kayu serta tentu saja sebagai penghasil pelaut yang tangguh. Bulukumba sendiri dijuluki sebagai butta panrita lopi atau tanah pembuat perahu/kapal kayu.

Perahu-perahu dan kapal kayu buatan orang Bulukumba sudah tersohor sampai ke seluruh dunia, tidak heran kalau banyak orang asing yang memesan kapal dari tanah Bulukumba. Tujuan utama mereka adalah membuat kapal wisata, ada yang mempergunakannya untuk keperluan pribadi namun ada juga yang menggunakannya untuk dijadikan kapal pesiar dan dikomersilkan.

Dulu bahan baku kapal kayu ini bisa diperolah dari daerah sekitar atau paling tidak dalam wilayah Sulawesi Selatan saja, namun sekarang mereka harus mengekspor bahan baku dari propinsi lain. Biasanya bahan baku didatangkan dari Sulawesi Tenggara atau Sulawesi Tengah. Mungkin ini juga yang jadi alasan kenapa harga kapal pinisi semakin mahal sekarang ini.

Kalau Anda sempat berkunjung ke Sulawesi Selatan, cobalah menyempatkan diri untuk mengunjungi Bulukumba, utamanya daerah Tanaberu. Kalau beruntung Anda mugkin bisa mendapati para pekerja kapal yang sedang membangun sebuah kapal besar. Sebuah keterampilan yang diturunkan secara turun temurun dan sudah tersohor sampai ke benua seberang.

 

Ikuti tulisan menarik Ipul Gassing lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler