x

Seorang Guru memberikan pelajaran kepada murid SD Pondok Domba diruang kelasnya di bantaran Kali Karang di Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara, 29 September 2014. TEMPO/Dasril Roszandi

Iklan

Mahendra Ibn Muhammad Adam

Sejarah mengadili hukum dan ekonomi, sebab sejarah adalah takdir, di satu sisi. *blog: https://mahendros.wordpress.com/ *Twitter: @mahenunja - FB: Mahendra Ibn Muhammad Adam
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Kapan Guru Naik Kelas?

Guru terpatri dengan kendali ego dan kasih sayang dan keadilan. Siswa masih bergelut dengan emosi. Itulah maka guru disebut Naik Kelas.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Hari Kamis (16/10/14) siswa SD 115 Bangko (Kab. Merangin) dengan semangat dan ceria membersihkan lantai. Keasyikan mereka terlihat dari berulang-ulang mengepel lantai yang bersih kemudian kotor dan kemudian bersih lagi.

 Mereka dididik oleh Sekolah untuk mencintai lingkungan. Di sudut yang lain terdapat anak yang bermasalah. Ada empat orang yaitu 3 laki-laki dan yang lain perempuan. Oleh kepala sekolah mereka diminta mengutip sampah dan dikumpulkan, sambil jongkok mereka diminta menghitung jumlah sampah yang mereka kumpulkan masing-masing. Mereka dihukum tapi saya tidak tahu karena apa. Hukuman diperlukan untuk membatasi perilaku siswa. Kalau perilaku menjadi bebas sebebasnya akan terjadi kekacauan.

Setiap bertandang ke beberapa sekolah dasar saya ketemu satu atau dua kejadian di mana anak-anak bergurau dengan saling pukul tapi sambil senyum. Kadang terjadi saling pukul tapi dengan kemarahan. Begitulah anak-anak mereka juga punya emosi dan ego. Menjadi tugas guru untuk memahami emosinya dan emosi Si anak sambil membersamainya untuk mengendalikan perilaku yang di luar batas.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tugas guru semakin menantang karena dapat mengaburkan tujuan mendidik seandainya guru memarahi anak hanya karena si anak melukai perasaan guru atau memarahinya karena ego pribadi guru. Seharusnya guru memarahinya karena Si anak akan rugi jika dibiarkan bersikap di luar batas. Tidak akan menjadi berbeda jika guru berlatar ego sedang si anak juga masih berlatar ego.

Guru  mesti sedikit naik kelas dengan menjadi pribadi yang berlatar kasih sayang, yakni merasa kasihan dengan Si anak jika dia dibiarkan berperilaku di luar batas. Sedikit berbeda dengan SD IT (Sekolah Dasar Islam Terpadu). Bulan lalu saya sempat partisipasi dalam kegiatan pendidikan agama di SD IT Permata Hati di hari Sabtu 3 minggu berturut-turut. Di sini gaya pandidikan sangat jauh berbeda. Unsur tradisional dan modern menyatu.

Saya sempat mengajar tapi bukan di dalam kelas dan bersama anak-anak sambil makan coklat yang memang sudah disediakan oleh sekolah. Di kesempatan yang lain saya sempat main sepakbola bersama anak-anak setelah pengajian. Hal yang membuat bergetar dan paling berkesan adalah ketika anak-anak kelas 4 dan 5 sholat Dhuha bersama. Setelah itu mereka langsung setoran hafalan Qur’an ke publik [mereka sendiri).

Ada cerita dari Sekolah yang jauh dari pemukiman ini, ada siswa yang ulang tahun, jadi Si anak melemparkan taburan kertas sehingga berseraklah, tapi meliput kegembiraan sambil memotong kue. Bisa ditebak, timbul masalah, sebagian saja yang mau membersihkan serakan kertas tersebut. Sampai-sampai gurunya turun tangan.

Paling unik adalah mereka siswa-siswi relatif lebih mudah diatur ketimbang siswa-siswi Sekolah Dasar non-IT, sebab gurunya relatif berwibawa. Kepatuhan kepada guru tidak menciderai demokrasi, karena anak-anak cenderung leluasa belajar dengan gayanya masing-masing dan inovasi pembelajaran diarahkan ke alam lepas.

Setelah pengajian kadang ada program hiking ke hutan. Meski ini sekolah, masih berada di lingkungan kanopi hutan dan cenderung teduh, tidaklah terlihat kumuh. Kekumuhan tidak tampak, walaupun dinding sekolah belum dicat dan masih kasar sehingga orang bisa menggaruk punggung yang gatal dengan bergesek-gesek di dinding tersebut.

Semoga kita bercermin dari kedua sekolah ini (SDN 115 dan SD-IT Permata Hati).

 

Ikuti tulisan menarik Mahendra Ibn Muhammad Adam lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB