Sebagian orang mungkin memasuki awal pekan dengan gundah. “Cepet banget ya, baru saja meluruskan punggung, tahu-tahu sudah Senin,” ujar Toni. “I don’t like Monday!” ujarnya sembari mengayunkan kaki.
Begitu kaki melangkah keluar rumah, terbayang sudah sekian pekerjaan yang harus beres minggu ini. Ketegangan mulai merayap dan semakin intens setibanya di kantor. Baru saja mau duduk, manajer sudah memanggil Toni ke ruangannya. Wooww!
Situasi bertekanan-tinggi seperti itu mendorong meningkatnya kegelisahan. Bagian otak yang memproses ‘ancaman’ mulai bekerja, seolah mengambil ancang-ancang terhadap ‘serangan dari luar’. Masalahnya, ketika teraktivasi, ia mencuri sumberdaya dari prefrontal cortex, bagian otak yang berguna untuk pemecahan masalah secara efektif. Situasi selanjutnya semakin sukar dikendalikan.
Bagaimana agar hal itu tidak terjadi? Bagaimana cara yang bagus untuk memulai awal pekan?
“Berpikirlah positif!” begitu kawan saya selalu menasihati. Saran ini boleh jadi terdengar klise, tapi beberapa riset menunjukkan bahwa ketika seseorang bekerja dengan pikiran positif, kinerjanya dalam hal produktivitas, kreativitas, maupun keterlibatan (engagement) dalam pekerjaan terlihat membaik. Orang-orang yang mampu menyemaikan positive mindset akan lebih siap menghadapi tantangan.
Berbagai studi juga memperlihatkan bahwa pikiran positif akan mengarahkan kepada keberhasilan bisnis. Apa yang diceritakan kawan saya yang berprofesi pedagang bisa menjadi contoh kecil. Ia menuturkan, “Jika saya sedang senang hati, pendapatan hari itu biasanya naik. Sebaliknya, jika saya lagi kesal dan uring-uringan, perolehan hari itu turun.”
Kelihatannya memang ada hubungan antara sudut pandang dalam berpikir dan perilaku, yang berujung pada pendapatan. Bila kawan ini memulai harinya dengan pikiran positif, perilakunya pun terbawa positif. Ia akan menyambut konsumen dengan senyum, melakukan tawar-menawar harga dengan ringan hati, dan berterima kasih atas kunjungan mereka. Perilaku positif ini berimbas pada banyaknya konsumen yang membeli produknya.
Berpikir positif membuat kita lebih mampu mengelola stres. Misalnya, dengan memandang tekanan pekerjaan sebagai ujian untuk meningkatkan kapabilitas pribadi. Sebaliknya, sikap uring-uringan membuat pekerjaan yang datang terlihat bagaikan gambar buram yang membikin sesak napas.
Membiasakan diri berpikir positif memang bukan hal yang mudah, tapi bukan tak bisa dilatih. Orang-orang bijak kerap menyarankan agar kita lebih sering mengingat kebaikan yang kita terima, menyapa atau menulis pesan positif kepada orang lain, dan mencatat pengalaman yang paling berarti dalam 24 jam terakhir.
Beberapa studi menunjukkan bahwa berpikir positif sangat baik bagi kesehatan tubuh dan jiwa. Jikalaupun sakit, pikiran positif akan mempercepat kesembuhan. Dengan terbiasa melihat sesuatu dari sudut positif, kita jadi lebih optimistis saat memulai awal pekan dan percaya bahwa setiap tantangan merupakan cara alam mengajari kita agar lebih matang. (Foto: Tempo) ***
Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.