x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Kiat Mengelola 'Keraguan Diam-diam'

Sebuah tim tidak dapat bekerja optimal, sebab ada kasak-kusuk yang meragukan kemampuan ketua tim.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Managing dissent is about recognizing the value of disagreement, discord and difference.
--Noreena Hertz (Profesor decision-science, 1967-...)

 

Sebagai team leader, Anda mungkin sudah merasa bahwa semua anggota seia-sekata ketika sebuah keputusan telah diambil, termasuk yang terkait dengan pembagian tugas di antara anggota tim. Maka, tim pun mulai bekerja menggarap proyek. Sejumlah hambatan internal ditemui di tengah perjalanan, sebagian di antaranya berhasil diatasi hingga akhirnya proyek berhasil diselesaikan.

Namun, Anda merasa tidak puas. “Seharusnya hasilnya bisa lebih bagus dari ini,” pikir Anda sembari mengutak-atik, “Kira-kira apa ya penyebab hasil kerja tim tidak sebaik yang saya perkirakan?”

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Setelah menata kotak-kotak puzzle, Anda sampai kepada dugaan kuat bahwa kerjasama tim tidak sekuat yang Anda harapkan. Ada sedikit friksi di antara anggota tim, tetapi perbedaan pandangan itu tidak terungkap dalam diskusi maupun rapat-rapat tim. Lantaran tidak terungkap, pemimpin tim merasa masing-masing anggota tim sepakat sepenuhnya mengenai keputusan yang sudah diambil. Pemimpin tim merasa bahwa setiap orang memiliki pengetahuan dan pemahaman serupa mengenai keputusan itu.

Yang mungkin tidak diketahui oleh pemimpin tim ialah bahwa anggota tim, apa lagi tim yang baru terbentuk, cenderung membuat penilaian terhadap kemampuan atau keahlian anggota tim lainnya. Masing-masing orang cenderung membuat penilaian terhadap orang lain sesama anggota tim. Di antara anggota tim mungkin juga terdapat perbedaan persepsi mengenai tingkat keahlian ketua tim atau orang yang senior di dalam tim. “Kenapa dia duduk di posisi itu?” adalah sejenis komentar yang tidak muncul di dalam rapat. Ada pula yang iseng ‘menjajaki’ kemampuan  ketua tim, kira-kira sampai mana?

Perbedaan persepsi ini, yang disebut ‘expertise dissensus’ oleh Heidi Gardner dan Lisa Kwan, berpotensi mengganggu efektivitas kerja tim. Bagaimana menangani disensus agar di kemudian hari Anda, sebagai pemimpin tim lagi, bisa lebih siap menghadapinya?

Survei yang dilakukan oleh Gardner dan Kwan menyebutkan bahwa hanya sedikit saja orang yang menyadari adanya disensus di dalam tim. Pemimpin tim bahkan hanya mengenali gejala-gejalanya, tetapi tidak mengetahui persis apa akar penyebabnya. Kedua ahli manajemen ini membantu kita mengenali penyebab tersebut dengan cara seperti ini:

Pertama, anggota tim mungkin saja terlihat patuh kepada anggota yang lebih senior atau lebih tinggi hirarkinya di dalam tim. Sementara itu, di dalam hatinya, ia menganggap si senior kurang ahli. Anggapan ini muncul karena anggota tersebut mengasumsikan bahwa sebagai orang yang hirarkinya lebih tinggi, maka senior harus mengetahui segala hal. Padahal, senior tersebut diperlukan di dalam tim mengingat pengalamannya dalam mengatasi persoalan-persoalan yang lazim muncul dalam suatu proyek—pendeknya, manajemen proyek. Keahlian lain yang diperlukan diisi oleh anggota tim lainnya. Bila masing-masing anggota tim sejak awal memahami posisi si senior, persepsi yang bisa menghambat efektivitas kerja tim tersebut tidak perlu muncul.

Kedua, seluruh anggota tim seharusnya menyadari bahwa ‘expertise dissensus’ itu selalu ada, karena itu tidak perlu disembunyikan. Kebanyakan orang akan dengan mudah menentukan siapa yang paling mengerti tentang suatu isu berkaitan dengan proyek yang dikerjakan oleh tim. Sebaliknya, mengungkapkan persepsi mengenai siapa yang kurang mengerti bukan hal yang mudah. Karena itu, anggota tim yang kurang mengerti seharusnya tidak sungkan-sungkan untuk menyampaikan pertanyaan mengenai proyek itu. Pemahaman mengenai adanya ‘expertise dissensus’ akan lebih memudahkan tim dalam menangani proyek, sebab disensus tersebut dapat diperhitungkan sejak awal.

Ketiga, komunikasi yang jelas menjadi penting agar tidak terjadi kesalahpahaman. Misalnya, sebagai ketua tim Anda bisa meminta salah satu anggota untuk menangani aspek tertentu dari proyek karena ia diketahui ahli dalam aspek tersebut. Nah, mengungkapkan alasan permintaan itu secara jelas akan membantu mengurangi ‘expertise dissensus’. Anggota lain bisa saja menyampaikan pandangannya mengenai penunjukan itu. Membicarakan secara terbuka mengenai suatu isu berkaitan dengan keahlian yang dibutuhkan dalam tim akan menekan tingkat disensus. Artinya, ini meningkatkan efektivitas kerjasama tim.

Ketiga butir pikiran tadi niscaya bukan satu-satunya cara paling ampuh untuk menyelesaikan masalah disensus atau ketidaksepakatan mengenai keahlian di dalam tim. Mungkin saja ada kiat lain yang lebih pas. Yang jelas, semakin beraneka anggota tim, semakin tidak mudah menangani ketidaksepakatan ini. (Foto: qualityinconstruction.com) **

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Orkestrasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Rabu, 13 Maret 2024 11:54 WIB

Terpopuler

Orkestrasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Rabu, 13 Maret 2024 11:54 WIB