x

Iklan

indri permatasari

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Ebola dan Ancaman Bencana Global

Ebola virus disease (EVD) atau sering disebut dengan virus ebola adalah salah satu virus yang berbahaya di dunia, dengan tingkat kematian (case fatality rate) hingga 90%.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pernah menonton film outbreak garapan sutradara Wolfgang Peterson yang  juga dibintangi oleh bintang-bintang ternama Hollywood seperti Morgan Freeman, Dustin Hoffman dan Rene Russo  di tahun 1995 lalu? Film yang menceritakan tentang sebuah pandemi besar-besaran di dataran Afrika tersebut memang cukup mengerikan  Walaupun dalam penggambarannya terlalu banyak hal yang mustahil dan hiperbola, namun penggambaran tentang gentingnya dunia akibat virus Ebola ternyata menjadi sebuah kenyataan di saat sekarang ini.

Dari data yang dikeluarkan oleh WHO, sampai saat ini korban meninggal akibat ebola mencapai angka 4000an. Tentu merupakan jumlah yang amat besar jika dibandingkan dengan wabah pertama kali dimana 280 orang dilaporkan meninggal dunia. Ebola muncul pertama kali tahun 1976 dalam dua wabah simultan. Wabah pertama terjadi di sebuah desa dekat sungai Ebola di Republik Demokratik Kongo (oleh sebab itu penyakit ini disebut ebola) dan  wabah kedua terjadi di daerah terpencil di Sudan. Ebola merupakan penyakit zoonosis yaitu dapat ditularkan dari hewan  ke manusia. Kelelawar merupakan hospes alamiah dari virus ebola sebagaimana penyakit zoonosis lalin seperti MERS, SARS, Nipah maupun Hendra, namun mekanisme penularan dari kelelawar belum diketahui pasti.

Ebola virus disease (EVD) atau sering disebut dengan virus ebola adalah salah satu virus yang berbahaya di dunia, dengan tingkat kematian (case fatality rate) hingga 90%. Penularan virus melalui kontak dengan darah , cairan tubuh, jaringan hewan maupun hewan yang terinfeksi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Ada lima spesies virus ebola yang sudah diidentifikasi yaitu Zaire, Bundibugyo, Sudan, Reston dan Tai Forest. Sedangkan untuk kasus wabah tahun 2014 di Africa barat disebabkan oleh spesies Zaire, Sudan dan Bundibugyo. Jika SARS dan MERS disebabkan oleh virus korona, dimana SARS terindikasi  pada binatang liar yang tinggal di hutan seperti Musang yang biasa dikonsumsi manusia di wilayah Tiongkok. Sedangkan MERS pada umumnya menginfeksi Unta di Timur Tengah dan transmisi ke manusia kemungkinan melalui konsumsi susu unta mentah. Untuk penyakit Nipah dan Hendra bisa menulari manusia karena mengkonsumsi Babi yang sudah terinfeksi.

Ebola ditularkan oleh Gorilla, Simpanse , Kera, Antelop maupun Landak Liar yang terinfeksi. Hal ini dikarenakan adanya Indikasi yang mengarah pada kebiasaan menyantap daging satwa liar terutama di pedalaman Afrika. Jika seseorang melakukan kontak langsung dengan hewan terinfeksi, maka penularan antar manusia akan semakin cepat terjadi melalui dua mekanisme yaitu :

  • Kontak langsung (melalui kulit yang rusak atau selaput lendir) darah dan cairan tubuh lainnya (urine, air liur, sperma, tinja) dari orang yang terinfeksi
  • Kontak lingkungan melalui kulit yang  rusak atau selaput lendir dari orang yang sehat dengan lingkungan yang telah terkontaminasi dengan cairan tubuh penderita, seperti jarum suntik, sprei dan pakaian kotor.

 

Petugas medis merupakan orang yang rentan jika dalam melaksanakan tugas merawat pasien Ebola tidak memakai alat pelindung diri yang memadai sesuai standar. Demikian juga dengan penguburan jenazah yang memungkinkan terjadi kontak langsung harus dilakukan dengan menggunakan pakaian pelindung yang disesuaikan (hendaknya penguburan dilakukan oleh petugas khusus). selain itu anggota keluarga dan orang lain yang melakukan kontak dengan penderita, para pelayat yang melakukan kontak langsung maupun pemburu yang kontak dengan hewan terinfeksi merupakan orang-orang yang rentan terpapar virus.

Gejala yang nampak pada penderita Ebola adalah demam mendadak, kelemahan, nyeri otot, sakit kepala dan sakit tenggorokan, diikuti dengan muntah, diare, ruam, gangguan fungsi ginjal dan hati, dan dalam beberapa kasus terjadi perdarahan eksternal dan perdarahan internal. Satu hal yang pasti dari penyakit Ebola adalah belum ditemukan obat untuk menyembuhkan penyakit ini.  Pengobatan terbaik adalah terapi suportif intensif yang diberikan di rumah sakit oleh petugas kesehatan menggunakan prosedur pengendalian infeksi yang ketat.

Upaya perlindungan diri untuk mengurangi risiko penyakit Ebola adalah meningkatkan kewaspadaan dengan melakukan hal-hal sebagai berikut :

  • Memahami sifat penyakit , cara penularan dan bagaimana mencegah penyebaran lebih lanjut
  • Mengurangi kontak dengan hewan berisiko tinggi terinfeksi (kalelawar, monyet dan kera) di daerah hutan yang endemis
  • Memasak Produk hewani (darah dan daging) dengan matang sempurna
  • Memakai  sarung tangan dan alat pelindung jika merawat orang yang sakit
  • Mencuci tangan secara teratur setelah mengunjungi pasien di rumah sakit atau merawat seseorang di rumah
  • Orang-orang yang meninggal akibat Ebola harus ditangani dengan menggunakan alat pelindung diri dan segera dikuburkan

 

Di zaman modern ini kejadian penyakit zoonosis (penyakit yang menular dari hewan ke manusia) memang semakin meningkat, hal ini disebabkan karena sifat agen penyakit itu sendiri seperti pada rabies yang dapat menular antar spesies dengan mudah, bahkan virus lain bisa bermutasi  membuat lompatan dan menular ke spesies yang lain.

Faktor yang tak kalah pentingnya adalah ekosistem dan manusia itu sendiri. Para ahli bahkan berpendapat bahwa ancaman zoonosis makin tinggi dari waktu ke waktu karena adanya kerusakan alam termasuk hutan yang jelas disponsori oleh ulah manusia. Ebola memang masih menjadi kepingan puzzle yang belum genap, para ilmuwan di seluruh dunia bahu membahu untuk dapat mengendalikan penyakit ini menjadi pandemi yang lebih luas. Keberhasilan pencegahan dan pengendalian zoonosis sangat bergantung pada pemahaman kita tentang kapan dan dimana suatu lompatan virus akan terjadi, juga spesies hewan yang menjadi reservoir.

Semoga penyakit ini segera dapat ditanggulangi dan dikendalikan, serta tidak  akan menjadi wabah yang berulang kembali dimasa yang akan datang.

 

sumber : www.oie.int;www.who.int;www.komnaszoonosis.go.id

 

 

 

 

 

 

Ikuti tulisan menarik indri permatasari lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler