x

Iklan

Thamrin Dahlan

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Budaya Lemot Oknum PNS Menjadi Tantangan Kabinet Kerja

Budaya organisasi birokrasi di Indonesia yang cendrung santai dan seanaknya memrupakan tantangan terbesar Kabinet Kerja.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Budaya Birokrat

Presiden Jokowi telah menetap para pembantu dalam susunan Kabinet Kerja. Hari ini para Menteri itu akan dilantik kemudian setelah itu Presiden akan menyampaikan pokok pokok arahan kebijakan sesuai dengan bidang kerja.  Pemilihan Kerja sebagai nama kabinet menunjukan konsistensi dan komitmen Jokowi ketika menyampaikan pidato perdana sewaktu di ambil sumpah pada hari Senin, 20 Oktober 2014.

Kabinet Kerja selayaknya didefinisikan sebagai kerja keras. Artinya bukan sekedar bekerja namun bekerja sepenuh hati secara profesional guna  mencapai tahapan target optimal yang telah ditentukan. Tahapan target harus terukur berdimensi waktu dan kuantitas capaian sehingga Presiden bisa mengetahui seberapa  tinggi produktivitas para menteri. Kementrian sebagai wadah birokrasi bukan hanya terdiri dari seorang Menteri saja.  Disana bercokol pejabat eselon 1, eselon 2 sampai ke eselon 4 serta para pegawai negeri sebagai staff biasa yang tidak mempunyai eselon .Terdapat juga staf ahli yang bisa jadi sangat membantu  atau juga bisa menggrogoti kewibawaan Menteri.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Inilah tantangan utama Menteri Kabinet Kerja, yaitu bagaimana menularkan akronim kerja kerja kerja kepada anak buah yang berada di bawah tanggung jawab.  Tahu sendirilah budaya kerja para pegawai negeri ini terutama dalam memberikan pelayanan publik. Bukan rahasia umum lagi bahwa sebenarnya pekerjaan di kementrian bersifat pelimpahan.

Maksudnya ketika seorang Menteri memerintahkan kepada Pejabat setingkat Eselon 1 untuk melaksanakan suatu program kerja maka serta merta Pejabat ini akan memanggil anak buahnya yang terdiri beberapa pejabat eselon 2 untuk melakukan program tersebut. Selanjutnya seperti biasa pejabat setingkat Direktur akan memerintahkan Kepala Sub Direktorat eselon 3 dan demikian seterusnya akhirnya pekerjaan itu dilakukan secara langsung hanya oleh seorang staff biasa.  Dengan demikian bagaimana kita bisa mengharapkan keberhasilan Kementrian apabila pola kerja pelimpahan ini masih membudaya.

Inilah budaya kerja yang selama ini terjadi di sebagian kementrian.  Pelimpahan kerja sudah menjadi tradisi, kalau boleh saya istilahkan disini bahwa para oknum pejabat  hanya ongkang ongkang di kantor menikmati fasilitas negara.  Oknum pejabat tidak peduli dengan kinerja kementriannya apalagi mengawasi anak buah.  Itulah yang terjadi, ujung ujungnya terlihat tugas pokok dan fungsi Kementrian dalam memberikan pelayanan publik sungguh sangat memprihatinkan.  Jangan kaget ketika jam kerja kita masih menyaksikan pegawai negri dengan seragammnya berkeliaran di mall atau di sentra sentra publik.

Merubah Budaya Dilayani Menjadi Melayani

Itulah tantangan Menteri Kabinet Kerja, bagaimana mereka bisa me reformasi budaya organisasi. Inilah tahapan pertama bila ingin meng goal kan semangat kerja Presiden sampai diseluruh jajarannya.    Penegakan disiplin bukan sekedar menyiapkan alat absen elektornik, tetapi disiplin yang benar dan betul adlah diukur dengan produktivitas setiap pegawai. Selain itu Menteri juga harus memperhatikan program program kerja yang menyangkut pengadaan barang atau jasa.  Biasanya oknum pegawai negeri sangat bersemangat sekali ketika mereka berkoalisi dengan para mitra rekanan.Sumber korupsi itu ada di sektor pengadaan dan perizinan

Lima fungsi manajemen telah tersedia, Man, Money, Material, Methode dan Market semua ada. Anak buah sebagai man, APBN sebagai money dan Peraturan perundangan sebagai methode telah ada, perangkat perkantoran pun sudah siap digunakan,  Apa lagi yang kurang, silahkan Bapak dan Ibu  Menteri bergegas kosentrasi bekerja bekerja bekerja dengan seluruh jajarannya sesuai untuk memenuhi harapan masyarakat yang begitu tinggi terhadap Kabinet Kerja 2014-2019.

Ya kita ucapkan selamat bekerja kepada Kabinet Kerja.  Bekerja dalam dimensi waktu bisa di ukur dari waktu 7 x 24 jam. Bekerja penuh 24 jam sehari selama seminggu penuh. Tidak usyahlan berkerja seperti  work akoholic yang paling  penting bekerja bekerja bekerja  di setiap kementrian dengan mengubah drastis budaya dilayani menjadi budaya melayani. Terobosan baru  memang diperlukan namun output kementrian sesuai dengan bidang tugas dengan  tetap fokus dan fokus mencapai sasaran .

Salam salaman

TD

Ikuti tulisan menarik Thamrin Dahlan lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB