x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Alangkah Banyak Kapital yang Kita Miliki

Uang hanyalah salah satu kapital. Bila kekurangan kapital finansial, kita masih punya kapital lain yang luar biasa.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

“No, not rich. I am a poor man with money, which is not the same thing.”
--Gabriel Garcia Marquez (Penulis, 1927-2014)
 

“Saya tidak punya uang untuk memulai usaha,” ujar seorang kawan dengan wajah memelas. Teman saya lainnya, yang baik hati lagi bijaksana, memberi nasihat: “Sampeyan punya kapital lain yang dapat dimanfaatkan.” (Saling menasihati dan memberi saran adalah sebagian cara untuk saling mengingatkan agar kita tidak terperosok).

Teman yang arif itu lalu memerinci satu per satu:

Pertama, kapital spiritual. Kapital spiritual merupakan kecerdasan kita dalam memaknai apapun yang tengah kita hadapi dan kejadian-kejadian yang kita alami—pendeknya, berpikir positif dan pintar mengambil hikmah. Kapital spiritual juga terkait dengan apa tujuan hidup, tujuan saat melakukan sesuatu, tujuan menjalankan bisnis, tujuan belajar di sekolah/perguruan tinggi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pelaku bisnis yang sudah mumpuni kerap mengatakan bahwa dalam menjalankan kegiatan usaha mulailah dari akhir. Maksudnya adalah tentukan dulu tujuan kamu dalam berusaha, baru kemudian buat peta-jalan bagaimana mencapai tujuan itu.

Para leader dan manajer di lingkungan Telkom, umpamanya, sudah akrab dengan istilah mega, makro, dan mikro yang dipraktekkan dalam menjalankan perusahaan. Mega adalah tataran tertinggi yang terkait dengan ‘apa tujuan perusahaan’ dan ‘apa tujuan kita bekerja’. Bagi insan Telkom, tujuan perusahaan, tujuan suatu proyek bisnis, maupun tujuan karyawan bekerja adalah ‘untuk menyejahterakan masyarakat Indonesia’. Tujuan makronya: berkembangnya bisnis, sedangkan tujuan mikronya: meraih keuntungan.

Tujuan inilah yang menentukan seberapa besar nilai kapital kita. Semakin tinggi tujuan kita, semakin tinggi nilai kapital spiritual kita.

Kedua, kapital sosial. Sebagai makhluk hidup, kita cenderung hidup bermasyarakat—semut saja bergotongroyong. Kecerdasan interpersonal perlu terus diasah melalui kegiatan silaturahim—lewat jejaring internet, aktif dalam organisasi, saling tolong-menolong dengan tetangga, dan banyak lagi.

Semua ini merupakan cara yang jitu untuk meningkatkan kapital sosial kita, yang manfaatnya sangat terasa pada masa-masa sukar yang kita hadapi. Ketika bisnis kita lesu, seseorang yang baru kita kenal sekalipun boleh jadi merupakan perantara dalam memperbaiki situasi. Ia mungkin menjadi pembeli produk kita. Ia mungkin pemasok bahan baku yang bersedia meminjamkan untuk beberapa waktu di saat kita kekurangan kapital finansial.

Ketiga, kapital intelektual. Setiap orang memiliki kecerdasan kognitif untuk menalar. “Jika sampeyan lagi tidak punya modal finansial, cobalah manfaatkan seoptimal mungkin kecerdasan intelektual sampeyan,” kata teman saya yang arif itu. “Sampeyan bisa menawarkan kapasitas dan kompetensi yang sudah sampeyan pupuk selama ini kepada orang-orang atau perusahaan yang memerlukan. Sampeyan tak harus jadi karyawan, tapi sebagai konsultan atau external expert.”

Tak terpikir? Boleh jadi, bila kita terbiasa berpikir secara konvergen semata. Kapital intelektual setiap orang akan lebih optimal termanfaatkan bila membiasakan diri untuk berpikir divergen: melihat berbagai kemungkinan untuk mencapai suatu tujuan. Pepatah kunonya: “Banyak jalan menuju Roma”; dan percayalah, pepatah ini banyak benarnya.

Keempat, kapital psikologis. Menurut teman saya yang arif itu, kapital ini terkait dengan keyakinan diri, rasa ingin tahu atau kuriositas, keberanian mengambil risiko, maupun kecerdasan emosional yang di dalamnya ada unsur mengenal diri sendiri dengan baik. Rasa ingin tahu yang besar, untuk hal-hal positif, akan membukakan horison dan memperlihatkan betapa banyak “jalan menuju Roma”.

Riset mutakhir juga menunjukkan bahwa rasa ingin tahu yang besar akan menyehatkan saraf-saraf otak alias meningkatkan kapital intelektual. Pengenalan yang sangat baik terhadap diri sendiri (self-awareness) juga sangat membantu diri kita dalam mengatur ritme hidup, dalam menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain, dan tahu diri apakah kita orang yang berani mengambil risiko atau yang sangat berhati-hati.

“Itulah setidaknya empat kapital yang sampeyan punya,” kata kawan saya yang arif, “dan sampeyan dapat mengoptimalkannya untuk meraih sukses.”

“Uang hanyalah salah satu jenis kapital,” ujarnya lagi. “Bila kita tidak cukup memiliki kapital finansial, maka kita dapat mengoptimalkan kapital lainnya. Percayalah, kapital finansial akan mendatangi sampeyan setelah itu.” (Foto: tempo.co) ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu