x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Merawat Ingatan dengan Slow Reading

Membaca buku secara perlahan (slow reading) mungkin dianggap kemewahan, tapi dengan cara inilah kita dapat merawat otak dan ingatan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Reading is to the mind what exercise is to the body.
--Joseph Addison (Penulis, 1672-1719)

 

Di tengah arus tuntutan untuk serba cepat, apakah Anda merasa kebiasaan membaca Anda terganggu? Menjadi serba terburu-buru? Boleh jadi ya, karena benak kita dipenuhi dengan segala macam hal yang menuntut untuk segera dipenuhi dan diselesaikan. Ketika di hari Jumat atasan meminta laporan harus tersedia di mejanya pada hari Senin, rencana akhir pekan Anda untuk menghabiskan bacaan menarik terpaksa tidak terpenuhi.

Lantas, berapa jam waktu yang Anda sediakan setiap minggu untuk membaca buku—buku apa saja yang menarik minat Anda. Ketika setiap menit dihitung dalam rupiah atau dolar, kebiasaan Anda untuk membaca dengan nikmat berada dalam ancaman. Jika dalam satu minggu, dulu, Anda dapat menyelesaikan sebuah buku yang ‘relatif mudah dibaca’, kini mungkin menjadi lebih lama: 2 minggu atau malah 1 bulan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bayangkan, apabila dirata-rata, dalam satu tahun, Anda hanya bisa menyelesaikan 12 buah buku. Itupun boleh jadi buku yang sesuai dengan tuntutan pekerjaan. Buku yang menarik minat Anda, fiksi ataupun bukan, terpaksa mengalah dan tersingkir dari daftar rencana baca. Membaca buku sembari minum kopi dan menyantap kudapan seakan menjadi kebiasaan mewah.

Membaca dengan perlahan (slow reading) sebenarnya dapat menjadi penyeimbang terhadap tuntutan kerja serba cepat. Katakanlah, membaca buku secara perlahan adalah sejenis jeda dari rutinitas pekerjaan. Banyak buku bagus, banyak novel baru yang hebat, ataupun biografi yang mengasyikkan—jadi mengapa Anda tidak tetap berusaha menyediakan waktu untuk menikmati buku? Yang harus kita ingat ialah manfaat dari membaca dengan perlahan.

Bila Anda sudah berkomitmen untuk mengembalikan kebiasaan membaca perlahan, pilihlah sendiri waktu yang tepat untuk membaca: mungkin setelah jam kerja usai sembari menunggu kemacetan terurai sebelum pulang ke rumah, atau menjelang tidur malam. Waktu 30 menit hingga 1 jam cukup memadai untuk menikmati buku asalkan Anda tidak terganggu oleh apapun: dering telepon, godaan membuka pesan pendek, membaca kicauan di twitter atau path, atau keinginan berselancar di internet. Lupakan semua itu dan fokuskan perhatian kepada buku yang Anda ingin baca.

Duduk di kursi yang nyaman, tempat yang relatif tenang, dan mulailah menikmati bacaan. Membaca dengan perlahan sungguh bermanfaat bagi otak kita. Bila kita membaca hingga merasa terlibat (engaged) dengan topik bacaan, studi yang dipublikasikan di jurnal Neuorology menyebutkan, aktivitas ini akan memperlambat laju kehilangan memori—katakanlah ini sejenis latihan untuk menjaga kebugaran otak kita. Di sejumlah negara, klub-klub baca yang mempopulerkan kembali ‘membaca perlahan’ mulai tumbuh dan menarik cukup banyak anggota.

Bila Anda memilih sebuah karya fiksi, membaca perlahan dan terlibat memungkinkan Anda menangkap nuansa bahasa, memasuki kondisi psikologis karakter-karakternya, menikmati pengalaman membaca yang mengasyikkan—mungkin disertai perenungan atau kenangan. Inilah pembacaan buku yang mendalam (deep reading) yang memungkinkan kita menemukan momen-momen reflektif.

Membaca perlahan berarti kembali kepada pembacaan yang kontinyu, fokus, dan bebas dari tarikan-tarikan atau godaan-godaan lingkungan. Jelas ini berbeda dengan kebiasaan yang terbangun sejak adanya internet: serba cepat, instan, dan tidak mendalam. Repotnya, yang serba cepat ini kerap memantik emosi kita dengan cepat pula—respons kita sebagai pembaca cenderung reaktif (sangat berbeda dengan bila kita membaca buku secara perlahan).

Saya rasa, kita tidak perlu menunggu akhir tahun untuk membuat resolusi perubahan dalam kebiasaan membaca. Saat ini juga kita bisa memancangkan komitmen untuk kembali membaca buku secara perlahan hingga kita betul-betul menikmati pengalaman membaca. (sbr foto: telegraph.co.uk) ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler