Prof Yusril Ihza Mahendra mengatakan di salah satu televisi swasta bahwa untuk meredakan konflik DPR RI berupa timbulnya Pimpinan Tandingan maka di perlukan kemauan baik dari Megawati selaku Ketua Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
Megawati diharapkan turun tangan langsung menegor atau menjewer kadernya agar segera membubarkan Pimpinan DPR RI Tandingan. Pembentukan Pimpinan Tandingan DPR RI yang dinilai ilegal karena tidak memiliki dasar hukum kuat menyebabkan situasi di parlemen tidak kondusif.
Hanya itu jalan satu satunya yang bisa dilakukan guna menyelesaikan konflik tersebut karena kalau dibiarkan bertikai maka akan merugikan atau menganggu kinerja Presiden Jokowi.
Menjewer anak nakal memang harus dilakukan, kalau tidak si anak semakin nakal. Sehebat hebatnya atau sepintar pintarnya si anak tetapi selalu melanggar aturan yang berlaku apabila tidak ditegur akan membuat kelakuan sianak nakal akan semakin menjadi jadi.
Demikian pula dengan gerakan Koalisi Indonesia hebat di parlemen. Kumulasi kekecewaan mereka tunjukkan dengan membentuk Pimpinan DPR RI Tandingan Mungkin akksi ini merupakan jurus terakhir akibat mereka tidak mampu secara legal merebut pimpinan di DPR mulai dari pimpinan utama, ke pimpinan komisi sampai ke badan badan legislasi.
Sesuai dengan saran Prof Yusril Ihza Mahendra, Ibu Megawati dengan segala wibawa dan kekuatan serta kewenanganan harus memanggil seluruh kader PDIP untuk mendapat pengarahan. Mereka harus berpikir jauh kedepan karena di sisi eksekutif, Presiden Jokowi sebagai manisfestasi kemenangan Koalisi Indonesia Hebat telah bekerja dengan telah di tunjukkan para Menteri Kabinet Kerja.
Rakyat kini semakin kesal, sebal dan muak melihat tabiat oknum anggota DPRRI yang berperilaku tidak menampilkan diri sebagai wakil rakyat terhormat. Apabila situasi dan kondisi seperti ini dibiarkan berlarut larut, di kautirkan akan muncul tandingan tandingan lain di masyarakat sebagai bahan olok olok. Dengan demikian kapan lagi parlemen akan bekerja secara serius, mengurus pembuatan undang undang sementara mereka sendiri tidak mampu melepaskan diri dari nafsu perebutan kekuasaan.
Ikuti tulisan menarik Thamrin Dahlan lainnya di sini.