x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Runtuhnya Tembok Berlin, 25 Tahun yang Silam

Tembok Berlin, yang memisahkan Jerman Barat dan Timur, dibuka pada 9 November 1989, menandai berakhirnya Perang Dingin dan dimulainya era demokratisasi di Blok Soviet.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

“A wall is a hell of a lot better than a war.”
--John F. Kennedy, Agustus 1961 (tentang pembangunan Tembok Berlin)

 

Berlin begitu jauh, hampir 11 ribu kilometer dari Jakarta. Namun Berlin terasa begitu dekat karena perjuangan orang-orang Berlin Timur untuk meraih kebebasan, 25 tahun yang lampau. Ada peristiwa terkait Berlin yang layak kita ingat, setidaknya untuk hari ini. Sebab, di manapun, perjuangan meraih kemerdekaan adalah perjuangan seluruh umat manusia.

Ketika orang-orang Berlin Barat leluasa menikmati kopi di sore hari sembari mengobrol, di sisi lain tembok yang sama orang-orang dicekam ketakutan, kecemasan, dan pupusnya harapan. Tapi selalu ada titik terang. Tatkala berpidato di Gerbang Brandenburg, dekat Tembok Berlin, pada 12 Juni 1987, Presiden AS Ronald Reagan menantang pemimpin baru Uni Soviet Mikhail Gorbachev: “Robohkan tembok ini!”

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Melalui glasnost (transparansi) dan perestroika (restrukturisasi)—dua slogan yang dipopulerkan oleh Gorbachev, spirit kebebasan mulai diembuskan di Blok Uni Soviet; meski, gerakan serikat pekerja galangan kapal Solidarnosc-lah yang menjadi inspirator perubahan sejak 1980. Reagan menantang Gorbachev untuk merobohkan Tembok Berlin, sebab ia membutuhkan simbol.

Ketegangan terus-menerus di antara Kubu Soviet dan Kubu Sekutu menjadikan kota Berlin, ibukota Jerman waktu itu, terbelah dua oleh sebuah tembok setinggi 3,6 meter yang membentang sepanjang 155 kilometer. Berliner Mauer atau Tembok Berlin bukan sekedar membelah kota, memisahkan warga Jerman ke dalam Timur dan Barat, tetapi juga menandai dua alam yang berlawanan: komunisme dan demokrasi. Tembok ini juga menghentikan aliran manusia, perdagangan, finansial, juga gagasan—sebuah penjara terbuka.

Pemisahan itu dimulai pada malam hari, 12-13 Agustus 1961, ketika truk-truk yang mengusung tentara dan pekerja konstruksi Jerman Timur berdatangan di perbatasan kedua Berlin. Mereka menggali tanah dan memasang tiang besi dan kawat berduri, hingga esok paginya penduduk Berlin bangun dan terkejut menyadari bahwa mereka telah terpisah. Bagi warga Berlin Timur, menonton sepakbola, opera, atau mengunjungi kerabat tinggal cerita.

Hanya dalam beberapa hari, kawat berduri itu telah berganti tembok beton setinggi 3,6 meter. Ketika bagian tembok didirikan pertama kali, mungkin hanya segelintir elite Uni Soviet yang membayangkan konsekuensi dari tegaknya tembok itu. Setelah sebelumnya ribuan orang eksodus ke Berlin Barat untuk menemukan impian, kini tak ada lagi jalan. Tembok semakin keras, tebal, dan semakin tinggi. Ratusan orang berusaha ‘menembus’ tembok pemisah itu untuk mencari kebebasan, tapi hanya kematian yang mereka dapati.

Gorbachev, pada akhirnya, memainkan peran sejarahnya. Ia berusaha memenuhi tantangan Reagan, meski ia tak menyangka Tembok Berlin akan roboh secepat itu. Seorang pejabat Jerman Timur, Günter Schabowski, dalam sebuah konferensi pers menyatakan bahwa perbatasan ke Barat telah dibuka.

Seperti ketika tembok ditegakkan, warga Berlin Timur kembali terkejut ketika menyaksikan para penjaga perbatasan membiarkan warga Jerman Timur untuk melewati perbatasan. Ribuan orang segera menyemut. Sore itu, 9 November 25 tahun yang lampau, di Berlin, sebuah tembok penindasan dirubuhkan--tanpa sebutir peluru dilepaskan. Namun, masih banyak tembok lain yang tegak meringkus kemerdekaan manusia. (Sbr Foto: ias.umn.edu) ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terkini

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB