x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Indonesia, Laboratorium Alam yang Luar Biasa

Gunung Padang, Situs Liyangan, dan lukisan gua di Maros hanyalah sebagian dari kekayaan historis kita. Dari situs-situs ini, kita dapat lebih mengenal nenek moyang orang Indonesia.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Ditemukannya situs Gunung Padang, Cianjur, Jawa Barat, fakta-fakta baru mengenai lukisan gua di Sulawesi Selatan, serta jejak-jejak bangunan di situs Liyangan, Temanggung, Jawa Tengah menunjukkan bahwa Indonesia ini laboratorium alam yang luar biasa. Telah tersedia material yang berlimpah untuk dipelajari mengenai perkembangan alam sejak dulu hingga sekarang maupun perkembangan peradaban kita sejak masa nenek moyang menghuni Bumi Nusantara.

Situs Liyangan yang terletak di kawasan Temanggung, Jawa Tengah, umpamanya. Melalui penelitian arkeologis, semakin terkuak bukti-bukti bahwa di daerah kaki Gunung Sindoro ini pernah hidup masyarakat. Perkiraan sementara, ada dua jejak peradaban di kawasan ini yang berasal dari dua masa yang berbeda.

Terletak di ketinggian 1.200 meter di lereng Sindoro, situs Liyangan diperkirakan berasal dari abad ke-6 alias zaman Mataram Kuno. Berarti lebih tua dari Borobudur yang dibangun pada abad ke-7. Desa dengan permukiman dan daerah pertanian ini diperkirakan terkubur pada abad ke-9 ketika Gunung Sindoro meletus dan memuntahkan lahar dan awan panas. Apa yang dialami kawasan yang dihuni masyarakat yang relatif maju ini barangkali mirip dengan nasib Pompeii, sebuah kota di masa Romawi kuno yang hancur karena terkubur oleh muntahan Gunung Vesuvius pada tahun 79 Masehi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Jejak lain yang bahkan mengundang perdebatan ialah situs Gunung Padang. Misteri  masih menyelimuti situs yang terletak di Cianjur ini, yang kabarnya berasal dari masa 3.500 tahun Sebelum Masehi berdasarkan penelitian berbasis usia karbon (carbon dating). Di sini ditemukan susunan batu andesit berundak atau bertingkat. Batu penyusunnya berukuran panjang dan berpenampang segi lima, yang biasa disebut kekar kolom (columnar joint).

Sebagian orang menganggap fenomena ini tidak lebih dari perwujudan gunung purba, sementara yang lain menduga ada jejak peradaban manusia di situ. Melalui pembuktian ilmiahlah akan dapat diketahui mana pandangan yang tepat: apakah hanya sisa-sisa gunung purba ataukah di tempat ini pernah hidup peradaban manusia.

Jejak yang jauh lebih tua dijumpai di wilayah Sulawesi Selatan, berupa lukisan gua. Gua-gua ini terletak di situs arkeologi Maros, kira-kira 40-60 kilometer dari kota Makassar. Bila benar berusia 40 ribu tahun sebagaimana hasil riset berbasis metode uranium series, seperti dipublikasikan dalam sebuah jurnal sains baru-baru ini, berarti lukisan ini dibuat oleh manusia yang hidup sezaman dengan ras Austromelanesoid di daratan Eropa yang juga meninggalkan jejak lukisan gua. Meskipun, sejauh ini, belum ditemukan rangka manusia di Maros.

Gua di Maros ini ditemukan pada 1920-an oleh Fritz Sarasin dan Paul Sarasin, dua naturalis asal Swiss, sedangkan lukisan di gua ini diidentifikasi oleh CHM Heeren-Palm pada 1950. Namun, ketika itu belum diketahui berapa usia lukisan ini. Bila benar berusia 40 ribu tahun, usianya dekat dengan lukisan di situs El Castillo, Spanyol. Lukisan gua di situs ini dianggap sebagai yang tertua di dunia. Bila suatu saat ditemukan rangka manusia dari masa itu, temuan ini dapat menyingkapkan sejak kapan nenek moyang kita menetap di Bumi Nusantara.

Gunung Padang, Situs Liyangan, dan lukisan gua di Maros hanyalah sebagian dari kekayaan historis kita. Masih banyak jejak-jejak peradaban masa lampau yang menunggu untuk digali agar kita bisa lebih mengenal nenek moyang kita dan siapa diri kita sebenarnya. Sebagai laboratorium alam, Indonesia memiliki kekayaan luar biasa yang siap dieksplorasi, bukan hanya arkeologi dan antropologi, tapi juga geologi dan biologi. Naturalis Alfred Russell Wallace bahkan menemukan teori evolusi berbarengan dengan Charles Darwin berdasarkan penelitiannya selama bertahun-tahun di wilayah Nusantara. (Foto: lukisan di gua salendrang, maros/tempo) ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler