Mungkin pembaca Indonesiana yang mengalami masa kanak kanak di era 70,80 atau 90an, sering berdendang dengan lagu Anjing Kecil, Satu Di Tambah Satu, Abang Tukang Bakso atau Lumba Lumba, lagu khas anak anak dan dinyanyikan dengan irama riang, tak ada lirik yang mendayu dayu karena begitulah dunia anak anak, dunia tanpa beban, dan kita pun bersyukur pernah tumbuh di mana zaman itu kegembiraan bermain di selingi dengan nyanyi riang.
Atau lagu analk anak ciptaan AT Mahmud, Pak Kasur yangbegitu melegenda, tapi itu dulu, dulu sekali, kini lagu anak nyaris tak terdengar lagi, sekarang bocah bocah mungil yang mungkin belum berumur sepuluh tahun, dengan sangat pede menyanyikan lagu lagu asmara yang begitu fasihnya, maka lagu lagu tema percintaan telah mereka lahap, melihat hal itu ada sebuah keprihatinan.
Ya anak anak akhirnya seolah terlalu cepat matang, dan lagu lagu asmara untuk kalangan dewasa pun begitu hapalnya mereka, padahal bocah bocah imut itu baru saja merayakan usianya yang ke sembilan atau sepuluh, namun inilah yang terjadi di sekitar kita.
Tak ada lagi terdengar lagu lagu khas anak anak, bercerita tentang pagi yang cerah, bercerita betapa sayangnya Papa Mama, betapa hebatnya Emak Bapak, tak ada lagi terdengar tentang senangnya berkebun, tak ada lagi nikmatnya mempunyai hewan peliharaan. Semua itu disapu bersih dengan lagu lagu melankolis yang menghiba tentang dua manusia yang sedang mabuk cinta, sungguh terlalu bila anak anak akhirnya dewasa lebih cepat karena seringnya mendengar lagu yang semestinya tidak terdengar oleh kuping mereka.
Semoga masa kejayaan lagu lagu anak bisa terjadi lagi, dan dunia anak adalah dunia bermain, dunia yang justru sebenarnya awal dari sebuah fase kehidupan, semoga akan muncul pencipta lagu anak anak yang jempolan, semoga industri musik khususnya musik anak anak bisa berjaya kembali. Selamatkan anak anak, yang mungkin bisa dilakukan adalah menciptakan lagu anak anak yang berkualitas, anda setuju?
Ikuti tulisan menarik Topik Irawan lainnya di sini.