x

Iklan

Adjat R. Sudradjat

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Horeee...Sepakbola Indonesia Masuk Peringkat Tujuh Dunia

Kegagalan beruntun timnas indonesia di ajang sepak bola tingkat Asean, Asia, apalagi di level piala Dunia, seakan terobati dengan tampilnya anak-anak desa yang meraih peringkat tujuh diajang kejuaraan dunia piala Danone Nations Cup di Sao Paulo, Brazil ba

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Dalam suasana berkabung yang beruntun, setelah timnas Garuda senior terjungkal oleh timnas Philipina di babak penyisihan grup ajang piala AFF 2014 di Vietnam baru-baru ini, dan sebelumnya timnas Garuda U-19 harus pulang dengan kepala tertunduk lesu dari kejuaraan piala Asia di Myanmar beberapa waktu lalu – karena gagal memenuhi harapan masuk ke babak semi final, ternyata Tuhan masih sayang kepada publik sepak bola Indonesia. Sebuah keajaiban yang tak diduga-duga, ternyata Indonesia mampu menduduki peringkat TUJUH dunia!!!

Sungguh. Tidak disangka dan tak dinyana memang. setelah sekian lama tertatih-tatih menggapai harapan agar mampu berbicara sebagai jawara di level Asean, kemudian meningkat ke tingkat Asia, dan puncaknya sampai mampu merebut trophy piala Dunia, atawa paling tidak ‘mencicipi hingar-bingar’ final kejuaraan antar negara sedunia yang sampai sekarang hanyalah ada dalam angan-angan, dalam sekejap mata saja bisa menjadi kenyataan, sama sekali beritanya bukan sekedar hoax, atawa cuap-cuap media yang sekedar cari sensasi saja.

Sebagaimana dikabarkan Kompas.com, di Sao Paulo, Brasil mata dunia telah dikejutkan oleh penampilan 12 anak-anak kampung dari Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, yang berlaga untuk mewakili Indonesia (Garuda Muda) dalam final Danone Nations Cup (DNC) 2014. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Mereka disebut "Superkids Indonesia" karena postur tubuh yang kecil. Namun, meski berpostur kecil, mereka mampu membungkam grup-grup raksasa persepakbolaan dunia, seperti Afrika Selatan, yang telah dua kali membawa Piala DNC, atau Perancis, yang berhasil dikalahkan anak-anak ini lewat drama adu penalti. Padahal, selama ini, Perancis adalah tim yang paling disegani dan ditakuti di DNC 2014. 

"Saat awal datang ke Brasil banyak yang kurang peduli terhadap Garuda Muda Indonesia karena tubuh mereka kecil. Tapi, begitu berhasil mengalahkan Afrika Selatan, terutama Perancis, mereka terkesima. Bahkan, pelatih Perancis menjuluki anak-anak ini 'Superkids Indonesia', yang diikuti oleh tim lainnya memanggil 'Superkids Indonesia'," ujar pelatih M Ridwan, Rabu (26/11/2014).

Meski anak-anak ini begitu terkenal dalam persepakbolaan dunia, belum banyak masyarakat Indonesia yang mengenalnya. Anak-anak ini tergabung dalam sekolah sepak bola (SSB) asal Purwakarta, Jawa Barat, Asad 313 Purwakarta, asuhan Manajer Alwi, pelatih M Ridwan, dan Kepala SSB Asad, Ahmad Arif Imamulhaq. 

Dalam laga internasional pertamanya, Asad berhasil membungkam lawan-lawan tangguh dari Afrika Selatan (dua kali juara turnamen DNC), mengimbangi Meksiko 1-1, dan menekuk Belgia 2-0. Di babak 16 besar, Garuda Muda Indonesia ini menyingkirkan juara bertahan Perancis lewat adu penalti. Asad harus menghentikan permainannya di babak delapan besar dan membawa pulang peringkat tujuh sepak bola dunia 2014. 

Memang betul. Sejak lama Indonesia memiliki banyak potensi untuk menggapai asa di dunia sepakbola. Sebagaimana dibuktikan anak-anak kampung dari Purwakarta tersebut. Anak-anak di Indonesia sejak dini sepertinya sudah memiliki bakat alam dalam permainan si kulit bundar ini. bahkan anak-anak tersebut datang dari berbagai pelosok yang sulit terjangkau peradaban modern yang berkembang dewasa ini. Selain itu mereka (anak-anak tersebut) pun dilahirkan dari keluarga kurang mampu, alias keluarga yang hidup di bawah garis kemiskinan.

Tidak hanya anak-anak dari Purwakarta saja memang. Jauh sebelumnya telah banyak pesepak bola nasional yang datang dari pelosok desa, dan dilahirkan oleh keluarga miskin. Akan tetapi manakala nama besar sudah diraihnya, dibarengi dengan menggunungnya pundi-pundi uang sebagai imbalan dari cucuran keringatnya di tengah lapangan, merekapun seakan sudah merasa puas, atawa seringkali ibarat pelaut yang lupa daratan.

Sebelumnya, saat mereka belum lagi ‘besar’ selalu dikatakannya ingin menjadi pemain top dunia – sebagaimana pemain yang diidolakannya, dan membawa Indonesia ke kancah internasional. Akan tetapi di dalam kenyataannya, baru saja berhasil menjadi pemain top di level lokal saja, sepertinya mereka pun lupa dengan cita-cita semula. Yang ada malah sebaliknya, mereka pun terkadang menjadi ‘besar kepala’, dan manjanya gak ketulungan bak bocah kecil saja.

Sehingga pada kesempatan ini, saya titip pesan kepada Kang Dedi Mulyadi, ‘penguasa’ Purwakarta yang memiliki perhatian besar terhadap prestasi anak-anak desanya, jangan lupa untuk belajar dari semua kegagalan pembinaan yang dilaksanakan para pelaku sepak bola di Indonesia selama ini. Paling tidak berusahalah agar anak-anak itu kelak tidak manja, tidak besar kepala sebelum tergapai harapan menjadi pemuka di ajang tertinggi: Piala Dunia.

Semoga... ***

Sumber foto: Kompas.com

Ikuti tulisan menarik Adjat R. Sudradjat lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler