x

Iklan

Thamrin Dahlan

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Foto Bicara Raut Muka Jenderal TNI Berbeda

Tayangan dokumentasi foto bisa menimbulkan berbagai persepsi.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Foto Bicara

Perhatikan dokumentasi foto diatas.  Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Yusuf Kalla tampak bersama para Jenderal TNI dan nun jauh dibelakang tertangkap kamera Menteri Kelautan Sri Pudjiastuti.  Moment ini diambil wartawan ketika Presiden selesai bertatap muka di Istana Bogor Jum’at 28 November 2014 membahas tentang Illegal Fishing. Pertemuan diadakan Presiden dengan para Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam) untuk menggali persoalan TNI, terutama mengenai alat utama sistem persenjataan (alutsista). Presiden menanyakan persoalan sulitnya TNI dalam mengamankan laut Indonesia dari pencurian ikan.

Jokowi, Jusuf Kalla, JenderalSebenarnya tidak ada yang aneh pada dokumentasi foto tersebut seandainya juru foto memberikan aba-aba ciiss kepada objek sasaran.  Seperti biasa sang juru foto selalu menginginkan hasil jepretan baik dan enak di pandang.  Untuk itu, aba-aba  ciiss atau kacang bincis sering diteriakkan agar sosok yang sedang bergaya di depan kamera tersenyum.  Inilah aba-aba standar juru foto karena ketika sang model mengucapkan kata ciiss maka serta merta bibir merekah maka terciptalah senyum menawan tanpa rekayasa.  Wajah tersenyum enak dipandang yang cantik bertambah cantik yang kurang molek menjadi molek.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Nah masalahnya foto di atas telah terrekam.  Kamera terlanjur terjepret sehingga hasil foto menggambarkan wajah yang kurang sreg dipandang kecuali tampilan Pak Presiden. Mungkin juru foto lupa memberi aba-aba ciiss atau suasana begitu tergesa gesa sehinggal hasil jepretan minus wajah senyum ceria. Bisa jadi para peserta foto belum begitu siap di jepret karena terburu buru sampai di lokasi pemotretan maka tampilan gesture Jenderal yang biasanya tampak tampan dan gagah kurang enak dipandang.

Tentu saja tampilan di foto tersebut  tidak disengaja Jenderal TNI   memperlihatkan wajah kurang tampan karena lekuk bibir turun kebawah.  Apa jadinya,  dokumentasi foto ini menjadi bahan candaan di social media. Multi tafsir muncul dari beragam warga ada yang positif dan ada juga yang negatif.  Pada kesempatan ini saya justru  tidak akan membahas gesture foto sebagai  topic candaan itu.  Foto bicara silahkan menafsirkan sendiri apa yang terjadi di balik foto bicara tersebut.

Foto  Tandingan

Penasaran dengan hasil jeperetan aneh itu, saya mencari dokumentasi foto lain terkait dengan tatap muka Presiden dengan Para Jenderal TNI. Tidak mungkin hanya dari satu angle saja foto diambil wartawan mengingat  pertemuan Presiden dan Jendral TNI merupakan berita penting terkait Illegal Fishing.    Akhirnya berkat batuan alat pencari google dengan telusuran di dunia maya,  saya mendapatkan beberapa dokumentasi yang persis dengan foto diatas.  Dokumen foto yang saya temukan  kompas.com dengan kualitas yang lebih bagus dan berwarna.  Perlu di ketahui dokumentasi Foto yang terpampang di atas didapatkan berdasarkan informasi di  Koran Kompas halaman 4 terbit hari Sabtu, 29 November 2014.  Karena  foto itu hasil jepretan ulang dari Koran maka foto tersebut tidak berwarna.

Sebelumnya timbul perkiraan foto pertama adalah hasil rekayasa.   Artinya foto itu di modifikasi sedemikian rupa sehingga wajah para Jenderal TNI tampak cemberut.  Namun perkiraan rekayasa foto bisa dibantah karena ada sumber foto di Koran cetak kompas.  Memang agak sulit mengukir ujung bibir menjadi turun kebawah karena begitu banyak wajah berseragam Pakaian Dinas Harian (PDH).  Agak aneh rupanya mengenakan seragam gagah tapi muka cemberut.  Foto para jendral selama ini selalu terlihat bagus dan rapi sesuai dengan doktrin disiplin di lingkungan TNI.

Mari bandingkan ke dua foto tersebut.  Pada dokumentasi foto kedua tampak semua wajah tersenyum sumringah.  Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Yusuf Kallla dengan motif batik cerah tampak kompak tersenyum .  Demikan Juga para Jendral baik dari TNI AD, TNI AL dan TNI AU semua tersenyum lebar menggambarkan keceriaan setelah mendapat arahan dari Presiden terkait Illegal Fishing. Dalam posisi tersenyum tersebut Para Jendral TNI tampak tampan, gagah, sangat bugar hasil dari binaan kesamaptaan rutin di kesatrian.  Hanya saja wajah Ibu Menteri Kelautan terrekam tampak samping, mungkin beliau sedang sibuk mengarahkan anak buah melalui komunikasi jarak jauh by handphone.

Salut kepada juru foto yang mendokumentasikan moment penting ini.  Seperti biasa dalam hitungan kilatan detik, para fografer professional yang acap mangkal di Istana dengan kamera canggih bisa menjepret puluhan moment dalam seketika.  Setelah itu ada baiknya mereka memilih hasil jeperetan yang paling enak dipandang guna di publish pada social media. Jangan hasil foto yang di sebarkan di media memberikan dampak negative seperti foto pertama diatas.,  carilah foto terbaik  Kode etik juru foto tentu memuat tentang hal ini.  Apabila memang menginginkan news dari hasil jepretan maka akan muncul foto tandingan. Oleh karena itu dokumentasi foto berbeda dengan hasil wawancara yang bisa di edit dan dipotong. Sesungguhnya sebuah dokumentasi foto   bisa menimbulkan beribu macam persepsi.  Inilah yang dinamakan foto bicara.

Foto Resmi Istana 

Setelah mendapatkan tandingan foto maka ada beberapa hal yang perlu dibahas lebih lanjut terkait dengan kewibawaan pemerintah. Saya kira Istana melalui Menteri Sekretaris Negara dan Menteri Sekretaris Kabinet mempunyai bagian khusus terkait dokumentasi resmi Presiden dan Wakil Presiden. Seandainya terjadi masalah seperti diatas ada baiknya pihak Setneg dan Seskab segera mengeluarkan foto release resmi istana guna meng counter foto yang bisa menurunkan harkat martabat kewibawaan Presiden.

Apa jadinya apabila Presiden menyaksikan foto dimana anak buahnya di belakang sedang cemberut. Bagaimana perasaan Presiden, apakah bisa diartikan wajah Para Jendral TNI  itu melecehkan Bapak Presiden. Sebaliknya Para jendral tentu ngak enak hati menampilkan wajah kurang tampan ketika berfoto bersama Kepala negara.

Sekali lagi diharapkan pihak rumah tangga Istana harus rajin  rajin berkelana di social media untuk memastikan bahwa produk  foto Presiden dan Wakil Presiden yang ter publish di dunia maya  adalah foto resmi.  Jangan sampai muncul foto yang meruntuhkan wibawa pemerintah. Apalagi kalau sosok Presiden sebagai lambang negara,   dokumentasi foto di rekayasa dengan tujuan untuk menimbulkan kesan negative.  Foto itu akan menjadi sasaran bully dari pihak yang berseberangan dengan Pemerintah .

Contoh paling factual terlihat dari dokumantasi pasfoto resmi Presiden dan Wakil Presiden.  Foto resmi  diwajibkan di letakkan di dinding kantor pemerintahan dan kantor swasta sebagai bukti penghormatan bagi pemerintah syah dalam kurun waktu 5 tahun.  Sempat pula beredar pasfoto Presiden dan Wakil Presiden versi tandingan.  Mungkin rakyat tidak sabar menunggu terbitnya foto resmi Kepala Negara sehingga peluang ini di manfaatkan oleh juru foto amatir guna menerbitkan foto setengah resmi dengan tujuan komersil.

Mana bisa  rakyat membedakan  mana pasfoto pasangan Presiden yang asli atau  yang palsu.  Apakah pihak Istana telah memajang  foto resmi Presiden ke khalayak.  Apakah pihak jajaran Setneg dan Seskab telah menjelajahi pasar pasar yang menjual pasfoto resmi presiden.  Sudahkan mereka  menemukan foto tandingan tersebut ? Apabila masih ditemukan foto tidak resmi apa tindakan yang akan dilakukan ? Tentang perihal ini terus terang saya tidak paham, namun perlu diingat  sekali lagi soal dokumentasi foto resmi Presiden  jangan dianggap sepele karena hal ini menyangkut kewibawan negara dan pemerintah.

Makna Hakiki  Sebuah Foto

Makna hakiki dari sebuah foto adalah rekam jejak kehidupan anak manusia dari hasil jepretan kamera.  Sesungguhnya hasil jepretan kamera itu  dapat menimbulkan efek emosi   penonton dan mengingatkan kembali peristiwa yang terjadi pada saat foto diambil.  Kamera juga berfungsi untuk dokumentasi sebuah peristiwa supaya lebih meyakinkan sebuah informasi yang tertafsir dan menyatukan berbagai persepsi yang berbeda. Ada banyak tafsiran mengenai hasil jepretan kamera dimana tafsir itu sesuai dengan latar belakang budaya masyarakat setempat.

Multi tafsir itu apabila di kelompokan sebenarnya hanya ada dua yaitu tafsir positif dan negative Tanggapan positif terhadap sebuah foto bisa diartikan  mengabadikan kenangan seseorang atau komunitas terhadap suatu peristiwa penting. Selain itu foto akan di simpan abadi atau di kirim kepada kerabat sebagai kebanggaan pernah berfoto dengan public figure. Bagi juru foto amatir foto merupakan lahan mendulang rezeki, mengingat manusia secara alamiah senag sekali di foto.

Dampak negative dari sebuah foto bisa terjadi seandainya disalahgunakan untuk  pornografi dan segala sesuatu yang melanggar tata susila dan adat istiadat serta norma masyarakat.   Dampak negative lain hasil jepretan kamera bisa juga menghancurkan karier seseorang pejabat atau orang penting apabila foto rahasia terungkap di media. Foto rahasia pribadi itu bisa dijadikan sebagai alat memeras karena menyangkut nama baik . Oleh karena itulah Pemerintah telah menerbitkan Undang Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) Nomor  11 Tahun 2008 guna mengatur pemanfaatan informasi tidak disalah gunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.

Point yang ingin saya sampaikan pada tulisan ini tidak lain adalah agar masyarakat berhati hati ketika menerima dokumentasi foto di social media. Sebelum memberikan komentar terhadap foto tersebut ada baiknya di cek terlebih dahulu tentang kebenaran dan keaslian serta asal muasal dokumentasi foto.   Bisa jadi foto itu hasil rekayasa atau foto yang sengaja di sebarkan untuk meimbulkan kesan negative terhadap orang lain.  Perlu diingat UU ITE memberikan hukuman pidana kepada para pihak yang melanggar kode etik jurnalis termasuk tentang penyalahgunaan domumentasi foto.

Salam salaman

Jakarta, 3 Desember 2014

TD

Ikuti tulisan menarik Thamrin Dahlan lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB