x

Iklan

Pevi Revina

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Ibu Hamil Mengemudikan Mobil, Bolehkah?

Perbandingan keunggulan dan kelemahan mengemudi dengan naik angkutan umum.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Di zaman sekarang seorang ibu mengendarai atau mengemudi mobilnya sendiri sudah menjadi hal yang umum. Apalagi bagi seorang wanita karier, yang mana kendaraan merupakan salah satu penunjang untuk kebutuhan kerjanya. Mengemudi kendaraan bagi sebagian wanita sudah menjadi tuntutan dan kebutuhan apalagi di kota besar. Dengan menggunakan kendaraan pribadi seorang wanita akan merasa lebih nyaman dan dapat lebih mudah sampai tujuan dengan rute sendiri. Alasan lainnya adalah tidak harus antri beli tiket (apabila naik kereta api), berdesakan saat akan masuk bush way atau berdiri berjejalan jika naik metro mini atau bis. Kalaupun naik taksi tentu akan memakan biaya yang besar. Apabila mempunyai mobil sendiri tentu biaya premium lebih murah daripada ongkos taksi. Mungkin inilah beberapa alasan bagi para wanita karier maupun wanita lainnya dengan berbagai profesi dan latar belakang yang seringkali menggunakan kendaraan pribadi saat bepergian. Bagaimana dengan ibu hamil yang mengemudikan kendaraaannya sendiri ? Bolehkah seorang wanita mengemudi saat hamil, lalu apa resikonya ? Dimana ada kemudahan atau keunggulan tentu ada kelemahannya. Keadaan di kota-kota besar yang seringkali jalannya macet tentu akan menguras tenaga wanita tersebut, apalagi jika dia sedang hamil. Maka, secara otomatis ibu hamil tersebut harus berlama-lama di dalam mobil. Dengan keadaan macet yang sedemikian rupa, maka berapa jam ibu hamil tersebut harus berada di dalam kendaraan dengan posisi duduk yang membuatnya pegal. Bagi sebagian orang kondisi ini tidak akan menjadi masalah, tetapi tentu akan berdampak bagi kesehatan ibu hamil. Ibu hamil yang sudah di akhir trimester dua dan akan memasuki trimester tiga berada pada suatu posisi, seperti duduk berlama-lama akan menambah risiko keluhan kehamilan. Selama kehamilan berlangsung, maka dirinya akan mengalami 2 fase rawan. Yakni fase atau trimester pertama dimana kondisi janin masih belum kuat sehingga meningkatan risiko keguguran. Fase terakhir yakni trimester ketiga dimana dikhawatirkan pada trimester terakhir ini air ketuban yang memiliki fungsi sebagai peredam benturan janin akan berkurang. Secara psikis, jika ibu hamil mengalami perubahan kondisi diantaranya faktor mood, stress dan emosional sebaiknya jangan mengemudi dikarenakan akan berisiko mengalami kontraksi. Selain itu, ketika ibu hamil mengemudi dikhawatirkan akan mules dan kejang-kejang. Sehingga bagi ibu hamil yang akan mengemudi kembali lagi pada kesiapan fisik dan psikis ibu hamil saat hamil. Masing-masing ibu hamil memiliki kondisi yang berbeda ketika hamil Pada awal kehamilan ibu hamil sering mengalami morning sickness sehingga pusing yang tidak tertahankan sebaiknya ibu hamil tidak mengemudi apalagi dalam jarak tempuh yang jauh. Pada akhir kehamilan ketika ibu hamil mengalami berat badan yang sudah meningkat dan perut membesar kemudian dokter memprediksi kelahiran bayi sudah semakin dekat sebaiknya ibu hamil tidak mengemudi sendiri. Selanjutnya pada saat kaki bengkak, kebanyakan ibu hamil mengalami kaki bengkak atau varises yang disebabkan volume darah di dalam tubuh yang meningkat. Kondisi ini akan menyebabkan ibu tidak nyaman saat mengemudi. Begitupula dengan ibu hamil yang menderita tekanan darah rendah atau tinggi sebaiknya tidak mengemudi. Sama halnya dengan ibu yang memiliki kehamilan berisiko tinggi ibu hamil harus memberhentikan kebiasaan mengemudi saat hamil. Dengan demikian ibu hamil boleh mengemudi apabila kondisi kesehatan fisik dan psikis ibu hamil mendukung dan tidak akan menimbulkan gangguan pada janin.

Ikuti tulisan menarik Pevi Revina lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler