x

Patung lilin anggota grup band Beatles, dari kiri, George Harrison, Paul McCartney, Ringo Starr, dan John Lennon di Museum Madame Tussauds New York, 14 Juni 2012. Brad Barket/Getty Images

Iklan

candra permadi

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Menikmati Beatles dengan Cara yang Berbeda

Sara Niemietz: Menikmati Beatles dengan Cara yang Berbeda

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sara  Niemietz

 

Saya masih jauh panggang dari api untuk bisa dibilang penggemar sejati the Beatles. Dari 219 lagu yang pernah direkam Beatles secara resmi dari kurun waktu 1962 sampai 1970, mungkin hanya beberapa lagu saja yang saya tahu. Boleh dibilang jumlahnya masih bisa dihitung dengan jari.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dari jumlah yang masih belum banyak itu, sebagian justru baru saya tahu saat lagu mereka dinyanyikan oleh penyanyi lain dan seringkali bukan penyanyi ternama pula, setidaknya buat saya.

Salah satu lagu Beatles yang terasa apik dinyanyikan bukan oleh anggota the Beatles adalah I will. Suara baritenor Paul MacCartney dalam lagu ini terasa renyah saat dibawakan oleh suara suara mezzo Sara Niemietz yang terkesan serak dengan paduan falsetto yang terdengar ringan dan manis. Dengan dipandu petikan gitar akustik Snuffy Walden, lagu ini serasa riang dan sederhana.

Nuansa lebih berat namun tetap riang dan sederhana disajikan Sara lewat Blackbird. Jika Paul McCartney mengantarkan lagu ini lewat petikan gitarnya, Sara menyajikannya lewat nuansa akapela. Seperti layaknya lagu I Will, lagu ini lagi-lagi terasa sederhana dengan paduan gitar yang dipetik layaknya ukulele.

Musik memang soal selera. Kenyamanannya tercipta lewat alunan melodi yang biasa singgah di telinga penikmatnya. Sara sendiri cukup terbiasa mendengar lagu yang dirilis antara tahun 1950-an hingga 1980-an. Lagu-lagu Janis Joplin, Aretha Franklin, The Beatles, The Who, atau Carole King terbilang akrab di telinganya. Boleh dibilang nama-nama penyanyi favorit Sara itu identik dengan musik pop, jazz, blues, bahkan rock. Tidak heran jika Sara menyanyikan lagu dengan irama yang tidak jauh beda.

Dengan tipe suara mezzo-nya yang khas dan sentuhan referensi yang terbilang klasik, Sara memberikan rasa dan warna baru pada lagu-lagu evergreen, termasuk Stand by me (Ben E. King), Field of Gold (Eva Cassidy), atau I Want You Back (Jackson Five). Penikmat lagu jadul sepertinya tidak terlalu awam dengan judul diatas, setidaknya saya.

Nuansa segar pada lagu-lagu ini boleh jadi dipengaruhi oleh usia Sara yang masih belia. Saat ini Sara berusia 22 tahun. Ia mulai berkarier dalam dunia musik sejak usia sepuluh tahun. Dengan rentang karier yang sudah cukup panjang, Sara bukan hanya berkarya lewat penampilan solo, tetapi juga duet. Ia berduet dengan penyanyi country bersuara bariton B.J Thomas serta Richard Marx, bukan dengan Right Here Waiting melainkan Keep Coming Back. Sekali lagi lagu ini juga disajikan dengan nuansa akustik dan suara serak Richard yang kini terdengar lebih matang dan lebih melodius.

Walaupun cukup piawai menyanyikan lagu jadul, bukan berarti Sara tidak akrab dengan lagu yang terbilang baru. Dengan julukan American’s Adele tidak heran Sara cukup mulus menyanyikan Rolling in the Deep. Walaupun sama-sama bersuara mezzo, suara Adele yang bertipe darker mezzo menjadikan lagu ini berkesan lebih tajam dari interpretasi Sara. Selain itu, dengan tipe suara yang sama-sama khas, Sara juga tidak mengalami kesulitan melahap lagu Christina Perri, Jar of Hearts. Hanya saja, buat saya, Sara agak kurang berhasil menginterpretasikan nuansa ringan, The Way I Am Ingrid Michaelson. Lagu yang melompat-lompat ringan lewat lewat melodi Michaelson jadi terdengar lebih padat saat disenandungkan Sara.

Dengan tipe dan cara menyanyi yang khas, subscriber channel videonya terbilang banyak. Baru-baru ini, saat channel youtube-nya menembus 100.000 subscriber, Sara membuat playlist baru dengan nama By Request (saat ini subscriber-nya setidaknya mencapai 102.789). Seperti judul play list-nya, play list ini dibuat untuk menampilkan lagu hasil request para subscriber-nya. Request subscriber sendiri amat beragam. Dari lagu I’d Rather Go Blind, Who’s Loving You (favorit Sara), Jolene, You light of my life, Chandelier, hingga Pokemon. Dari ratusan request, tiga lagu yang sudah ditampilkan sejauh ini adalah Chandelier (Sia), Stay with Me (Sam Smith) dan God Bless the Child (Billy Holliday). Respons dua cover pertama terbilang lumayan karena disaksikan belasan ribu viewer (walaupun terbilang masih sedikit jika dibanding lagu-lagu evergreen yang dinyanyikannya, apalagi Rolling in the Deep). Dari kedua lagu tersebut, Chandelier mendapat viewer terbanyak. Versi original Chandelier sendiri memang sudah menarik bahkan sebelum orang lain menyanyikannya. Dengan paduan aksen yang khas dan bertenaga penyanyinya serta reff yang kuat, versi original lagu ini sudah dinikmati 366.888.400 viewer, itu baru dari channel vevo, belum dari channel yang lain. Pada versi covernya, suara Sara yang tebal dan bertenaga rupanya bukan hanya meberikan nuansa baru pada lagu tetapi memikat 28.000 viewer. Angka ini masih terbilang belum sebanyak Jasmine Thompson dengan 4.492.538 yang membawakan dengan rasa yang lebih ringan.

Dari playlist by request ini lagu God Bless the Child Billy Holiday belum banyak mendapat apresiasi. Penikmatnya baru 9.193 viewer, masih lebih banyak dari cover lagu Problems Ariana Grande yang baru diluncurkan dua hari lalu. Secara umum saya menyukai interpretasi God Bless the Child ala Sara, walaupun interpretasi Eva Celia terasa lebih pas, lagi-lagi menurut selera saya. Buat saya versi Eva terdengar lebih ringan, dari santai walaupun sama-sama disajikan dengan format jazz yang terbilang standar, sebuah penyajian yang memang terasa ekslusif untuk sebagian orang. Apresiasi viewer channel Sara terhadap interpretasi lagu yang sekilas mirip God Bless the Child, terbilang cukup bagus. Feeling Good Nina Simeone dinikmati 181.905 viewer sedang At Last Etta James versi Live disaksikan 252. 677 viewers. Melihat viewer-nya bisa jadi interpretasi Sara yang kurang luwes membuat cover ini belum terlalu dinikmati pendengar. Sebagai orang yang awam terhadap musik dan buta nada, lancang rasanya sekedar mengomentari karya seseorang. Sesuatu yang jamak saya lakukan di era opini terbuka saat ini di mana setiap hal bisa jadi saya puji atau caci tanpa berkarya dan berkaca diri.

By the way, sembari menikmati ocehan diatas (kalau mau), monggo menikmati lagu Beatles pilihan om Rob Januar (ra enak nyeluk om Rob ngagem asma liyane), Blackbird ala Sara Niemietz.

Ikuti tulisan menarik candra permadi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler