“Banyaklah membaca,bila ingin serba mengerti ,,!” ketika kata-kata itu teringat , sekelebatan sosok itu hadir di hadapanku terlihat nyata.
Sosok itu tak lain adalah seorang Ayah yang kini telah pergi 12 tahun yang lalu, kehadirannya ke hadapanku tak lain ketika aku mengingat sebuah Media yang tak asing lagi ketika masa kecilku hidup di sebuah Kampung di Belantara antara batas Kabupaten Ciamis dan batas Kabupaten Tasikmalaya , tepatnya di Kampung Sukalillah (Cimande) Desa Janggala Kecamatan Cidolog Kabupaten Ciamis Jawa Barat .
Dinamika kehidupan Kampung itu ibarat kita berjalan pada sebuah dongeng masa lampau , yang menyebutkan bahwa suasana itu mirip sekali dengan kehidupan di daerah pedalaman Kalimantan (sana barangkali-Pen) namun karena gerakan Pembangunan di Wilayah Jawa Barat dan keberadaan Kota tak begitu jauh seperti di sana (Belantara Hutan Kalimantan-Pen) barangkali hal itu kita ibaratkan pada sebuah nuansa dongeng masa lampau saja.
Tentang keberadaan itulah mungkin sosok seorang Ayah yang aku anggap seorang “Pejuang” bila aku ingat kembali akan kegigihan dia yang sedikit berbeda dari kegiatan “Orang lain” mungkin itulah yang aku ingat akan sosok (“Revolusioner*Menurutku”) ,di kampungku tercinta yang berada di atas bukit-bukit khas Wilayah Pasundan.
Dia (Almarhum Ayahku) di kenal warganya seorang yang gigih berdakwah dengan pola dakwah yang “Baru” ketika itu , dalam orasi keagamaannya dia terkenal dengan “Kata-kata Pengajiannya” yang mudah di mengerti oleh Massa (ummatnya-Pen) ketika itu , tentang kredibilitas Dakwah yang dilakukannya mungkin banyak Warga yang merasa kehilangan ketika Dia meninggalkan Jejak Perjuangan yang kini menyisakan kenangan bagi Warga dan Ummatnya.
Yang aku ketahui tentang Dia (ayahku) itu sangat gemar membaca , dari mulai kitab kuning , sampai ke Majalah Tempo selalu tidak ketinggalan sebagai bagian yang suka habis dilalap dibacanya.
Aku ingat tentang kegiatannya sehari-hari ketika dia masih ada di samping kami (sekeluarga) setiap pagi Buta dia baca kitab-kitab itu tanpa melupakan sebuah Majalah Tempo di sampingnya , yang dia peroleh dari toko buku langganannya di Kota Tasikmalaya .
Buget anggaran langganannya manual saja , maklumlah dia itu orang kampung yang hidup pada jarak menuju Kota itu sekitaran 28-30 Km.
Namun tujuan dia berlangganan Majalah Tempo aku tidak tahu dan tak pernah aku tanyakan Kenapa berlangganan Majalah tersebut.
Namun yang aku ketahui bahwa Kehidupannya sehari-hari dalam kiprah berdakwahnya “Bahasa Orasi Pidato ” Keagamaannya itu di sukai oleh Ummatanya ketika itu ,warga (Ummatnya) ketika mendengarkan ceramah Dia tentang Ilmu-ilmu yang di ajarkannya kepada Khalayak pengajiannya sekarang ini banyak yang bilang bahwa Orasi Dakwahnya tidak membosankan dan fatwa-fatwa hadits dan penafsiran Al-Qur,annya itu sangat di mengerti oleh Ummatnya ketika itu.
Pembahasan ilmu Fikih Islam,Ilmu Tauhkid dan Ilmu Pembelajaran Tata Bahasa arabnya sangat bagus ketika akupun suka iseng mendengar ceramah Dia di Toa Speaker di Mesjid Jamie kampung kami waktu itu.
Dari upaya Dakwahnya itu suka terselip istilah-istilah yang mudah di cerna oleh Khalayak (Ummat) hal ini aku dengar ketika seseorang yang mengaku Muridnya Dia (Almarhum) bercerita kehadapanku pada waktu yang lalu , bahwa Dia adalah orang yang pidatonya sangat di mengerti dan pembelajaran Ilmu-ilmunya mudah di cerna , katanya.
Entahlah mungkin itu bukan yang harus ku perpanjang lagi bahasannya , karena yang aku ketahui dia adalah merupakan Sosok yang Keras ketika Anak-anaknya Dia tidak suka membaca , “Bila kau jauh dengan bahan bacaan , maka tunggulah kebodohan kalian akan di temui di sepanjang jalan hidup kalian,,!” Ungkapan itu terdengar ketika memarahi aku yang memang rada “Tak Suka” membaca ketika itu , namun berkat Profokasi kata-kata Dia itulah mungkin aku jadi suka Membaca , apa yang Dia bawa ketika itu.
Yang aku ingat Dia selalu bawa majalah Tempo dan ketika Almarhum telah tiada kini majalah-majalah itu masih tersimpan rapi di lemarinya dan di rawat oleh saudara-saudaraku sebagai Bagian “Kenang-kenangan” katanya.
Malampun semakin larut , dan aku tuangkan Perasaan Rindu akan Kehadiran Beliau (Dia) di Indonesiana Tempo.co.id , mungkin bila dia (masih) ada di samping kami semua , dia akan tersenyum “Kok Bisa kau nulis di Portal Tulisan Tempo ini?”.
Mungkin aku akan jawab , bahwa semuanya akan terjadi dan mungkin adanya…Semoga Arwah Beliau Tenang di alam sana…Amiin Yaa Robbal Alamiin….!!.
*Kabupaten Tasikmalaya,#Indonesiana Tempo.co.id.
Asep Muhammad Rizal.
Ikuti tulisan menarik Asep Rizal lainnya di sini.