From Jakarta To Tempino
Dua orang pemuda ini beberapa tahun lalu mencari nafkah di Jakarta. Setelah mencoba peruntungan menjajakan dagangan di Monas, Tomi tidak tahan dikejar kejar Satpol PP Pemda DKI akhirnya pulang kampung ke Tempino. Demikian juga Aznal, mencoba peruntungan menjadi sopir metromini rute Rawamangun-Senen, juga tidak tahan dengan kerasnya hidup di ibukota akhirnya mudik ke Tempino.
Tomi saat ini berjualan sayur sayuran dan kebutuhan dapur di sekeliling Desa Tempino. Pukul 02.00 Tomi dengan motor khusus berangkat ke Pasar Angso Duo Jambi. Belanja keperluan ibu ibu rumah tangga sesuai pesanan kemudian segera kembali ke Tempino menempuh perjalanan 2 x 27 Kilometer..Seharian Tomi melayani pembeli di lingkungan komplek Pertamina dan kehadirannya sangat membantu ibu ibu karena Pasar Tempino kini sudah sangat sepi.
Aznal kini menjadi pengrajin di pasar Tempino. Karya seninya adalah membuat hiasan ikat leher anjing pemburu. Anda perhatikan dokumen foto di bawah ini, betapa tingginya nilai seni hasil karya ketrampilan tangan Adzinal. Market hiasan khusus ini dilakukan secara online dengan peminat khusus para pemburu binatang hutan. Kualitas hasil karya Adzinal bisa dibanggakan sehingga pelanggannya para pemburu yang menggunakan anjing sebagai pengendus berasal dari kota Pekanbaru, Padang, dan daerah sekitar.
Ya keputusan dua pemuda ini hijrah ke Pulau Sumatera dari kehidupan keras Jakarta adalah keputusan tepat. Di Tempino kehidupan mereka lebih layak dan tenang beserta keluarga tercinta. Dengan keahliannya masing masing Tomi dan Adzinal menjalani kehidupan lebih bermanfaat bagi dirinya dan tentu saja bagi masyarakat di sekitar Tempino.
Ikuti tulisan menarik Thamrin Dahlan lainnya di sini.